Inggris Dapat Hentikan Brexit secara Sepihak
A
A
A
LUXEMBOURG - Pengadilan Uni Eropa (UE) menetapkan Inggris bisa secara sepihak mencabut langkah keluar dari UE (Brexit).
Keputusan pengadilan ini membuka harapan para pendukung UE menjelang voting di parlemen Inggris tentang kesepakatan Brexit yang dimotori Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May.
Hanya 36 jam sebelum voting parlemen Inggris tentang kesepakatan Brexit pada Mei, Pengadilan UE menyatakan dalam keputusan darurat bahwa London bisa mencabut pemberitahuan Brexit resmi sesuai Pasal 50 tanpa ada penalti.
Pemerintahan May menyatakan keputusan pengadilan itu tidak berarti apa pun karena Inggris tidak berniat menarik keputusannya meninggalkan UE pada 29 Maret. Meski demikian, para pengkritik menyatakan keputusan pengadilan memberi sejumlah pilihan, yakni menunda Brexit dan renegosiasi ketentuan Brexit atau membatalkannya jika para pemilih Inggris mengubah pendapatnya.
Munculnya keputusan pengadilan itu pada malam menjelang voting parlemen Inggris tidak secara kebetulan. Pengadilan menyatakan pihaknya telah membuat keputusan terburu-buru untuk menjamin bahwa para anggota parlemen Inggris akan memahami berbagai pilihan mereka.
Keputusan ini juga mencabut pernyataan eksekutif UE bahwa izin diperlukan dari negara anggota UE untuk menghentikan Brexit. Menurut keputusan pengadilan, Inggris bisa tetap bergabung UE tanpa penalti meski beberapa pemimpin UE menyatakan London harus menyerahkan sejumlah fasilitas yang disepakati selama beberapa tahun seperti potongan pembayaran iuran.
“Inggris bebas mencabut secara sepihak notifikasi niatnya keluar dari UE. Pencabutan yang diputuskan sesuai persyaratan konstitusional nasional mereka sendiri akan memiliki dampak bahwa Inggris tetap di UE sesuai berbagai ketentuan yang tidak berubah,” kata keputusan pengadilan UE dilansir Reuters.
Saat tiba untuk bertemu para mitra UE di Brussels, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Jeremy Hunt menyebut keputusan itu tidak relevan. Mayoritas pemilih Inggris yang memutuskan dalam referendum 2016 untuk meninggalkan UE akan terkejut dan sangat marah jika Brexit dihentikan.
Namun, Alyn Smith, anggota nasionalis Skotlandia di Parlemen Eropa dan salah satu penentang Brexit yang membawa kasus itu ke pengadilan UE di Luksemburg menyatakan, “Keputusan itu merupakan pesan untuk para anggota parlemen Inggris menjelang voting bahwa ada jalan keluar dari kekacauan ini.”
Masa depan Brexit tetap tidak pasti saat puluhan anggota parlemen secara terbuka berjanji menolak kesepakatan Brexit yang diupayakan May. Puluhan anggota parlemen itu termasuk mereka yang ingin keluar dari UE dan ingin hubungan lebih dekat dengan UE.
Para penentang menilai kesepakatan itu dapat membuat Inggris tetap menjadi target bagi sejumlah aturan UE, meski negara itu telah keluar dari UE. Pemerintahan May menyatakan berbagai ketentuan dalam kesepakatan itu menjadi satu-satunya cara keluar UE dengan tetap melindungi jaringan suplai bisnis Inggris. Brussels dan London menyatakan tidak ada ruang untuk negosiasi ulang.
Pada referendum 23 Juni 2016, sebanyak 17,4 juta pemilih atau 52% mendukung Brexit dan 16,1 juta atau 48% mendukung tetap anggota UE. Berbagai survei menunjukkan referendum ulang akan tetap memiliki hasil mirip dengan itu, kecuali beberapa pemilih lanjut usia yang mendukung Brexit telah meninggal dunia dan para pemuda ingin tetap bersama UE mencapai umur sah untuk memilih.
Para pengampanye berharap upaya menghentikan Brexit mendapat dukungan dalam beberapa pekan terakhir saat May memperingatkan, jika kesepakatan itu ditolak, Inggris akan menghadapi tanpa kesepakatan Brexit atau tak terjadi Brexit.
Partai Konservatif yang berkuasa dan oposisi utama Partai Buruh secara terbuka menyatakan komitmen melakukan Brexit. Namun, kondisi tanpa kesepakatan Brexit terlihat sangat mengganggu sehingga parlemen mendapat tekanan kuat untuk menghalanginya.
Sejumlah pihak di parlemen juga menyatakan satu-satunya jalan keluar mungkin menggelar referendum baru. Pilihan ini didukung tiga dari empat orang mantan perdana menteri yang masih hidup.
Michael Gove yang menjadi pengampanye Brexit paling terkenal dalam pemerintahan Inggris menyatakan keputusan pengadilan tidak mengubah voting referendum atau niat jelas pemerintah untuk keluar UE pada 29 Maret. “Kita tidak ingin tinggal di UE. Kita memilih sangat jelas. 17,4 juta orang mengirim pesan jelas bahwa kita ingin meninggalkan UE dan itu berarti meninggalkan yurisdiksi Pengadilan Eropa,” kata Gove yang menjabat sebagai menteri lingkungan Inggris pada radio BBC. (Syarifudin)
Keputusan pengadilan ini membuka harapan para pendukung UE menjelang voting di parlemen Inggris tentang kesepakatan Brexit yang dimotori Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May.
Hanya 36 jam sebelum voting parlemen Inggris tentang kesepakatan Brexit pada Mei, Pengadilan UE menyatakan dalam keputusan darurat bahwa London bisa mencabut pemberitahuan Brexit resmi sesuai Pasal 50 tanpa ada penalti.
Pemerintahan May menyatakan keputusan pengadilan itu tidak berarti apa pun karena Inggris tidak berniat menarik keputusannya meninggalkan UE pada 29 Maret. Meski demikian, para pengkritik menyatakan keputusan pengadilan memberi sejumlah pilihan, yakni menunda Brexit dan renegosiasi ketentuan Brexit atau membatalkannya jika para pemilih Inggris mengubah pendapatnya.
Munculnya keputusan pengadilan itu pada malam menjelang voting parlemen Inggris tidak secara kebetulan. Pengadilan menyatakan pihaknya telah membuat keputusan terburu-buru untuk menjamin bahwa para anggota parlemen Inggris akan memahami berbagai pilihan mereka.
Keputusan ini juga mencabut pernyataan eksekutif UE bahwa izin diperlukan dari negara anggota UE untuk menghentikan Brexit. Menurut keputusan pengadilan, Inggris bisa tetap bergabung UE tanpa penalti meski beberapa pemimpin UE menyatakan London harus menyerahkan sejumlah fasilitas yang disepakati selama beberapa tahun seperti potongan pembayaran iuran.
“Inggris bebas mencabut secara sepihak notifikasi niatnya keluar dari UE. Pencabutan yang diputuskan sesuai persyaratan konstitusional nasional mereka sendiri akan memiliki dampak bahwa Inggris tetap di UE sesuai berbagai ketentuan yang tidak berubah,” kata keputusan pengadilan UE dilansir Reuters.
Saat tiba untuk bertemu para mitra UE di Brussels, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Jeremy Hunt menyebut keputusan itu tidak relevan. Mayoritas pemilih Inggris yang memutuskan dalam referendum 2016 untuk meninggalkan UE akan terkejut dan sangat marah jika Brexit dihentikan.
Namun, Alyn Smith, anggota nasionalis Skotlandia di Parlemen Eropa dan salah satu penentang Brexit yang membawa kasus itu ke pengadilan UE di Luksemburg menyatakan, “Keputusan itu merupakan pesan untuk para anggota parlemen Inggris menjelang voting bahwa ada jalan keluar dari kekacauan ini.”
Masa depan Brexit tetap tidak pasti saat puluhan anggota parlemen secara terbuka berjanji menolak kesepakatan Brexit yang diupayakan May. Puluhan anggota parlemen itu termasuk mereka yang ingin keluar dari UE dan ingin hubungan lebih dekat dengan UE.
Para penentang menilai kesepakatan itu dapat membuat Inggris tetap menjadi target bagi sejumlah aturan UE, meski negara itu telah keluar dari UE. Pemerintahan May menyatakan berbagai ketentuan dalam kesepakatan itu menjadi satu-satunya cara keluar UE dengan tetap melindungi jaringan suplai bisnis Inggris. Brussels dan London menyatakan tidak ada ruang untuk negosiasi ulang.
Pada referendum 23 Juni 2016, sebanyak 17,4 juta pemilih atau 52% mendukung Brexit dan 16,1 juta atau 48% mendukung tetap anggota UE. Berbagai survei menunjukkan referendum ulang akan tetap memiliki hasil mirip dengan itu, kecuali beberapa pemilih lanjut usia yang mendukung Brexit telah meninggal dunia dan para pemuda ingin tetap bersama UE mencapai umur sah untuk memilih.
Para pengampanye berharap upaya menghentikan Brexit mendapat dukungan dalam beberapa pekan terakhir saat May memperingatkan, jika kesepakatan itu ditolak, Inggris akan menghadapi tanpa kesepakatan Brexit atau tak terjadi Brexit.
Partai Konservatif yang berkuasa dan oposisi utama Partai Buruh secara terbuka menyatakan komitmen melakukan Brexit. Namun, kondisi tanpa kesepakatan Brexit terlihat sangat mengganggu sehingga parlemen mendapat tekanan kuat untuk menghalanginya.
Sejumlah pihak di parlemen juga menyatakan satu-satunya jalan keluar mungkin menggelar referendum baru. Pilihan ini didukung tiga dari empat orang mantan perdana menteri yang masih hidup.
Michael Gove yang menjadi pengampanye Brexit paling terkenal dalam pemerintahan Inggris menyatakan keputusan pengadilan tidak mengubah voting referendum atau niat jelas pemerintah untuk keluar UE pada 29 Maret. “Kita tidak ingin tinggal di UE. Kita memilih sangat jelas. 17,4 juta orang mengirim pesan jelas bahwa kita ingin meninggalkan UE dan itu berarti meninggalkan yurisdiksi Pengadilan Eropa,” kata Gove yang menjabat sebagai menteri lingkungan Inggris pada radio BBC. (Syarifudin)
(nfl)