Salome Zurabishvili Terpilih Jadi Presiden Wanita Pertama Georgia

Kamis, 29 November 2018 - 13:48 WIB
Salome Zurabishvili...
Salome Zurabishvili Terpilih Jadi Presiden Wanita Pertama Georgia
A A A
TBILISI - Salome Zurabishvili berhasil memenangkan pemilu presiden Georgia. Hasil ini menjadikannya sebagai wanita pertama yang memegang jabatan Presiden di negara bekas Uni Soviet itu.

Mantan diplomat kelahiran Prancis itu mendapatkan dukungan 59% suara, berbanding 40% suara yang didapatkan rivalnya Grigol Vashadze di mana hampir semua suara yang masuk telah dihitung seperti dikutip dari BBC, Kamis (28/11/2018).

Zurabishvili didukung oleh partai Georgian Dream yang berkuasa sementara Vashadze adalah calon dari kelompok oposisi bersatu.

Konstitusi baru yang akan mulai berlaku, membuat peran presiden pada umumnya bersifat seremonial.

Zurabishvili (66) lahir di Paris setelah orangtuanya melarikan diri dari Georgia pada 1921 menyusul aneksasi oleh pasukan Soviet.

Ia berkarir di dinas luar negeri Prancis dan ditempatkan di Ibu Kota Georgia, Tbilisi, sebagai duta besar pada 2003. Dia kemudian meninggalkan jabatannya dan presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, menunjuknya sebagai menteri luar negeri.

Zurabishvili mengatakan dia mendukung untuk menyeimbangkan hubungan Georgia dengan Rusia dan Barat. Sedangkan Vashadze - yang merupakan menteri luar negeri selama konflik 2008 antara Georgia dan Rusia - dipandang lebih pro-Barat.

Pemilu ini adalah pemilu terakhir kalinya untuk memilih presiden secara langsung di Georgia. Selanjutnya, mereka akan beralih ke pemerintahan parlementer setelah reformasi konstitusional yang diadopsi tahun lalu, meskipun ada protes dari kelompok oposisi.

Namun pemilu juga dilihat sebagai indikator bagaimana pemilihan parlemen pada tahun 2020 bisa berjalan.

Negara-negara Barat juga menyaksikan pemungutan suara di negara yang mencari keanggotaan Uni Eropa dan NATO itu.

Pihak oposisi telah mengeluhkan adanya penyimpangan suara dan serangan terhadap para pegiatnya. Namun tudingan ini telah dibantah oleh partai yang berkuasa.

Meski begitu, pengamat internasional mengatakan putaran pertama pemungutan suara bulan lalu diadakan di "lapangan bermain yang tidak merata".
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0951 seconds (0.1#10.140)