Massa Anti-LGBT Serbu Festival Pride di Ibu Kota Georgia
loading...
A
A
A
TBILISI - Ribuan pengunjuk rasa anti-LGBT+ menyerbu festival Pride di Ibu Kota Georgia , Tbilisi pada hari Sabtu. Mereka membakar dan terlibat bentrok dengan polisi serta menghancurkan bendera pelangi.
Festival itu pun harus dibatalkan karena peserta dievakuasi ke tempat yang aman.
Menurut media Georgia, sekitar 5.000 pengunjuk rasa berbaris menuju taman tepi danau tempat acara itu diadakan. Banyak dari mereka mengibarkan bendera Georgia dan membawa ikon keagamaan.
Hak LGBT+ dilindungi undang-undang di Georgia, tetapi banyak orang menghadapi diskriminasi yang meluas di negara yang secara sosial konservatif, mayoritas Kristen Ortodoks.
Wakil menteri dalam negeri Georgia Aleksandre Darakhvelidze mengatakan polisi berusaha menghentikan para demonstran tetapi tidak dapat menahan mereka semua.
Namun penyelenggara acara menuduh pihak berwenang berkolusi dengan para demonstran untuk mengganggu festival tersebut.
Mariam Kvaratskhelia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kelompok sayap kanan telah secara terbuka menghasut kekerasan terhadap aktivis LGBT+ pada hari-hari menjelang festival Pride dan mengatakan polisi dan pemerintah belum menyelidikinya.
"Saya benar-benar berpikir (gangguan) ini adalah tindakan terkoordinasi yang telah direncanakan sebelumnya antara pemerintah dan kelompok radikal," katanya.
"Kami pikir operasi ini direncanakan untuk menyabotase pencalonan Georgia di Uni Eropa," imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Minggu (9/7/2023).
Festival itu pun harus dibatalkan karena peserta dievakuasi ke tempat yang aman.
Menurut media Georgia, sekitar 5.000 pengunjuk rasa berbaris menuju taman tepi danau tempat acara itu diadakan. Banyak dari mereka mengibarkan bendera Georgia dan membawa ikon keagamaan.
Hak LGBT+ dilindungi undang-undang di Georgia, tetapi banyak orang menghadapi diskriminasi yang meluas di negara yang secara sosial konservatif, mayoritas Kristen Ortodoks.
Wakil menteri dalam negeri Georgia Aleksandre Darakhvelidze mengatakan polisi berusaha menghentikan para demonstran tetapi tidak dapat menahan mereka semua.
Namun penyelenggara acara menuduh pihak berwenang berkolusi dengan para demonstran untuk mengganggu festival tersebut.
Mariam Kvaratskhelia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kelompok sayap kanan telah secara terbuka menghasut kekerasan terhadap aktivis LGBT+ pada hari-hari menjelang festival Pride dan mengatakan polisi dan pemerintah belum menyelidikinya.
"Saya benar-benar berpikir (gangguan) ini adalah tindakan terkoordinasi yang telah direncanakan sebelumnya antara pemerintah dan kelompok radikal," katanya.
"Kami pikir operasi ini direncanakan untuk menyabotase pencalonan Georgia di Uni Eropa," imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Minggu (9/7/2023).