Rayakan Black Friday, Jutaan Warga AS Serbu Pusat Perbelanjaan

Sabtu, 24 November 2018 - 11:59 WIB
Rayakan Black Friday, Jutaan Warga AS Serbu Pusat Perbelanjaan
Rayakan Black Friday, Jutaan Warga AS Serbu Pusat Perbelanjaan
A A A
NEW YORK - Jutaan warga Amerika Serikat (AS) larut dalam pesta belanja Black Friday kemarin.
Mereka memadati mal seperti Macyís ataupun toko serba ada, di antaranya Target.

Black Friday kerap dianggap sebagai tanda dimulainya musim belanja pada liburan akhir tahun. Walaupun peminat belanja secara daring terus meningkat, pengunjung yang meramaikan Black Friday tetap saja membeludak.

Di tengah suhu dingin yang menyelimuti Bumi bagian utara, warga AS tetap keluar rumah untuk mengunjungi toko, department store, mal, atau pusat perbelanjaan lainnya. Ahli Consumer Markets dari PwC Steven Barr mengungkapkan, Black Friday memicu adrenalin dibandingkan belanja secara daring.

“Di hari seperti Black Friday, yang dicari bukan kenyamanan (berbelanja), melainkan Black Friday menghadirkan emosi, belanja secara daring tidak akan membuat kita bersemangat,” paparnya, dilansir Washington Post. Black Friday merupakan ajang belanja yang amat populer di AS, dan dinanti-nanti masyarakat Negeri Paman Sam.

Black Friday dilaksanakan pada Jumat, sehari setelah Thanksgiving, yang jatuh pada Kamis keempat November. Selain Black Friday, AS juga memiliki Cyber Monday, yang dihelat setiap Senin setelah Black Friday.

Pada November, masyarakat AS banyak mengeluarkan dana untuk merayakan Thanksgiving; sedangkan pada Black Friday dan Cyber Monday, masyarakat banyak yang membeli barang untuk dibagikan ke keluarga, rekan, ataupun kerabat sebagai hadiah Natal ataupun Tahun Baru.

Total penjualan selama Thanks giving, Black Friday, dan Cyber Monday diperkirakan mencapai USD14,48 miliar. Sebagai perbandingan dengan pesta belanja milik China, Singles’ Day, Alibaba memimpin pasar penjualan sebesar 90% dari total USD25,3 miliar akhir tahun lalu.

Perusahaan raksasa itu kemudian menanamkan modal di berbagai sektor. Walaupun Black Friday mengutamakan cara belanja konvensional, trend shopping terus bergeser ke arah daring, terutama Cyber Monday atau pun Singles’ Day. Pada 2013, penjualan selama Singles’ Day dari smartphone dilaporkan mencapai 21%.

Angka itu terus tumbuh. Pada 2014 naik 42,60%, tahun berikutnya 68%, 82% pada 2016, dan 90% di 2017 menyusul meratanya internet. Selama Cyber Monday, kunjungan laman jual-beli dari perangkat smartphone mencapai hingga 64% pada 2017, naik sekitar 10% dari setahun sebelumnya.

Adapun penjualannya mencapai 43%, naik sekitar 10%. Sebanyak 3/4 pembelanja milenial mengaku lebih tertarik berbelanja melalui smartphone dibanding komputer. Para peritel dan perusahaan perangkat lunak seperti Apple dan Google juga mengakui besarnya peran teknologi dalam mendorong penjualan produk.

Saat ini proses transaksi juga didukung oleh kombinasi pembayaran uang digital dan aplikasi belanja sehingga menjadi lebih mudah, praktis, cepat, dan lebih efisien. Meski demikian, seperti di lansir forbes.com, kaum milenial tetap mencoba berbelanja di tempat konvensional untuk mencari harga terbaik dan melihat langsung kualitas barang.

Tahun lalu Amazon mematenkan sistem daring pengecekan harga. Mereka menargetkan kawula muda yang melek teknologi. Alibaba juga tertarik dengan teknologi belanja online, tapi tidak menyingkirkan tradisi belanja offline.

Alibaba membuka supermarket Alibaba 13 Hema Xiansheng sekitar tiga tahun yang lalu. Pembeli dapat memindai barkot dengan menggunakan apli kasi Hema untuk mengetahui detail informasi sebuah produk. Di China, platform belanja Tmall milik Alibaba memain kan peran penting dalam kecepatan proses transaksi.

Para pembeli juga dapat menyimpan daftar barang yang akan dibeli. Hal ini dinilai para ahli membuat proses pelacakan dan penjualan lebih mudah, peritel dapat melihat produk mana yang lebih dicari.

Pada puncaknya, Alibaba pernah mengalami 325.000 transaksi per detik selama Singles’ Day. Hal ini didukung oleh sistem yang praktis yang membedakannya dengan Black Friday atau Cyber Mon day. Pada awal lima menit pembukaan, penjualan selama Singles’ Day 2017 sudah dapat mencapai hingga USD5 miliar.

“Singles’Day telah mengalahkan Black Friday,” kata Richard Windsor di forbes. com. Pada tahun lalu, Singles’ Day mencatat rekor baru penjualan USD25,3 miliar, dua kali lipat lebih besar dari total kombinasi penjualan Black Friday dan Cyber Monday.

Alibaba juga menggunakan tagline-tagline yang menarik. Alibaba telah me-rebranding Singles’ Day menjadi “11.11 Festival Belanja Global”. Singles’ Day memiliki fitur lainnya seperti barang mewah dengan jumlah terbatas dan fokus pada diskon besar-besaran.

Singles’ Day juga menjadi momen untuk saling bertukar kado di China, sedangkan Black Friday pemburuan barang tersier. “Ini merupakan sejarah baru di dunia perdagangan,” ungkap Fung Global Retail & Technology.

Pembeli dari berbagai negara membeli barang dari 140.000 toko dengan total pemaketan 812 juta bung kus. Para pengamat meyakini Singles’ Day memiliki masa depan yang lebih cerah dan dapat menjadi ajang terbesar di dunia.

Dengan kesuksesan itu, Alibaba berencana memperpanjang penjualan menjadi selama 48 jam sehingga pembeli dapat lebih leluasa memilih ratusan ribu barang dengan beragam label. Alibaba juga akan memasang harga khu sus. “Singles’ Day akan lebih besar dan sukses dibanding sebelumnya,” ungkap Alibaba.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5629 seconds (0.1#10.140)