Amnesty Internasional Cabut Penghargaan HAM Aung San Suu Kyi
A
A
A
LONDON - Amnesty International (AI) mengumumkan pencabutan penghargaan HAM tertinggi "Ambassador of Conscience" yang pernah diberikan kepada pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi pada tahun 2009. AI menyebut Suu Kyi telah mengkhianati nilai-nilai yang pernah dibelanya.
Menurut keterangan pers AI, yang diterima Sindonews pada Selasa (13/11), akhir pekan lalu Sekretaris Jenderal AI, Kumi Naidoo telah mengirimkan surat kepada Suu Kyi mengenai pencabutan penghargaan tersebut.
Dalam suratnya, Naidoo mengekspresikan kekecewaan AI atas kenyataan bahwa walaupun telah mencapai separuh dari masa jabatannya, dan setelah delapan tahun dibebaskan dari tahanan rumah, Suu Kyi dinilai tidak menggunakan otoritas politik dan moralnya untuk menjaga HAM, menegakkan keadilan, dan kesetaraan.
Suu Kyi, lanjut Naidoo, justru menutup mata terhadap kekejaman militer Myanmar dan meningkatnya serangan terhadap kebebasan berekspresi di negara tersebut.
“Sebagai seorang "Ambassador of Conscience" AI, harapan kami adalah Anda melanjutkan otoritas moral Anda untuk menentang ketidakadilan dimanapun Anda melihatnya, termasuk di Myanmar sendiri,” kata Naidoo dalam surat tersebut.
“Kami sangat kecewa menyampaikan bahwa Anda (Suu Kyi) tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian, dan pembela hak asasi manusia. AI tidak mempunyai alasan untuk tetap mempertahankan status Anda sebagai penerima penghargaan Ambassador of Conscience. Oleh karena itu, dengan sangat sedih kami menariknya dari Anda,” tukasnya.
Menurut keterangan pers AI, yang diterima Sindonews pada Selasa (13/11), akhir pekan lalu Sekretaris Jenderal AI, Kumi Naidoo telah mengirimkan surat kepada Suu Kyi mengenai pencabutan penghargaan tersebut.
Dalam suratnya, Naidoo mengekspresikan kekecewaan AI atas kenyataan bahwa walaupun telah mencapai separuh dari masa jabatannya, dan setelah delapan tahun dibebaskan dari tahanan rumah, Suu Kyi dinilai tidak menggunakan otoritas politik dan moralnya untuk menjaga HAM, menegakkan keadilan, dan kesetaraan.
Suu Kyi, lanjut Naidoo, justru menutup mata terhadap kekejaman militer Myanmar dan meningkatnya serangan terhadap kebebasan berekspresi di negara tersebut.
“Sebagai seorang "Ambassador of Conscience" AI, harapan kami adalah Anda melanjutkan otoritas moral Anda untuk menentang ketidakadilan dimanapun Anda melihatnya, termasuk di Myanmar sendiri,” kata Naidoo dalam surat tersebut.
“Kami sangat kecewa menyampaikan bahwa Anda (Suu Kyi) tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian, dan pembela hak asasi manusia. AI tidak mempunyai alasan untuk tetap mempertahankan status Anda sebagai penerima penghargaan Ambassador of Conscience. Oleh karena itu, dengan sangat sedih kami menariknya dari Anda,” tukasnya.
(esn)