Diburu Besar-besaran, Komunitas LGBT di Tanzania Ketakutan
A
A
A
DAR ES SALAM - Perburuan besar-besaran terhadap komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) oleh skuat bentukan seorang gubernur di Tanzania membuat orang-orang dari komunitas itu ketakutan. Mereka yang merasa bagian dari komunitas tersebut terpaksa hidup berpindah-pindah.
Skuat pemburu orang-orang LGBT dibentuk oleh Gubernur Dar-es-Salam, Paul Makonda. Dar-es-Salam merupakan kota terpadat di negara tersebut.
Skuat yang beranggotakan 17 orang memburu komunitas LGBT dengan menggunakan media sosial. Mereka yang teridentifikasi bagian dari komunitas itu akan ditangkap.
Makonda melalui Twitter mengumumkan bahwa dia menerima nama-nama lebih dari 100 orang yang dicurigai sebagai gay berada di wilayahnya.
Pengumuman Makonda tentang perburuan orang-orang LGBT telah memicu ketakutan dari komunitas tersebut di Dar-es-Salam. Seorang pria berusia 24 tahun bernama Nathan mengaku kepada Reuters pada hari Senin (5/11/2018) bahwa tidak tidak bisa hidup tenang di wilayah itu.
"Pindah ke sana-sini," katanya."(Saya) selalu melihat ke pundak jika mereka datang pada saya," ujarnya.
"Ada begitu banyak ketegangan dalam komunitas gay saat ini. Bukan hanya di Dar, tapi di seluruh negeri. Kami benar-benar takut. Kami tidak tahu harus berbuat apa dan ke mana harus pergi," ujarnya.
Presiden Tanzania, John Magufuli, yang terpilih pada tahun 2015, menyuarakan anti-LGBT pada bulan Juli lalu. Dia saat itu mengatakan, "sapi pun tidak menyetujui homoseksualitas".
Departemen Luar Negeri setempat telah mengeluarkan peringatan bahwa hubungan seks gay dan sejenisnya adalah ilegal. "Dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama," kata departemen tersebut dalam pengumumannya.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan travel advisory sejak bulan Januari yang berisi peringatan bagi para wisatawan AS untuk waspada jika bepergian di kawasan Afrika Timur."Karena kejahatan, terorisme, dan penargetan orang LGBTI (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks)," bunyi travel advisory.
Skuat pemburu orang-orang LGBT dibentuk oleh Gubernur Dar-es-Salam, Paul Makonda. Dar-es-Salam merupakan kota terpadat di negara tersebut.
Skuat yang beranggotakan 17 orang memburu komunitas LGBT dengan menggunakan media sosial. Mereka yang teridentifikasi bagian dari komunitas itu akan ditangkap.
Makonda melalui Twitter mengumumkan bahwa dia menerima nama-nama lebih dari 100 orang yang dicurigai sebagai gay berada di wilayahnya.
Pengumuman Makonda tentang perburuan orang-orang LGBT telah memicu ketakutan dari komunitas tersebut di Dar-es-Salam. Seorang pria berusia 24 tahun bernama Nathan mengaku kepada Reuters pada hari Senin (5/11/2018) bahwa tidak tidak bisa hidup tenang di wilayah itu.
"Pindah ke sana-sini," katanya."(Saya) selalu melihat ke pundak jika mereka datang pada saya," ujarnya.
"Ada begitu banyak ketegangan dalam komunitas gay saat ini. Bukan hanya di Dar, tapi di seluruh negeri. Kami benar-benar takut. Kami tidak tahu harus berbuat apa dan ke mana harus pergi," ujarnya.
Presiden Tanzania, John Magufuli, yang terpilih pada tahun 2015, menyuarakan anti-LGBT pada bulan Juli lalu. Dia saat itu mengatakan, "sapi pun tidak menyetujui homoseksualitas".
Departemen Luar Negeri setempat telah mengeluarkan peringatan bahwa hubungan seks gay dan sejenisnya adalah ilegal. "Dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama," kata departemen tersebut dalam pengumumannya.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan travel advisory sejak bulan Januari yang berisi peringatan bagi para wisatawan AS untuk waspada jika bepergian di kawasan Afrika Timur."Karena kejahatan, terorisme, dan penargetan orang LGBTI (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks)," bunyi travel advisory.
(mas)