Kenakan Celana Hitam Ketat, Legislator Perempuan Tanzania 'Diusir' dari Ruang Rapat
loading...
A
A
A
DODOMA - Seorang perempuan anggota parlemen Tanzania terpaksa meninggalkan ruang rapat karena pakaiannya. Ia dianggap mengenakan pakaian yang tidak pantas karena mengenakan celana panjang hitam yang ketat.
Anggota parlemen Tanzania Condester Sichalwe diminta untuk meninggalkan ruang rapat setelah mengenakan celana panjang hitam, atasan kuning cerah dan sepatu hak hitam. Penampilan Sichalwe lantas menuai komentar dari rekan prianya sesama legislator, Hussein Amar, yang mengeluhkan celana panjang hitam Sichalwe terlalu ketat.
Amar mengatakan bahwa cara kaum perempuan berpakaian di parlemen mengundang ejekan.
"Ketua, sebagai contok ada adik saya duduk di sebelah kanan saya dengan kemeja kuning. Lihat celana yang dia pakai Ketua," ujarnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (3/6/2021).
"Parlemen adalah cermin masyarakat dan Tanzania, dan beberapa saudari kita mengenakan pakaian aneh dan ia adalah legislator. Apa yang mereka tunjukkan kepada masyarakat?," imbuhnya yang mendapat dukungan berupa sorakan dari legislator lain.
Ketua Parlemen Tanzania, Job Ndugai, kemudian meminta Sichalwe untuk pergi.
"Berdandanlah dengan baik, lalu bergabunglah dengan kami kembali nanti," imbaunya yang dituruti oleh Sichalwe di mana ia kembali dengan mengenakan rok berwarna biru tua.
Kantor berita yang berbasis di Inggris, BBC melaporkan, Ndugai mengatakan ini bukan keluhan pertama yang dia terima tentang pakaian legislator perempuan. Ia juga memerintahkan petugas ruang sidang untuk menolak masuk siapa pun yang berpakaian tidak pantas. Ndugai mengutip aturan parlemen, yang mengizinkan wanita mengenakan celana panjang, tetapi menetapkan bahwa pakaian itu tidak boleh ketat.
Pasca kejadian itu, anggota parlemen Tanzania Jacqueline Ngonyani dan Stella Manyanya membentuk sebuah kelompok untuk menegaskan bahwa tidak ada yang salah dengan cara berpakaian Sichalwe. Menurut mereka meminta Sichalwe untuk meninggalkan pertemuan dan mengganti pakaiannya adalah tindakan "tidak adil."
Insiden itu juga menarik komentar di media sosial dari seluruh dunia, dengan beberapa mengatakan insiden itu adalah contoh lain dari bagaimana kaum pria mengawasi cara perempuan berpakaian.
Anggota parlemen Tanzania Condester Sichalwe diminta untuk meninggalkan ruang rapat setelah mengenakan celana panjang hitam, atasan kuning cerah dan sepatu hak hitam. Penampilan Sichalwe lantas menuai komentar dari rekan prianya sesama legislator, Hussein Amar, yang mengeluhkan celana panjang hitam Sichalwe terlalu ketat.
Amar mengatakan bahwa cara kaum perempuan berpakaian di parlemen mengundang ejekan.
"Ketua, sebagai contok ada adik saya duduk di sebelah kanan saya dengan kemeja kuning. Lihat celana yang dia pakai Ketua," ujarnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (3/6/2021).
"Parlemen adalah cermin masyarakat dan Tanzania, dan beberapa saudari kita mengenakan pakaian aneh dan ia adalah legislator. Apa yang mereka tunjukkan kepada masyarakat?," imbuhnya yang mendapat dukungan berupa sorakan dari legislator lain.
Ketua Parlemen Tanzania, Job Ndugai, kemudian meminta Sichalwe untuk pergi.
"Berdandanlah dengan baik, lalu bergabunglah dengan kami kembali nanti," imbaunya yang dituruti oleh Sichalwe di mana ia kembali dengan mengenakan rok berwarna biru tua.
Kantor berita yang berbasis di Inggris, BBC melaporkan, Ndugai mengatakan ini bukan keluhan pertama yang dia terima tentang pakaian legislator perempuan. Ia juga memerintahkan petugas ruang sidang untuk menolak masuk siapa pun yang berpakaian tidak pantas. Ndugai mengutip aturan parlemen, yang mengizinkan wanita mengenakan celana panjang, tetapi menetapkan bahwa pakaian itu tidak boleh ketat.
Pasca kejadian itu, anggota parlemen Tanzania Jacqueline Ngonyani dan Stella Manyanya membentuk sebuah kelompok untuk menegaskan bahwa tidak ada yang salah dengan cara berpakaian Sichalwe. Menurut mereka meminta Sichalwe untuk meninggalkan pertemuan dan mengganti pakaiannya adalah tindakan "tidak adil."
Insiden itu juga menarik komentar di media sosial dari seluruh dunia, dengan beberapa mengatakan insiden itu adalah contoh lain dari bagaimana kaum pria mengawasi cara perempuan berpakaian.
(ian)