China dan 10 Negara ASEAN Termasuk Indonesia Siap Manuver Bareng
A
A
A
SINGAPURA - China dan sepuluh negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Indonesia akan menggelar latihan maritim gabungan pertama minggu depan. Manuver bareng ini akan berlangsung di kawasan Laut China Selatan dengan tujuan meredam ketegangan.
Klaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan oleh Beijing telah menjadi sumber gesekan dengan beberapa negara pengklaim (Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam dan Taiwan). Dominasi China itu juga ditentang Amerika Serikat dengan alasan bisa membahayakan kebebasan navigasi di kawasan laut internasional.
Meskipun ada ketidaksepakatan terkait sengketa kawasan tersebut, China dan ASEAN terus berusaha untuk menciptakan suasana damai dalam upaya untuk menghentikan ketegangan yang bisa mengarah pada bahaya yang di luar kendali.
Persiapan manuver gabungan China dengan sepuluh negara ASEAN tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, pekan lalu.
"Saat kita berbicara, angkatan laut ASEAN sedang dalam perjalanan ke Zhanjiang di China untuk Latihan Maritim ASEAN-China," katanya, yang dikutip dari AFP, Senin (22/10/2018).
Pengumuman Menhan Singapura ini disampaikan dalam forum pertemuan para Menhan ASEAN yang juga dihadiri Menhan AS James Norman Mattis dan Menhan China Wei Fenghe.
Menurut Ng, latihan maritim gabungan akan membantu untuk membangun kepercayaan.
Kota Zhanjiang di China Selatan adalah rumah bagi Armada Laut Selatan dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Ng juga mengumumkan bahwa ASEAN berencana untuk mengadakan latihan maritim dengan AS untuk pertama kalinya pada tahun depan.
Sementara itu, Mattis bersikeras bahwa dia tidak percaya latihan China-ASEAN akan mengurangi pengaruh AS di wilayah vital yang strategis tersebut.
"Kami tidak melihat ini sebagai hal yang bertentangan dengan kepentingan kami," katanya.
"Jika kita bisa memiliki kegiatan semacam itu, itu transparan, sesuatu yang kurang di Laut China Selatan. Maka, itu akan bekerja ke arah yang benar," ujarnya.
Hoang Thi Ha, seorang analis politik dengan ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, mengatakan latihan gabungan pekan depan ditujukan untuk menunjukkan bahwa China dan ASEAN mengelola masalah maritim mereka dengan baik.
Namun dia menambahkan pentingnya latihan itu tidak boleh dibesar-besarkan karena itu latihan di perairan yang sejatinya tidak diperdebatkan.
"AS tidak kehilangan landasan karena ASEAN memilih untuk terbuka dan inklusif," katanya kepada AFP.
Klaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan oleh Beijing telah menjadi sumber gesekan dengan beberapa negara pengklaim (Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam dan Taiwan). Dominasi China itu juga ditentang Amerika Serikat dengan alasan bisa membahayakan kebebasan navigasi di kawasan laut internasional.
Meskipun ada ketidaksepakatan terkait sengketa kawasan tersebut, China dan ASEAN terus berusaha untuk menciptakan suasana damai dalam upaya untuk menghentikan ketegangan yang bisa mengarah pada bahaya yang di luar kendali.
Persiapan manuver gabungan China dengan sepuluh negara ASEAN tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, pekan lalu.
"Saat kita berbicara, angkatan laut ASEAN sedang dalam perjalanan ke Zhanjiang di China untuk Latihan Maritim ASEAN-China," katanya, yang dikutip dari AFP, Senin (22/10/2018).
Pengumuman Menhan Singapura ini disampaikan dalam forum pertemuan para Menhan ASEAN yang juga dihadiri Menhan AS James Norman Mattis dan Menhan China Wei Fenghe.
Menurut Ng, latihan maritim gabungan akan membantu untuk membangun kepercayaan.
Kota Zhanjiang di China Selatan adalah rumah bagi Armada Laut Selatan dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Ng juga mengumumkan bahwa ASEAN berencana untuk mengadakan latihan maritim dengan AS untuk pertama kalinya pada tahun depan.
Sementara itu, Mattis bersikeras bahwa dia tidak percaya latihan China-ASEAN akan mengurangi pengaruh AS di wilayah vital yang strategis tersebut.
"Kami tidak melihat ini sebagai hal yang bertentangan dengan kepentingan kami," katanya.
"Jika kita bisa memiliki kegiatan semacam itu, itu transparan, sesuatu yang kurang di Laut China Selatan. Maka, itu akan bekerja ke arah yang benar," ujarnya.
Hoang Thi Ha, seorang analis politik dengan ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, mengatakan latihan gabungan pekan depan ditujukan untuk menunjukkan bahwa China dan ASEAN mengelola masalah maritim mereka dengan baik.
Namun dia menambahkan pentingnya latihan itu tidak boleh dibesar-besarkan karena itu latihan di perairan yang sejatinya tidak diperdebatkan.
"AS tidak kehilangan landasan karena ASEAN memilih untuk terbuka dan inklusif," katanya kepada AFP.
(mas)