Wang: China dan ASEAN Harus Cegah Gangguan Luar di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Menteri Luar Negeri (Menlu) sekaligus Penasihat Negara China Wang Yi menyatakan Beijing dan negara-negara anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara ( ASEAN ) harus bekerja sama untuk membuang gangguan eksternal di Laut China Selatan (LCS).
Wang mengunjungi Malaysia sebagai bagian dari tur singkat di Asia Tenggara. Dia tidak menjelaskan lebih rinci pernyataannya itu.
Saat konferensi pers bersama, Menlu Malaysia Hishammuddin Hussein menyatakan, "Sengketa di Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai melalui dialog regional."
China selama bertahun-tahun terlibat konflik maritim dengan negara-negara lain di wilayah Laut China Selatan. Baru-baru ini China menggelar latihan militer di perairan strategis tersebut.
Amerika Serikat (AS) menuduh China berupaya membangun kekaisaran maritim di wilayah konflik tersebut. AS berulang kali menggelar misi pelayaran dan penerbangan dengan rute mendekati dan melintasi wilayah yang diklaim Beijing di Laut China Selatan.
Jelas bahwa maksud China dengan gangguan eksternal adalah AS dan aliansinya. Beijing selalu mengecam misi militer AS di dekat wilayah sengketa itu. (Baca Juga: China Marah, Kapal Perang Rudal AS Masuk Laut China Selatan)
China marah setelah kapal perang AS, USS John McCain, memasuki perairan sekitar Kepulauan Paracel, Laut China Selatan, pada Jumat. Itu adalah kepulauan yang jadi sengketa antara Beijing dan beberapa negara Asia Tenggara. (Baca Juga: Polisi akan Periksa Anwar Ibrahim untuk Konfirmasi Klaim Dukungan Jadi PM)
Beijing menuntut Washington untuk mengontrol dan membatasi operasi Angkatan Laut-nya di Laut China Selatan. Menurut Beijing, kapal perang bersenjata peluru kendali atau rudal tersebut memasuki perairan Kepulauan Paracel tanpa izin. (Lihat Video: Gubernur Jatim Hadiri Upacara HUT Jatim ke-75)
Juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Kolonel Zhang Nandong, menuduh Amerika melenturkan otot militernya dengan manuver USS John McCain tersebut. (Lihat Infografis: Truk Monster Pembawa Rudal Raksasa Milik Korea Utara)
"Ini adalah hegemoni navigasi telanjang dan provokasi militer," kata Kolonel Zhang dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (10/10).
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Wang mengunjungi Malaysia sebagai bagian dari tur singkat di Asia Tenggara. Dia tidak menjelaskan lebih rinci pernyataannya itu.
Saat konferensi pers bersama, Menlu Malaysia Hishammuddin Hussein menyatakan, "Sengketa di Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai melalui dialog regional."
China selama bertahun-tahun terlibat konflik maritim dengan negara-negara lain di wilayah Laut China Selatan. Baru-baru ini China menggelar latihan militer di perairan strategis tersebut.
Amerika Serikat (AS) menuduh China berupaya membangun kekaisaran maritim di wilayah konflik tersebut. AS berulang kali menggelar misi pelayaran dan penerbangan dengan rute mendekati dan melintasi wilayah yang diklaim Beijing di Laut China Selatan.
Jelas bahwa maksud China dengan gangguan eksternal adalah AS dan aliansinya. Beijing selalu mengecam misi militer AS di dekat wilayah sengketa itu. (Baca Juga: China Marah, Kapal Perang Rudal AS Masuk Laut China Selatan)
China marah setelah kapal perang AS, USS John McCain, memasuki perairan sekitar Kepulauan Paracel, Laut China Selatan, pada Jumat. Itu adalah kepulauan yang jadi sengketa antara Beijing dan beberapa negara Asia Tenggara. (Baca Juga: Polisi akan Periksa Anwar Ibrahim untuk Konfirmasi Klaim Dukungan Jadi PM)
Beijing menuntut Washington untuk mengontrol dan membatasi operasi Angkatan Laut-nya di Laut China Selatan. Menurut Beijing, kapal perang bersenjata peluru kendali atau rudal tersebut memasuki perairan Kepulauan Paracel tanpa izin. (Lihat Video: Gubernur Jatim Hadiri Upacara HUT Jatim ke-75)
Juru bicara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Kolonel Zhang Nandong, menuduh Amerika melenturkan otot militernya dengan manuver USS John McCain tersebut. (Lihat Infografis: Truk Monster Pembawa Rudal Raksasa Milik Korea Utara)
"Ini adalah hegemoni navigasi telanjang dan provokasi militer," kata Kolonel Zhang dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (10/10).
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(sya)