Senator AS Skeptis dengan Penjelasan Saudi soal Kematian Khashoggi
A
A
A
WASHINGTON - Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham mengaku skeptis dengan penjelasan pemerintah Arab Saudi soal kematian jurnalis pengkritik kerajaaan, Jamal Khashoggi. Sikap Graham ini bersamaan dengan pengumuman Riyadh bahwa wartawan itu tewas usai berkelahi dengan orang-orang yang ditemuinya di Konsulat Saudi di Istanbul.
Senator Graham merupakan politisi yang sangat kritis terhadap Riyadh sejak hilangnya Khashoggi.
Dialah salah satu politisi yang mendesak Presiden Donald Trump membuka penyelidikan di bawah Global Magnitsky Human Rights Accountability Act (UU Akuntabilitas Hak Asasi Manusia Magnitsky Global). UU ini berimplikasi pada penjatuhan sanksi terhadap negara asing, orang atau kelompok yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat.
"Saya skeptis terhadap narasi Saudi yang baru tentang Khashoggi, (narasi itu) adalah pernyataan yang meremehkan," tulis Graham di Twitter, yang dikutip Reuters, Sabtu (20/10/2018).
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Saudi mengumumkan Khashoggi tewas setelah berkelahi dengan sejumlah orang yang ditemuinya di Konsulat Saudi di Istanbul. Saat ini, sudah 18 orang ditangkap.
Pengumuman pemerintah tersebut merupakan hasil awal penyelidikan terkait dugaan pembunuhan terhadap Khashoggi.
"Penyelidikan masih berlangsung dan 18 warga Saudi telah ditangkap," bunyi pernyataan kejaksaan Saudi.
Dalam pengumuman tersebut, penasihat istana Kerajaan Saudi; Saud al-Qahtani dan Wakil Kepala Intelijen Ahmed Asiri telah dipecat dari jabatannya.
Pengumuman ini mengejutkan karena dari awal Riyadh membantah jurnalis The Washington Post itu dibunuh di konsulat.
Menteri Dalam Negeri Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef bin Abdulaziz membantah bahwa pemerintah memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi.
"Yang Mulia menegaskan bahwa apa yang telah beredar dengan adanya perintah untuk membunuhnya adalah kebohongan dan tuduhan tak berdasar terhadap pemerintah Kerajaan, yang menjunjung tinggi norma dan tradisinya dan sesuai dengan hukum internasional," tulis kantor berita negara Saudi, SPA, pada Sabtu pekan lalu (13/10/2018).
Jamal Khashoggi hilang sejak 2 Oktober 2018 setelah dia memasuki Konsulat Saudi di Istanbul. Dia mendatangi kantor diplomatik itu untuk mengurus dokumen perceraian yang dibutuhkan karena dia akan menikah dengan perempuan asal Turki.
Para investigator Turki percaya bahwa jurnalis tersebut telah dibunuh dan dimutilasi di dalam kantor konsulat. Sebelumnya, sumber pemerintah Turki mengklaim memiliki rekaman audio yang menguatkan dugaan bahwa wartawan itu disiksa, dibunuh dan dimutilasi tim algojo Saudi yang berjumlah 15 orang.
Senator Graham merupakan politisi yang sangat kritis terhadap Riyadh sejak hilangnya Khashoggi.
Dialah salah satu politisi yang mendesak Presiden Donald Trump membuka penyelidikan di bawah Global Magnitsky Human Rights Accountability Act (UU Akuntabilitas Hak Asasi Manusia Magnitsky Global). UU ini berimplikasi pada penjatuhan sanksi terhadap negara asing, orang atau kelompok yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat.
"Saya skeptis terhadap narasi Saudi yang baru tentang Khashoggi, (narasi itu) adalah pernyataan yang meremehkan," tulis Graham di Twitter, yang dikutip Reuters, Sabtu (20/10/2018).
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Saudi mengumumkan Khashoggi tewas setelah berkelahi dengan sejumlah orang yang ditemuinya di Konsulat Saudi di Istanbul. Saat ini, sudah 18 orang ditangkap.
Pengumuman pemerintah tersebut merupakan hasil awal penyelidikan terkait dugaan pembunuhan terhadap Khashoggi.
"Penyelidikan masih berlangsung dan 18 warga Saudi telah ditangkap," bunyi pernyataan kejaksaan Saudi.
Dalam pengumuman tersebut, penasihat istana Kerajaan Saudi; Saud al-Qahtani dan Wakil Kepala Intelijen Ahmed Asiri telah dipecat dari jabatannya.
Pengumuman ini mengejutkan karena dari awal Riyadh membantah jurnalis The Washington Post itu dibunuh di konsulat.
Menteri Dalam Negeri Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef bin Abdulaziz membantah bahwa pemerintah memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi.
"Yang Mulia menegaskan bahwa apa yang telah beredar dengan adanya perintah untuk membunuhnya adalah kebohongan dan tuduhan tak berdasar terhadap pemerintah Kerajaan, yang menjunjung tinggi norma dan tradisinya dan sesuai dengan hukum internasional," tulis kantor berita negara Saudi, SPA, pada Sabtu pekan lalu (13/10/2018).
Jamal Khashoggi hilang sejak 2 Oktober 2018 setelah dia memasuki Konsulat Saudi di Istanbul. Dia mendatangi kantor diplomatik itu untuk mengurus dokumen perceraian yang dibutuhkan karena dia akan menikah dengan perempuan asal Turki.
Para investigator Turki percaya bahwa jurnalis tersebut telah dibunuh dan dimutilasi di dalam kantor konsulat. Sebelumnya, sumber pemerintah Turki mengklaim memiliki rekaman audio yang menguatkan dugaan bahwa wartawan itu disiksa, dibunuh dan dimutilasi tim algojo Saudi yang berjumlah 15 orang.
(mas)