Pangeran Saudi Serukan Muslim Gabung Kristen dan Yahudi Kunjungi Yerusalem
A
A
A
NEW YORK - Pangeran Arab Saudi yang juga Sekretaris Jenderal Liga Muslim, Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa menyerukan umat Muslim bergabung dengan umat Kristen dan Yahudi untuk bersama-sama mengunjungi Yerusalem. Seruan ini sebagai langkah menuju perdamaian.
“Kita harus mengirim konvoi perdamaian yang mewakili ketiga agama Ibrahim. Mereka harus Muslim, Kristen dan Yahudi dan mereka harus mengunjungi semua tempat suci," kata Al-Issa kepada Fox News yang dilansir Jumat (5/10/2018) malam.
"Mereka harus bertemu semua orang dan menemukan kesamaan, dan mereka harus menyediakan lahan subur guna menemukan solusi untuk perdamaian," ujarnya.
Al-Issa menekankan bahwa delegasi harus terdiri dari para pemimpin tiga agama, bukan tokoh politik.
“Mereka harus independen dari politik, mereka seharusnya tidak memiliki agenda politik apa pun. Mereka akan lebih berpengaruh tanpa agenda politik karena mereka independen," ujarnya.
Delegasi tiga agama itu, lanjut dia, juga tidak harus dari negara tertentu. "Kunjungan ini bukan dari Arab Saudi dan seharusnya tidak mewakili Arab Saudi," kata mantan menteri kehakiman Saudi tersebut.
"Itu datang dari dunia Muslim, dunia Kristen dan dunia Yahudi. Itu tidak memiliki relevansi dengan negara manapun," imbuh dia.
Al-Issa mengatakan dia melihat pertemuan prospektif di Yerusalem yang dia gagas itu sebagai langkah menuju apa yang suatu hari nanti akan menjadi penerimaan lintas agama yang lebih luas dari berbagai agama.
Al-Issa—advokat 'dialog antaragama' yang vokal—bergabung dengan Ronald Lauder, Presiden Kongres Yahudi Dunia, dan para pemimpin agama lainnya dalam Forum Tahunan "Pertemuan Budaya Antara Dunia AS dan Dunia Muslim" di New York minggu ini.
“Peran utama konferensi ini adalah mencegah ekstremis memanfaatkan setiap lubang intelektual yang dapat mereka gunakan untuk mempromosikan ideologi ekstremis mereka dan memiliki pendapat para sarjana yang mapan. Para ekstremis tidak senang dengan konferensi ini," ujarnya.
"Kami mendorong dialog yang beradab dengan Amerika Serikat, dan ini tidak membuat para ekstremis senang. Kami di sini untuk menggagalkan ekstremisme ini."
Posisi Al-Issa mencerminkan pemanasan hubungan yang tenang antara negara Arab Sunni dan Israel, yang saat ini sama-sama berseteru dengan Iran. Saudi dan Israel tidak menjalin hubungan diplomatik resmi, namun keduanya dilaporkan telah berbagai data intelijen.
Al-Issa juga menjadi salah satu pemimpin Muslim paling terkemuka di wilayah itu yang mengakui kejahatan Holocaust atau pembantaian umat Yahudi oleh rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler. Dia secara konsisten menghardik pendukung Holocaust.
Alissa juga dipandang sebagai sekutu Putra Mahkota Mohammad bin Salam, yang telah membuat serangkaian reformasi sejak terpilih sebagai pewaris takhta Saudi pada 2017.
“Kita harus mengirim konvoi perdamaian yang mewakili ketiga agama Ibrahim. Mereka harus Muslim, Kristen dan Yahudi dan mereka harus mengunjungi semua tempat suci," kata Al-Issa kepada Fox News yang dilansir Jumat (5/10/2018) malam.
"Mereka harus bertemu semua orang dan menemukan kesamaan, dan mereka harus menyediakan lahan subur guna menemukan solusi untuk perdamaian," ujarnya.
Al-Issa menekankan bahwa delegasi harus terdiri dari para pemimpin tiga agama, bukan tokoh politik.
“Mereka harus independen dari politik, mereka seharusnya tidak memiliki agenda politik apa pun. Mereka akan lebih berpengaruh tanpa agenda politik karena mereka independen," ujarnya.
Delegasi tiga agama itu, lanjut dia, juga tidak harus dari negara tertentu. "Kunjungan ini bukan dari Arab Saudi dan seharusnya tidak mewakili Arab Saudi," kata mantan menteri kehakiman Saudi tersebut.
"Itu datang dari dunia Muslim, dunia Kristen dan dunia Yahudi. Itu tidak memiliki relevansi dengan negara manapun," imbuh dia.
Al-Issa mengatakan dia melihat pertemuan prospektif di Yerusalem yang dia gagas itu sebagai langkah menuju apa yang suatu hari nanti akan menjadi penerimaan lintas agama yang lebih luas dari berbagai agama.
Al-Issa—advokat 'dialog antaragama' yang vokal—bergabung dengan Ronald Lauder, Presiden Kongres Yahudi Dunia, dan para pemimpin agama lainnya dalam Forum Tahunan "Pertemuan Budaya Antara Dunia AS dan Dunia Muslim" di New York minggu ini.
“Peran utama konferensi ini adalah mencegah ekstremis memanfaatkan setiap lubang intelektual yang dapat mereka gunakan untuk mempromosikan ideologi ekstremis mereka dan memiliki pendapat para sarjana yang mapan. Para ekstremis tidak senang dengan konferensi ini," ujarnya.
"Kami mendorong dialog yang beradab dengan Amerika Serikat, dan ini tidak membuat para ekstremis senang. Kami di sini untuk menggagalkan ekstremisme ini."
Posisi Al-Issa mencerminkan pemanasan hubungan yang tenang antara negara Arab Sunni dan Israel, yang saat ini sama-sama berseteru dengan Iran. Saudi dan Israel tidak menjalin hubungan diplomatik resmi, namun keduanya dilaporkan telah berbagai data intelijen.
Al-Issa juga menjadi salah satu pemimpin Muslim paling terkemuka di wilayah itu yang mengakui kejahatan Holocaust atau pembantaian umat Yahudi oleh rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler. Dia secara konsisten menghardik pendukung Holocaust.
Alissa juga dipandang sebagai sekutu Putra Mahkota Mohammad bin Salam, yang telah membuat serangkaian reformasi sejak terpilih sebagai pewaris takhta Saudi pada 2017.
(mas)