Kepala Yayasan Nobel Sesalkan Tindakan Suu Kyi Soal Rohingya
A
A
A
STOCKHOLM - Kepala Yayasan Nobel menyesalkan sejumlah tindakan yang diambil Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin sipil Myanmar terkait permasalahan Rohingya. Meski begitu, pihaknya tidak akan menarik Hadiah Nobel Perdamaiannya.
Lars Heikensten mengatakan tidak masuk akal untuk menarik penghargaan sebagai reaksi terhadap hal-hal yang terjadi setelah hadiah itu diberikan, karena hakim akan terus-menerus harus membahas tentang jasa para pemenang.
Amerika Serikat (AS) pada bulan Agustus merilis laporan yang menuduh militer Myanmar melakukan pembunuhan massal Muslim Rohingya dengan "niat genosida" dalam operasi yang mendorong lebih dari 700 ribu pengungsi menyeberang perbatasan ke Bangladesh.
Suu Kyi, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas kampanyenya untuk demokrasi dan sekarang memimpin pemerintahan Myanmar, dituduh dalam laporan yang sama gagal menggunakan "otoritas moralnya" guna melindungi warga sipil.
"Kami melihat apa yang dia lakukan di Myanmar telah dipertanyakan banyak pihak dan kami membela hak asasi manusia, itu adalah salah satu nilai inti kami," kata Lars Heikensten.
“Jadi tentu saja sejauh dia bertanggung jawab untuk itu, itu sangat disesalkan,” tambahnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/10/2018).
Juru bicara pemerintah Zaw Htay tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentarnya. Bulan lalu ia mengatakan ia tidak lagi berbicara kepada media melalui telepon, hanya pada konferensi dua mingguan.
Myanmar menolak temuan-temuan AS sebagai temuan "satu sisi". Myanmar mengatakan aksi militer, yang menyusul serangan militan terhadap pasukan keamanan pada Agustus tahun lalu, adalah operasi kontra pemberontakan yang sah.
Suu Kyi sendiri bulan lalu mengatakan bahwa di belakang pemerintahannya dapat menangani situasi di negara bagian Rakhine lebih baik, tetapi tidak mengakui adanya tindak kejahatan besar.
"Kami tidak percaya menarik kembali penghargaan menjadi sesuatu yang masuk akal...itu akan melibatkan kita dalam diskusi konstan tentang manfaat apa yang dilakukan orang setelahnya, setelah mereka menerima hadiah," tutur Heikensten.
“Selalu ada dan akan selalu ada pemenang Nobel yang melakukan berbagai hal setelah mereka mendapatkan hadiah yang tidak kita setujui atau yang menurut kita bukan hal yang benar. Itu tidak bisa kami hindari,” tambahnya.
Yayasan Nobel yang berpusat di Stockholm mengawasi administrasi semua Hadiah Nobel, yang diberikan oleh berbagai organisasi di Swedia dan Norwegia.
Komite Nobel Norwegia, yang memberikan Hadiah Perdamaian, mengatakan pada bulan Agustus bahwa peraturannya tidak mengizinkan pemberian hadiah ditarik.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini akan diumumkan pada hari Jumat di Oslo.
Lars Heikensten mengatakan tidak masuk akal untuk menarik penghargaan sebagai reaksi terhadap hal-hal yang terjadi setelah hadiah itu diberikan, karena hakim akan terus-menerus harus membahas tentang jasa para pemenang.
Amerika Serikat (AS) pada bulan Agustus merilis laporan yang menuduh militer Myanmar melakukan pembunuhan massal Muslim Rohingya dengan "niat genosida" dalam operasi yang mendorong lebih dari 700 ribu pengungsi menyeberang perbatasan ke Bangladesh.
Suu Kyi, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas kampanyenya untuk demokrasi dan sekarang memimpin pemerintahan Myanmar, dituduh dalam laporan yang sama gagal menggunakan "otoritas moralnya" guna melindungi warga sipil.
"Kami melihat apa yang dia lakukan di Myanmar telah dipertanyakan banyak pihak dan kami membela hak asasi manusia, itu adalah salah satu nilai inti kami," kata Lars Heikensten.
“Jadi tentu saja sejauh dia bertanggung jawab untuk itu, itu sangat disesalkan,” tambahnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/10/2018).
Juru bicara pemerintah Zaw Htay tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentarnya. Bulan lalu ia mengatakan ia tidak lagi berbicara kepada media melalui telepon, hanya pada konferensi dua mingguan.
Myanmar menolak temuan-temuan AS sebagai temuan "satu sisi". Myanmar mengatakan aksi militer, yang menyusul serangan militan terhadap pasukan keamanan pada Agustus tahun lalu, adalah operasi kontra pemberontakan yang sah.
Suu Kyi sendiri bulan lalu mengatakan bahwa di belakang pemerintahannya dapat menangani situasi di negara bagian Rakhine lebih baik, tetapi tidak mengakui adanya tindak kejahatan besar.
"Kami tidak percaya menarik kembali penghargaan menjadi sesuatu yang masuk akal...itu akan melibatkan kita dalam diskusi konstan tentang manfaat apa yang dilakukan orang setelahnya, setelah mereka menerima hadiah," tutur Heikensten.
“Selalu ada dan akan selalu ada pemenang Nobel yang melakukan berbagai hal setelah mereka mendapatkan hadiah yang tidak kita setujui atau yang menurut kita bukan hal yang benar. Itu tidak bisa kami hindari,” tambahnya.
Yayasan Nobel yang berpusat di Stockholm mengawasi administrasi semua Hadiah Nobel, yang diberikan oleh berbagai organisasi di Swedia dan Norwegia.
Komite Nobel Norwegia, yang memberikan Hadiah Perdamaian, mengatakan pada bulan Agustus bahwa peraturannya tidak mengizinkan pemberian hadiah ditarik.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini akan diumumkan pada hari Jumat di Oslo.
(ian)