Damaskus Tuntut Pasukan AS, Prancis, dan Turki Ditarik
A
A
A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri Suriah mengecam pasukan Amerika Serikat (AS), Prancis dan Turki yang beroperasi di negaranya sebagai "pasukan pendudukan." Ia pun menuntut agar mereka segera pergi Suriah.
Berpidato di Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem, yang juga bertugas sebagai wakil perdana menteri Suriah, juga meminta pengungsi Suriah untuk pulang, meskipun perang negara itu sekarang sudah memasuki tahun kedelapan.
Moualem mengatakan pasukan asing berada di tanah Suriah secara ilegal, dengan dalih memerangi terorisme, dan akan ditangani sesuai dengan statusnya.
"Mereka harus segera mundur dan tanpa syarat apa pun," katanya kepada majelis seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (30/9/2018).
AS memiliki sekitar 2.000 pasukan di Suriah, terutama untuk memberikan pelatihan dan nasihat kepada pasukan Kurdi serta orang Arab Suriah yang menentang rezim Presiden Bashar al-Assad.
Sementara Prancis memiliki lebih dari 1.000 tentara di lapangan di negara yang dilanda perang itu.
Selain AS, Prancis dan Turki, pendukung rezim seperti Rusia dan Iran mempertahankan kehadiran militer di negara tersebut.
Rusia meluncurkan kampanyenya di Suriah pada tahun 2015 untuk mendukung Assad dan membantu mengubah gelombang perang mendukung pasukan rezim Suriah.
Peran Rusia yang meningkat di Suriah memungkinkan pasukan Assad, yang telah kehilangan wilayah atas oposisi bersenjata, mampu membalikkan keadaan dalam perang dan merebut kembali wilayah luas yang dikuasai oleh para pemberontak.
Awal pekan ini, penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan pasukan AS akan tetap di Suriah "sampai Iran pergi".
Lebih dari 360 ribu orang telah tewas dan jutaan orang mengungsi dari rumah mereka sejak rezim menanggapi protes anti-Assad pada tahun 2011 dengan penindasan brutal.
Berpidato di Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem, yang juga bertugas sebagai wakil perdana menteri Suriah, juga meminta pengungsi Suriah untuk pulang, meskipun perang negara itu sekarang sudah memasuki tahun kedelapan.
Moualem mengatakan pasukan asing berada di tanah Suriah secara ilegal, dengan dalih memerangi terorisme, dan akan ditangani sesuai dengan statusnya.
"Mereka harus segera mundur dan tanpa syarat apa pun," katanya kepada majelis seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (30/9/2018).
AS memiliki sekitar 2.000 pasukan di Suriah, terutama untuk memberikan pelatihan dan nasihat kepada pasukan Kurdi serta orang Arab Suriah yang menentang rezim Presiden Bashar al-Assad.
Sementara Prancis memiliki lebih dari 1.000 tentara di lapangan di negara yang dilanda perang itu.
Selain AS, Prancis dan Turki, pendukung rezim seperti Rusia dan Iran mempertahankan kehadiran militer di negara tersebut.
Rusia meluncurkan kampanyenya di Suriah pada tahun 2015 untuk mendukung Assad dan membantu mengubah gelombang perang mendukung pasukan rezim Suriah.
Peran Rusia yang meningkat di Suriah memungkinkan pasukan Assad, yang telah kehilangan wilayah atas oposisi bersenjata, mampu membalikkan keadaan dalam perang dan merebut kembali wilayah luas yang dikuasai oleh para pemberontak.
Awal pekan ini, penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan pasukan AS akan tetap di Suriah "sampai Iran pergi".
Lebih dari 360 ribu orang telah tewas dan jutaan orang mengungsi dari rumah mereka sejak rezim menanggapi protes anti-Assad pada tahun 2011 dengan penindasan brutal.
(ian)