Kapal Perang AS dengan Rudal Tomahawk Mulai Dekati Suriah
A
A
A
DAMASKUS - Kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Bulkeley, yang membawa banyak rudal jelajah Tomahawk mulai mendekati wilayah Suriah. Kapal perusak kelas Arleigh Burke itu telah tiba di Laut Mediterania.
Kedatangan USS Bulkeley (DDG-84) memicu kekhawatiran bahwa Washington kembali akan menyerang rezim Damaskus seiring dengan klaim Washington bahwa pasukan Pemerintah Presiden Bashar al-Assad sedang bersiap menggunakan senjata kimia di Idlib.
Rusia sebagai sekutu Assad, mengklaim serangan senjata kimia disiapkan oleh kelompok militan yang bekerjasama dengan kelompok relawan White Helmets.
Kantor berita Interfax, yang mengutip data pemantauan maritim internasional, pada Kamis (13/9/2018) melaporkan kapal USS Bulkeley sudah memasuki Laut Mediterania melalui Selat Gibraltar sejak hari Rabu.
Seorang petugas pengawas di Selat Gibraltar mengonfirmasi transit kapal perusak tersebut pada 12 September 2018.
Dengan kedatangan USS Bulkeley, pasukan AS di wilayah itu memiliki hingga 200 rudal jelajah Tomahawk yang tersedia untuk menyerang sasaran di Suriah jika diperintahkan untuk melakukannya.
Pekan lalu, kapal selam USS Newport News (SSN-750) juga tiba di Laut Mediterania.
Saat kedatangan kapal selam AS, Angkatan Laut Rusia sedan melakukan manuver besar-besaran di lepas pantai Suriah, termasuk peluncuran rudal. Kehadiran kapal-kapal perang Rusia di kawasan itu kemungkinan untuk menjadi penghalang dari tindakan militer Washington terhadap rezim Damaskus.
Washington telah berulang kali mengklaim bahwa pemerintah di Damaskus sedang mempersiapkan serangan kimia terhadap warga sipil di provinsi Idlib, benteng terakhir kelompok pemberontak dan militan jihadis.
Kelompok militan yang paling kuat di Idlib adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra. Kelompok itu berafiliasi dengan al-Qaeda, kelompok yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh AS karena dianggap bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 atau 9/11 terhadap menara kembar World Trade Center (WTC) di New York.
White Helmets, sebuah kelompok pertahanan sipil yang beroperasi hanya di daerah yang dikuasai pemberontak, juga memiliki kehadiran di Idlib.
Rusia menuduh White Helmets meluncurkan serangan senjata kimia di Idlib untuk memprovokasi intervensi militer Barat di Suriah. Kelompok itu, menurut Moskow, telah memfilmkan setidaknya sembilan video yang dimaksudkan untuk dijadikan bukti klaim bahwa Damaskus telah menggunakan gas klorin terhadap warga sipil di Idlib.
Kedatangan USS Bulkeley (DDG-84) memicu kekhawatiran bahwa Washington kembali akan menyerang rezim Damaskus seiring dengan klaim Washington bahwa pasukan Pemerintah Presiden Bashar al-Assad sedang bersiap menggunakan senjata kimia di Idlib.
Rusia sebagai sekutu Assad, mengklaim serangan senjata kimia disiapkan oleh kelompok militan yang bekerjasama dengan kelompok relawan White Helmets.
Kantor berita Interfax, yang mengutip data pemantauan maritim internasional, pada Kamis (13/9/2018) melaporkan kapal USS Bulkeley sudah memasuki Laut Mediterania melalui Selat Gibraltar sejak hari Rabu.
Seorang petugas pengawas di Selat Gibraltar mengonfirmasi transit kapal perusak tersebut pada 12 September 2018.
Dengan kedatangan USS Bulkeley, pasukan AS di wilayah itu memiliki hingga 200 rudal jelajah Tomahawk yang tersedia untuk menyerang sasaran di Suriah jika diperintahkan untuk melakukannya.
Pekan lalu, kapal selam USS Newport News (SSN-750) juga tiba di Laut Mediterania.
Saat kedatangan kapal selam AS, Angkatan Laut Rusia sedan melakukan manuver besar-besaran di lepas pantai Suriah, termasuk peluncuran rudal. Kehadiran kapal-kapal perang Rusia di kawasan itu kemungkinan untuk menjadi penghalang dari tindakan militer Washington terhadap rezim Damaskus.
Washington telah berulang kali mengklaim bahwa pemerintah di Damaskus sedang mempersiapkan serangan kimia terhadap warga sipil di provinsi Idlib, benteng terakhir kelompok pemberontak dan militan jihadis.
Kelompok militan yang paling kuat di Idlib adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra. Kelompok itu berafiliasi dengan al-Qaeda, kelompok yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh AS karena dianggap bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 atau 9/11 terhadap menara kembar World Trade Center (WTC) di New York.
White Helmets, sebuah kelompok pertahanan sipil yang beroperasi hanya di daerah yang dikuasai pemberontak, juga memiliki kehadiran di Idlib.
Rusia menuduh White Helmets meluncurkan serangan senjata kimia di Idlib untuk memprovokasi intervensi militer Barat di Suriah. Kelompok itu, menurut Moskow, telah memfilmkan setidaknya sembilan video yang dimaksudkan untuk dijadikan bukti klaim bahwa Damaskus telah menggunakan gas klorin terhadap warga sipil di Idlib.
(mas)