Rusia: Bertemu di Idlib, Teroris dan White Helmets Siapkan Serangan Kimia

Minggu, 09 September 2018 - 01:41 WIB
Rusia: Bertemu di Idlib, Teroris dan White Helmets Siapkan Serangan Kimia
Rusia: Bertemu di Idlib, Teroris dan White Helmets Siapkan Serangan Kimia
A A A
MOSKOW - Militer Rusia mengklaim telah memperoleh data tak terbantahkan yang menyatakan kelompok-kelompok teroris, termasuk Jabhat an-Nusra, dan kelompok relawan White Helmets akan bertemu di Provinsi Idlib pada hari Minggu (9/9/2018). Mereka merencanakan skenario akhir untuk serangan senjata kimia di berbagai kota.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan empat kota jadi target serangan seperti yang diskenariokan. Empat kota itu adalah Jisr ash-Shugur, Serakab, Taftanaz dan Sarmin.

Menurut Konashenkov, serangan itu merupakan taktik untuk memfitnah rezim Suriah atau dikenal sebagai "serangan bendera palsu". Tujuannya, agar rezim Suriah dituduh sebagai pelaku serangan sehingga jadi dalih bagi Barat untuk meluncurkan serangan militer.

"Kesiapan penuh semua peserta yang terlibat dalam pementasan provokasi dipastikan pada malam hari tanggal 8 September," kata Konashenkov, seperti dikutip Russia Today.

Dia menambahkan bahwa para teroris akan menerima sinyal khusus dari beberapa rekan-rekan asing dari kelompok revolusi Suriah untuk meluncurkan operasi.

Pernyataan itu muncul setelah sebelumnya pemerintah Rusia memperingatkan bahaya dari rencana kelompok-kelompok teroris di Idlib yang hendak melakukan serangan senjata kimia untuk memprovokasi Barat.

Pada bulan Agustus, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa delapan tabung klorin telah dikirim ke sebuah desa dekat Kota Jisr al-Shughur. Kelompok militan bersama relawan asing yang juga tiba di kota tersebut menyiapkan simulasi operasi penyelamatan setelah serangan yang mereka peragakan.

AS dan sekutunya telah berulang kali menekankan kesiapannya untuk menyerang rezim Suriah jika ada serangan kimia. Washington mengabaikan semua peringatan yang disampaikan oleh Rusia.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley baru-baru ini mengatakan bahwa dia sudah tahu para pelakunya jika terjadi insiden serangan senjata kimia di Suriah.

Pada akhir Agustus, pasukan Amerika sudah mengerahkan kapal-kapal perang dengan rudal jelajah seperti USS Ross dan USS Sullivan ke Laut Mediterania dan Teluk Persia.Persiapan pasukan militer AS itu telah dikecam Rusia, di mana Kementerian Pertahanan-nya menggambarkan langkah itu sebagai bukti terbaru dari niat AS untuk mengambil keuntungan dari "serangan bendera palsu".
Pada hari Jumat, para pemimpin dari tiga negara terlibat dalam "Astana process", yakni Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani, bertemu di Teheran. Mereka membahas situasi di Idlib dan seluruh Suriah.

Ketiganya sepakat bahwa kelompok Islamis radikal menimbulkan ancaman bagi Suriah. Namun, pertemuan itu berakhir dengan kebuntuan. Erdogan menyerukan gencatan senjata di Idlib dan memperingatkan bahaya besar jika rezim Suriah meluncurkan serangan di wilayah itu.

Putin dan Rouhani menolak seruan Erdogan. Mereka justru mendukung rezim Suriah untuk merebut kembali Idlib dari tangan pemberontak dan kelompok teroris.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3614 seconds (0.1#10.140)