AS Godok Opsi Militer Jika Suriah Gunakan Senjata Kimia

Sabtu, 08 September 2018 - 11:08 WIB
AS Godok Opsi Militer Jika Suriah Gunakan Senjata Kimia
AS Godok Opsi Militer Jika Suriah Gunakan Senjata Kimia
A A A
NEW DELHI - Jenderal tertinggi Amerika Serikat (AS) mengatakan ia terlibat dalam dialog rutin dengan Presiden Donald Trump tentang opsi militer seandainya Suriah mengabaikan peringatan Washington. Sebelumanya AS memperingatkan Suriah untuk tidak menggunakan senjata kimia dalam serangan di daerah kantong Idlib.

Jenderal Marinir Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan tidak ada keputusan yang dibuat oleh Washington untuk menggunakan kekuatan militer sebagai tanggapan terhadap serangan kimia masa depan di Suriah.

"Tapi kami sedang berdialog, dialog rutin, dengan presiden untuk memastikan dia tahu di mana kami berkenaan dengan perencanaan jika senjata kimia digunakan," katanya kepada sekelompok kecil wartawan selama perjalanan ke India.

"Dia mengharapkan kita untuk memiliki opsi militer dan kami telah memberikan pembaruan kepadanya tentang pengembangan opsi militer tersebut," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/9/2018).

Dunford menolak mengomentari pernyataan intelijen AS tentang Suriah tengah menyiapkan serangan senjata kimia.

Ditanya apakah masih ada peluang penyerangan di Idlib dapat dihindari, Dunford mengatakan: "Saya tidak tahu apakah ada sesuatu yang dapat menghentikannya."

"Ini tentu mengecewakan tetapi mungkin tidak (mengejutkan) bahwa Rusia, Turki, dan Iran tidak dapat menemukan solusi kemarin," katanya.

Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengumpulkan pasukannya dan pasukan sekutu di garis depan di barat laut, dan pesawat Rusia telah bergabung dengan pemboman terhadap pemberontaknya di sana, sebagai pendahuluan terhadap serangan yang secara luas kendati ada keberatan dari Turki.

Presiden Turki, Iran dan Rusia pada hari Jumat gagal menyepakati gencatan senjata yang akan mencegah serangan, mungkin pertempuran besar terakhir dalam perang yang telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dan memaksa 11 juta orang meninggalkan rumah mereka.

Idlib adalah satu-satunya benteng kuat yang tersisa dan serangan pemerintah dapat menjadi pertempuran terakhir yang menentukan perang.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6979 seconds (0.1#10.140)
pixels