Pembicaraan Damai Yaman, Houthi Minta Jaminan PBB

Sabtu, 08 September 2018 - 10:39 WIB
Pembicaraan Damai Yaman,...
Pembicaraan Damai Yaman, Houthi Minta Jaminan PBB
A A A
JENEWA - Kelompok pemberontak Yaman, Houthi, mengatakan pihaknya masih menunggu PBB untuk menjamin delegasinya tidak akan diperiksa oleh pasukan koalisi Arab Saudi dan dapat mengevakuasi korban luka.

Pembicaraan yang ditengahi oleh PBB dimaksudkan untuk mengakhiri perang tiga tahun di Yaman. Tetapi hanya perwakilan pemerintah Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi yang muncul. Sementara delegasi Houthi bersikeras pesawat mereka ke Jenewa harus diizinkan untuk mengevakuasi puluhan orang yang terluka ke negara tetangga Oman.

"Perserikatan Bangsa-Bangsa kini menghadapi pilihan di mana ia harus membuktikan bahwa ia menolak pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan, tidak mengizinkan pesawat Oman untuk mengambil delegasi dan yang terluka adalah pelanggaran mencolok," kata seorang pemimpin Houthi, Mohamed. Ali al-Houthi, pada Jumat malam di Twitter seperti dikutip dari VOA, Sabtu (8/9/2018).

Houthi mengatakan kelompoknya juga menginginkan jaminan bahwa pesawat mereka yang dipasok oleh Oman tidak harus berhenti di Djibouti untuk diperiksa di kedua arah, setelah terakhir kali "disita" di sana oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi selama berbulan-bulan.

Koalisi pimpinan Saudi campur tangan dalam perang Yaman melawan Huthi pada 2015 dengan tujuan memulihkan pemerintahan Hadi.

Perundingan perdamaian selanjutnya gagal. Sejak itu, situasi kemanusiaan memburuk dengan tajam, menempatkan 8,4 juta orang di tepi kelaparan dan merusak ekonomi yang sudah lemah.

PBB menginginkan pemerintah Yaman dan Houthi untuk bekerja menuju kesepakatan damai, menyingkirkan pasukan asing dari Yaman dan membentuk pemerintah persatuan nasional.

Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman yang mengatur perundingan yang pertama dalam tiga tahun, dalam dua hari terakhir telah bertemu hanya dengan delegasi pemerintah Yaman di Jenewa, diplomat dan pejabat PBB mengatakan.

"Diskusi dengan Menteri Luar Negeri Yaman Khaled al-Yamani termasuk akses kemanusiaan, pembukaan kembali bandara Sanaa dan masalah tahanan," ujar seorang juru bicara PBB pada briefing Jumat waktu setempat.

Griffiths bekerja keras untuk mendatangkan delegasi Houthi ke Jenewa, tetapi hambatan utamanya adalah rencana perjalanannya ke kota Swiss dan tuntutan untuk mengevakuasi korban perang dari Sanaa, kata para diplomat dan sumber-sumber dari PBB.

Kemudian, sebuah pernyataan PBB mengatakan Griffiths akan memberikan konferensi pers di Jenewa pada Sabtu pagi tetapi tidak memberikan petunjuk apakah dia akan berada di posisi untuk mengumumkan sebuah terobosan.

Delegasi pemerintah Yaman berada di bawah tekanan dari negara-negara sekutu Arab dan Amerika Serikat (AS) untuk menetap di Jenewa.

"Ketiadaan delegasi Houthi tidak berarti bahwa ini telah gagal. Ini tidak berarti bahwa kita berhenti melakukan apa yang kita lakukan," ucap Matthew Tueller, duta besar AS untuk Yaman, yang sekarang berbasis di Arab Saudi.

"Jika mereka (Houthi) tidak datang, kita semua akan kecewa. Tapi seperti yang saya katakan, saya pikir kehadiran delegasi pemerintah di sini telah memungkinkan kita semua untuk membuat beberapa kemajuan pada beberapa isu pembebasan tahanan, bahkan mungkin beberapa cara yang akan memungkinkan untuk akses perjalanan yang lebih besar," sambungnya.

Tueller, yang menekankan pada masalah perjalanan, mengatakan: "Salah satu masalah yang telah dibahas di sini, dan bahwa ada banyak pekerjaan persiapan, akan benar-benar memungkinkan penerbangan reguler untuk mengevakuasi orang yang terluka untuk dirawat di luar negeri. Dan sangat mengecewakan bahwa delegasi dari Sanaa tidak di sini atau belum bisa berada di sini untuk benar-benar menghasilkan hasil yang ingin kami lihat."

Uni Emirat Arab, anggota utama koalisi pimpinan Saudi, menuduh kelompok Houthi menghalangi upaya perdamaian.

"Kondisi ini hanya dapat ditafsirkan sebagai tujuan untuk menghalangi pembicaraan," tweet Menteri Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7252 seconds (0.1#10.140)