Pakar: Australia Bergantung pada Indonesia untuk Keamanannya
A
A
A
JAKARTA - Perdana Menteri (PM) baru Australia, Scott Morrison, telah terbang ke Indonesia untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), hari ini (31/8/2018). Para pakar Canberra menilai langkah Morisson tepat memilih Jakarta sebagai tujuan pertama lawatan luar negerinya.
Morrison resmi terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal sejak Jumat (24/8/2018). Australia saat ini dikuasai Partai Liberal, di mana pemimpin partai tersebut otomatis menjadi perdana menteri.
Dia menggantikan PM Malcolm Bligh Turnbull. Sekadar diketahui, Turnbull menjadi pemimpin Partai Liberal dari 2015 hingga 2018.
Langkah Morrison untuk menempatkan Indonesia dalam agenda internasionalnya juga meniru para pendahulunya. Kunjungannya akan mengumumkan tentang kesepakatan perdagangan bebas kedua negara.
Pakar hubungan internasional Matthew Busch yang aktif di Lowy Institute’s East Asia Program mengatakan kepada 9NEWS bahwa keputusan PM baru Australia ini merupakan langkah cerdas.
"Saya pikir penting bahwa Perdana Menteri telah memutuskan untuk menjadikan ini perjalanan internasional pertamanya...dan itu pasti akan sangat berarti bagi pihak Indonesia," kata Busch.
“Indonesia dan Australia akan selalu bertetangga, mereka tidak akan pernah dapat lolos dari satu sama lain, mereka akan selalu menemukan hal-hal yang muncul dan menyulitkan dari waktu ke waktu, jadi penting untuk memiliki hubungan, diplomasi dan tautan komersial di tempat," ujarnya.
Michael Shoebridge, Direktur Pertahanan dan Strategi di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan Australia bergantung pada Indonesia untuk rasa keamanannya.
“Salah satu alasan mengapa orang Australia merasa sangat aman adalah karena lokasi kami di dunia, dan sebagian besar dari itu adalah fakta bahwa di utara kami adalah salah satu negara terpadat, mitra damai, kuat untuk Australia yang benar-benar menjadi bagian perlindungan kami di dunia," katanya.
Indonesia juga memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi kepada Australia.
"Ia (Indonesia) melihat dirinya sebagai pemimpin di ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) dengan potensi ekonomi paling besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global yang nyata," kata Shoebridge.
"Australia perlu melakukan kerja keras dalam hubungan ini untuk mengangkat kemitraan ekonomi kita," imbuh dia.
Indonesia dan Australia sejatinya telah bekerja untuk membuat perjanjian perdagangan bebas selama sekitar enam tahun terakhir. Pertemuan Morrison dan Jokowi diharapkan berakhir dengan penandatanganan perjanjian tersebut.
Morrison resmi terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal sejak Jumat (24/8/2018). Australia saat ini dikuasai Partai Liberal, di mana pemimpin partai tersebut otomatis menjadi perdana menteri.
Dia menggantikan PM Malcolm Bligh Turnbull. Sekadar diketahui, Turnbull menjadi pemimpin Partai Liberal dari 2015 hingga 2018.
Langkah Morrison untuk menempatkan Indonesia dalam agenda internasionalnya juga meniru para pendahulunya. Kunjungannya akan mengumumkan tentang kesepakatan perdagangan bebas kedua negara.
Pakar hubungan internasional Matthew Busch yang aktif di Lowy Institute’s East Asia Program mengatakan kepada 9NEWS bahwa keputusan PM baru Australia ini merupakan langkah cerdas.
"Saya pikir penting bahwa Perdana Menteri telah memutuskan untuk menjadikan ini perjalanan internasional pertamanya...dan itu pasti akan sangat berarti bagi pihak Indonesia," kata Busch.
“Indonesia dan Australia akan selalu bertetangga, mereka tidak akan pernah dapat lolos dari satu sama lain, mereka akan selalu menemukan hal-hal yang muncul dan menyulitkan dari waktu ke waktu, jadi penting untuk memiliki hubungan, diplomasi dan tautan komersial di tempat," ujarnya.
Michael Shoebridge, Direktur Pertahanan dan Strategi di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan Australia bergantung pada Indonesia untuk rasa keamanannya.
“Salah satu alasan mengapa orang Australia merasa sangat aman adalah karena lokasi kami di dunia, dan sebagian besar dari itu adalah fakta bahwa di utara kami adalah salah satu negara terpadat, mitra damai, kuat untuk Australia yang benar-benar menjadi bagian perlindungan kami di dunia," katanya.
Indonesia juga memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi kepada Australia.
"Ia (Indonesia) melihat dirinya sebagai pemimpin di ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) dengan potensi ekonomi paling besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global yang nyata," kata Shoebridge.
"Australia perlu melakukan kerja keras dalam hubungan ini untuk mengangkat kemitraan ekonomi kita," imbuh dia.
Indonesia dan Australia sejatinya telah bekerja untuk membuat perjanjian perdagangan bebas selama sekitar enam tahun terakhir. Pertemuan Morrison dan Jokowi diharapkan berakhir dengan penandatanganan perjanjian tersebut.
(mas)