Diprediksi akan Gempur Idlib, Rusia Tumpuk Militer di Mediterania
A
A
A
BRUSSELS - Kehadiran angkatan laut militer Rusia ditingkatkan di Laut Mediterania. Pemandangan ini terjadi di tengah prediksi bahwa wilayah Idlib, akan diserang pasukan rezim Suriah dan Rusia.
Penumpukan kekuatan militer Moskow di Laut Mediterania itu dilaporkan Aliansi Pertahanan Atlantik Utara atau NATO yang bermarkas di Brussels.
Idlib merupakan provinsi Suriah di wilayah utara. Wilayah itu menjadi basis terakhir pemberontak terbesar di negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad tersebut.
Sebelumnya, Moskow mengaku sudah memberikan informasi intelijen kepada Washington bahwa akan ada serangan senjata kimia di Idlib yang dilakukan kelompok militan. Menurut Moskow, serangan senjata kimia yang direncanakan itu sengaja untuk memfitnah rezim Assad atau dikenal sebagai serangan "bendera palsu".
Sebaliknya, Washington juga memperingatkan Rusia dan Suriah akan konsekuensinya jika nekat menyerang wilayah Idlib.
"Kami tidak akan berspekulasi tentang niat armada Rusia, tetapi penting bahwa semua aktor di wilayah itu menahan diri dan menahan diri dari memburuknya situasi kemanusiaan yang sudah buruk di Suriah," kata juru bicara NATO, Oana Lungescu, seperti dikutip Fox News, Kamis (30/8/2018).
Dia mengatakan beberapa kapal perang Rusia yang dilengkapi dengan rudal jelajah sudah berdatangan di Laut Mediterania.
Pejabat pertahanan Rusia tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Setidaknya delapan kapal, termasuk sebuah kapal perang dengan rudal jelajah dan dua kapal selam yang juga membawa rudal, telah bergabung dengan armada Rusia selama tiga minggu terakhir.
Laporan lain dari media Rusia mengindikasikan ada sekitar 15 kapal angkatan laut Rusia di Mediterania.
Moskow telah berulang kali menuduh bahwa pemberontak Suriah sedang mempersiapkan serangan senjata kimia di Idlib sebagai provokasi agar rezim Suriah diserang negara-negara Barat.
Surat kabar Moskovsky Komsomolets melaporkan, penumpukan angkatan laut terkait dengan prospek itu. "Amerika Serikat dan sekutunya telah memaksa Rusia mengirim kelompok (kapal perang) yang kuat ke Laut Tengah," tulis surat kabar tersebut.
Washington menegaskan bahwa mereka tidak akan mentoleransi serangan dalam bentuk apa pun di Idlib.
"Kami akan meminta mereka bertanggung jawab dan kami akan meminta pertanggungjawaban mereka atas itu, terutama untuk penggunaan senjata kimia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengacu pada rezim Suriah.
"Kami akan mendorong Rusia untuk membuat hal ini sangat jelas bagi Damaskus, bahwa itu (serangan) tidak akan ditoleransi," imbuh dia.
Penumpukan kekuatan militer Moskow di Laut Mediterania itu dilaporkan Aliansi Pertahanan Atlantik Utara atau NATO yang bermarkas di Brussels.
Idlib merupakan provinsi Suriah di wilayah utara. Wilayah itu menjadi basis terakhir pemberontak terbesar di negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad tersebut.
Sebelumnya, Moskow mengaku sudah memberikan informasi intelijen kepada Washington bahwa akan ada serangan senjata kimia di Idlib yang dilakukan kelompok militan. Menurut Moskow, serangan senjata kimia yang direncanakan itu sengaja untuk memfitnah rezim Assad atau dikenal sebagai serangan "bendera palsu".
Sebaliknya, Washington juga memperingatkan Rusia dan Suriah akan konsekuensinya jika nekat menyerang wilayah Idlib.
"Kami tidak akan berspekulasi tentang niat armada Rusia, tetapi penting bahwa semua aktor di wilayah itu menahan diri dan menahan diri dari memburuknya situasi kemanusiaan yang sudah buruk di Suriah," kata juru bicara NATO, Oana Lungescu, seperti dikutip Fox News, Kamis (30/8/2018).
Dia mengatakan beberapa kapal perang Rusia yang dilengkapi dengan rudal jelajah sudah berdatangan di Laut Mediterania.
Pejabat pertahanan Rusia tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Setidaknya delapan kapal, termasuk sebuah kapal perang dengan rudal jelajah dan dua kapal selam yang juga membawa rudal, telah bergabung dengan armada Rusia selama tiga minggu terakhir.
Laporan lain dari media Rusia mengindikasikan ada sekitar 15 kapal angkatan laut Rusia di Mediterania.
Moskow telah berulang kali menuduh bahwa pemberontak Suriah sedang mempersiapkan serangan senjata kimia di Idlib sebagai provokasi agar rezim Suriah diserang negara-negara Barat.
Surat kabar Moskovsky Komsomolets melaporkan, penumpukan angkatan laut terkait dengan prospek itu. "Amerika Serikat dan sekutunya telah memaksa Rusia mengirim kelompok (kapal perang) yang kuat ke Laut Tengah," tulis surat kabar tersebut.
Washington menegaskan bahwa mereka tidak akan mentoleransi serangan dalam bentuk apa pun di Idlib.
"Kami akan meminta mereka bertanggung jawab dan kami akan meminta pertanggungjawaban mereka atas itu, terutama untuk penggunaan senjata kimia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengacu pada rezim Suriah.
"Kami akan mendorong Rusia untuk membuat hal ini sangat jelas bagi Damaskus, bahwa itu (serangan) tidak akan ditoleransi," imbuh dia.
(mas)