Ulama Ini Bilang Saudi Telah Diambil Alih AS dan Israel
A
A
A
NEW DELHI - Ulama ternama asal India, Mufti Mukarram Ahmed mengatakan, Arab Saudi telah sepenuhnya diambil alih oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel. Komentar ini mengacu pada kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang dinilai pro-Israel.
Mukarram merupakan imam dan khatib Masjid Shahi Fatehpur di India. Dia mengecam penangkapan salah satu imam Masjidil Haram, Sheikh Saleh Al-Taleb karena mengkritik pertemuan publik antara perempuan dan lelaki non-muhrim di dalam konser dan acara hiburan lainnya di Saudi.
Mukkaram mengkritik keras program-program yang tidak Islami dipromosikan di Arab Saudi akhir-akhir ini.
Ulama India ini menegaskan bahwa Al-Taleb tidak berbicara menentang pemerintah Saudi. Menurutnya, yang dia suarakan adalah tentang kebaikan dan kejahatan, di mana dia berhak menyuarakannya.
Lebih lanjut, Mukarram menduga bahwa Raja Salman sejatinya dalam posisi "tersandera" oleh Putra Mahkota-nya sendiri.
"Saya merasa bahwa Shah Salman juga berada di bawah tahanan Mohammed bin Salman. Kami telah mendengar bahwa orang-orang yang dipanggil untuk menghukum para pangeran yang ditangkap semuanya orang Israel. Semua proyek diberikan kepada Israel," kata Mukarram yang dilansir The Siasat Daily, Senin (27/8/2018), mengacu pada penangkapan massal terkait operasi anti-korupsi di Saudi beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Saudi Tangkap Imam Masjidil Haram Makkah, Sheikh Saleh Al-Taleb
Seperti diberitakan sebelumnya, penangkapan Sheikh Saleh al-Taleb diungkap kelompok advokasi Prisoners of Conscie hari Minggu pekan lalu. Menurut kelompok yang rutin mendokumentasikan penangkapan para ulama di Saudi tersebut, Al-Taleb ditangkap setelah dia menyampaikan ceramah tentang kewajiban dalam Islam untuk berbicara menentang kejahatan di depan umum.
Media Timur Tengah, Khaleej melaporkan bahwa dalam ceramahnya, Al-Taleb, yang juga melayani sebagai hakim di Makkah, mencemooh pembauran lelaki dan perempuan yang bukan muhrim dalam konser dan acara hiburan lainnya.
Sejak penangakapan Al-Taleb diberitakan sejumah media, Pemerintah Riyadh belum mengeluarkan pernyataan resmi. Beberapa jam setelah penangkapannya, kedua akun Twitter Al-Taleb yang berbahasa Inggris dan Arab dinonaktifkan.
"Kami mengonfirmasi penangkapan Imam (Masjidil) Haram Sheikh Dr Saleh Al-Taleb, dan dikatakan bahwa alasan penangkapan adalah ceramah tentang melakukan kejahatan dan kewajiban dalam Islam untuk menentang hal itu di depan umum!," tulis kelompok Prisoners of Conscie via akun Twitter-nya, @m3takl_en.
Yahya Assiri, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Saudi yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada Al Jazeera, "pihak kerajaan melihat semua orang yang berpengaruh dan hadir di tempat kejadian".
"Bahkan mereka yang tetap diam atau berjanji setia kepada negara, bahkan mereka yang telah menghimpun otoritas dan inisiatif mereka, ini tidak aman," katanya.
Sejak Mohammed bin Salman, juga dikenal sebagai MbS, menjadi Putra Mahkota Saudi pada Juni 2017, puluhan imam, aktivis hak-hak perempuan dan anggota keluarga kerajaan yang berkuasa telah ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah ulama Islam terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, ditangkap September lalu dan dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang dinyatakan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Sedangkan al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3.000 halaman yang menyerang bin Salman dan keluarga kerajaan yang berkuasa atas hubungan mereka dengan Israel. Dia menyebutnya sebagai pengkhianatan.
Mukarram merupakan imam dan khatib Masjid Shahi Fatehpur di India. Dia mengecam penangkapan salah satu imam Masjidil Haram, Sheikh Saleh Al-Taleb karena mengkritik pertemuan publik antara perempuan dan lelaki non-muhrim di dalam konser dan acara hiburan lainnya di Saudi.
Mukkaram mengkritik keras program-program yang tidak Islami dipromosikan di Arab Saudi akhir-akhir ini.
Ulama India ini menegaskan bahwa Al-Taleb tidak berbicara menentang pemerintah Saudi. Menurutnya, yang dia suarakan adalah tentang kebaikan dan kejahatan, di mana dia berhak menyuarakannya.
Lebih lanjut, Mukarram menduga bahwa Raja Salman sejatinya dalam posisi "tersandera" oleh Putra Mahkota-nya sendiri.
"Saya merasa bahwa Shah Salman juga berada di bawah tahanan Mohammed bin Salman. Kami telah mendengar bahwa orang-orang yang dipanggil untuk menghukum para pangeran yang ditangkap semuanya orang Israel. Semua proyek diberikan kepada Israel," kata Mukarram yang dilansir The Siasat Daily, Senin (27/8/2018), mengacu pada penangkapan massal terkait operasi anti-korupsi di Saudi beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Saudi Tangkap Imam Masjidil Haram Makkah, Sheikh Saleh Al-Taleb
Seperti diberitakan sebelumnya, penangkapan Sheikh Saleh al-Taleb diungkap kelompok advokasi Prisoners of Conscie hari Minggu pekan lalu. Menurut kelompok yang rutin mendokumentasikan penangkapan para ulama di Saudi tersebut, Al-Taleb ditangkap setelah dia menyampaikan ceramah tentang kewajiban dalam Islam untuk berbicara menentang kejahatan di depan umum.
Media Timur Tengah, Khaleej melaporkan bahwa dalam ceramahnya, Al-Taleb, yang juga melayani sebagai hakim di Makkah, mencemooh pembauran lelaki dan perempuan yang bukan muhrim dalam konser dan acara hiburan lainnya.
Sejak penangakapan Al-Taleb diberitakan sejumah media, Pemerintah Riyadh belum mengeluarkan pernyataan resmi. Beberapa jam setelah penangkapannya, kedua akun Twitter Al-Taleb yang berbahasa Inggris dan Arab dinonaktifkan.
"Kami mengonfirmasi penangkapan Imam (Masjidil) Haram Sheikh Dr Saleh Al-Taleb, dan dikatakan bahwa alasan penangkapan adalah ceramah tentang melakukan kejahatan dan kewajiban dalam Islam untuk menentang hal itu di depan umum!," tulis kelompok Prisoners of Conscie via akun Twitter-nya, @m3takl_en.
Yahya Assiri, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Saudi yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada Al Jazeera, "pihak kerajaan melihat semua orang yang berpengaruh dan hadir di tempat kejadian".
"Bahkan mereka yang tetap diam atau berjanji setia kepada negara, bahkan mereka yang telah menghimpun otoritas dan inisiatif mereka, ini tidak aman," katanya.
Sejak Mohammed bin Salman, juga dikenal sebagai MbS, menjadi Putra Mahkota Saudi pada Juni 2017, puluhan imam, aktivis hak-hak perempuan dan anggota keluarga kerajaan yang berkuasa telah ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah ulama Islam terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, ditangkap September lalu dan dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang dinyatakan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Sedangkan al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3.000 halaman yang menyerang bin Salman dan keluarga kerajaan yang berkuasa atas hubungan mereka dengan Israel. Dia menyebutnya sebagai pengkhianatan.
(mas)