90 Keluarga Dua Korea Bertemu Setelah Terpisah 65 Tahun

Selasa, 21 Agustus 2018 - 11:06 WIB
90 Keluarga Dua Korea...
90 Keluarga Dua Korea Bertemu Setelah Terpisah 65 Tahun
A A A
SEOUL - Sebanyak 90 keluarga dari Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) berlinang air mata dan saling berpelukan, kemarin, dalam acara pertemuan pertama mereka setelah 65 tahun.

Reuni keluarga dua Korea kembali digelar setelah tiga tahun terhenti. Para keluarga itu terpisah akibat Perang Korea. Pertemuan singkat ini hanya digelar selama 11 jam dalam tiga hari di resor turis Gunung Kumgang, Korut. Reuni ini kembali digelar setelah kedua negara memperbaiki hubungan yang memburuk akibat program rudal dan nuklir Korut.

Pemimpin Korut Kim Jongun dan Presiden Korsel Moon Jae-in sepakat menggelar reuni keluarga saat keduanya bertemu pada April lalu. Sebanyak 330 warga Korsel dari 89 keluarga banyak yang sudah menggunakan kursi roda itu berpelukan dengan 185 kerabat dari Korut. Mereka menangis, gembira, dan seakan tak percaya dengan pertemuan itu.

Beberapa orang berupaya mengenali keluarga mereka yang tidak pernah bertemu lebih dari 60 tahun. ”Berapa umurmu?” tanya Kim Dal-in, 92, pada adiknya Yu Dok setelah keduanya bertemu dikutip kantor berita Reuters. ”Saya hidup selama ini un tuk bertemu kamu,” jawab Yu Dok, 85, sambil menangis saat dia memegang foto kakaknya saat masih muda.

Kakak beradik Kim Gyong Sil, 72, dan Gyong Yong, 71, memakai baju hanbok tradisional berwarna ungu berdiri menunggu di pintu masuk menanti ibu mereka, Han Shin-ja, 99. Ketiganya tak bisa berbicara selama beberapa menit, bersorak keras, dan memegang tangan dan pipinya. ”Saat saya meninggalkan rumah saat perang…,” kata Han yang dipenuhi emosi dan membuat kalimatnya tak dapat diselesaikan.

Para keluarga yang saling berpisah itu adalah korban kebuntuan politik puluhan tahun sejak Perang Korea 1950–1953 yang hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan traktat perdamaian. Lebih dari 57.000 warga Korsel mendaftar untuk reuni keluarga yang selalu berakhir dengan perpisahan menyakitkan.

Selama beberapa tahun, Seoul menyerukan reuni rutin antara para keluarga yang terpisah, termasuk penggunaan video conference. Saat pertemuan bersejarah pada Juni antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Kim, Korut berjanji meninggalkan program nuklirnya jika Washington memberi jaminan keamanan. Namun, kedua pihak sejak saat itu masih berupaya menyepakati cara untuk mencapai tujuan itu.

Moon menyatakan reuni harus dilakukan rutin dan lebih sering, termasuk pertukaran kunjungan dan surat. Moon juga memiliki anggota keluarga yang terpisah di kota pelabuhan Hungnam, Korut.

”Memalukan bagi kedua pemerintah bahwa banyak keluarga terpisah tanpa tahu apakah keluarga mereka yang hilang masih hidup. Memperluas dan mempercepat reuni keluarga menjadi prioritas utama,” kata Moon.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0895 seconds (0.1#10.140)