Puncak Haji, Kesabaran dan Ketahanan Fisik Diuji

Kamis, 16 Agustus 2018 - 12:02 WIB
Puncak Haji, Kesabaran dan Ketahanan Fisik Diuji
Puncak Haji, Kesabaran dan Ketahanan Fisik Diuji
A A A
MEKKA - Jamaah harus bisa menjaga ketahanan fisik dan kesabaran saat menjalani rangkaian ibadah haji. Terutama saat melaksanakan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin mengatakan ketika di Mina kondisi jamaah haji sudah lelah. Tenaga mereka banyak dikuras untuk melaksanakan ibadah di Masjidil haram dan rangkaian puncak haji, seperti wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Jamaah gelombang pertama lebih lelah lagi. Mereka sudah menghabiskan waktu untuk salat jamaah di Masjid Nabawi 40 kali (Arbain).

“Praktis ketika di Mina, tenaga mereka banyak diforsir,” kata Menag di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (14/8) malam waktu setempat. Apalagi akomodasi selama di Armina jauh berbeda dengan hotel yang biasa ditempati jamaah, baik ketika di Madinah atau di Mekkah yang tersebar di tujuh wilayah. Penginapan tersebut berbintang dengan kenyamanan terjamin.

Sementara di Armina, mereka hanya menginap di tenda kemah. Di sana mereka berkumpul dengan jamaah haji dari berbagai daerah. “Belum lagi suhu yang panas,” kata Menag Lukman. Fasilitas toilet yang terbatas juga menjadi masalah tersendiri bagi jamaah. Jamaah harus mengantre waktu yang lama untuk sekadar buang air kecil.

Di Mina, kondisinya juga tidak jauh berbeda karena fasilitasnya tidak sebanding dengan jumlah jamaah. Setelah itu, mereka harus menempuh perjalanan jauh menuju jamarat. “Selama di Armina, kesabaran dan ketahanan fisik jamaah haji diuji. Karena itu, saya imbau petugas memusatkan konsentrasinya mendampingi jamaah haji,” katanya.

Direktur Bina Haji Kementerian Agama Khoirizi H Dasir menjelaskan, puncak haji adalah hari-hari yang membutuhkan pengorbanan dan fokus pada pekerjaan. Menurut dia, tidak mudah menggerakkan 221.000 orang dari Mekkah ke Arafah dalam waktu sehari. Pada 8 Zulhijah nanti, jamaah haji menunggu waktu pemberangkatan menuju Arafah.

Dalam perjalanan, mereka akan dihadapkan pada arus lalu lintas padat karena jutaan jamaah haji dari negara lain juga menuju Arafah untuk berwukuf pada keesokan harinya. “Kalau tidak menggunakan manajemen dan strategi yang tepat, maka akan berantakan,” katanya.

Khorizi mengatakan, petugas harus paham betul dengan kinerja yang dilakukan selama puncak haji. Komitmen melayani dhuyufurrahman harus betulbetul dipegang dan dilaksanakan. Pada saat di Armina, petugas harus memahami bahwa yang diprioritaskan adalah melayani jamaah dengan tetap melaksanakan rukun ibadah haji.

Mereka harus pandai membagi waktu kapan dan berapa lama berwukuf. Setelah itu, petugas harus kembali aktif bekerja melayani jamaah haji. Selama di Armina, petugas akan menghadapi berbagai permasalahan.

Kesehatan misalkan, jamaah yang meng alami gangguan kesehatan akan ditangani petugas kloter. Katering akan bekerja mengontrol produksi dan distribusi makanan jamaah.

Dapur semi permanen akan dimanfaatkan untuk makanan. Dapur itu hanya beratapkan spanduk yang tidak mampu membendung panas Arafah pada siang hari yang mencapai 45 derajat celsius. Bahkan, pada puncak haji nanti suhu di sana diprediksi mencapai 50 derajat celsius.

Kepala Satuan Operasi Armina Jaetul Muchlis mengungkapkan, sebanyak 3.849 petugas haji akan dikerahkan untuk mobilisasi jamaah selama puncak haji. Mereka akan mempersiapkan kebutuhan jamaah untuk wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina (Ar mi na). Mereka akan dibagi menjadi tiga kelompok.

Pertama adalah Satgas Arafah yang akan tiba di Arafah pada 7 Zulhijah pukul 19.00 waktu setempat. Mereka akan mengecek kesiapan akhir tenda tempat jamaah wukuf beserta dapur dan toilet. Kedua adalah Satgas Muzdalifah. Sebelum jamaah berangkat ke sana, satgas ini akan lebih dulu berangkat ke Muzdalifah pada 9 Zulhijah siang. Jamaah digerakkan ke Muzdalifah pada sore hari.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7370 seconds (0.1#10.140)
pixels