Politisi Jepang: Tak Bisa Punya Anak, Pasangan Gay Tak Produktif

Minggu, 05 Agustus 2018 - 09:43 WIB
Politisi Jepang: Tak...
Politisi Jepang: Tak Bisa Punya Anak, Pasangan Gay Tak Produktif
A A A
TOKYO - Partai yang berkuasa di Jepang dikecam setelah salah satu anggota parlemennya mengatakan pasangan gay dan lesbian tidak produktif karena tidak dapat memiliki anak. Komentar itu dibuat untuk mengkritik pengeluaran anggaran untuk komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Politisi Partai Liberal Demokrat (LDP) Mio Sugita, sekutu Perdana Menteri Shinzo Abe, memicu protes lantaran artikel yang dia tulis pada bulan Juli lalu. Dia tak setuju jika uang dari pembayar pajak diberikan pada pasangan dari komunitas LGBT.

"Bisakah kita memperoleh persetujuan pengeluaran uang pembayar pajak untuk pasangan LGBT? Mereka tidak membuat anak. Dengan kata lain, mereka kekurangan produktivitas," tulis dia.

Komentar itu memicu sekitar 5.000 orang protes di luar markas LDP di Tokyo pekan lalu. Protes serupa direncanakan di Osaka dan kota-kota lain selama akhir pekan ini.

Abe berusaha menenangkan kehebohan itu. Menurutnya, pernyataan Sugita bertentangan dengan kebijakan partai terhadap minoritas seksual.

"Adalah wajar untuk membidik masyarakat di mana hak asasi manusia dan keragaman harus dihormati," katanya, seperti dikutip Reuters, Minggu (5/8/2018).

LDP juga secara terpisah memperingatkan Sugita untuk lebih memerhatikan komentarnya. "Artikel (dari) pembuat undang-undang, Sugita, termasuk frase yang mencerminkan kurangnya pemahamannya tentang masalah (LGBT) dan pertimbangan untuk perasaan orang yang terlibat," bunyi pernyataan partai berkuasa tersebut.

Meski demikian, LDP berhenti menegur politisinya meskipun ada seruan yang kuat agar Sugita mengundurkan diri.

Sugita, seorang ibu dengan satu anak, mengaku siap mengambil instruksi partai seserius apapun. Namun, dia tidak tidak sudi meminta maaf atau pun menarik komentarnya tersebut.

Analis mengatakan Abe sedang gugup tentang potensi kerusakan popularitasnya menjelang pemilu pada bulan September ketika dia ingin mengamankan posisi perdana menteri.

"Saya tidak berpikir itu akan menjadi isu yang menentukan dalam kampanye pemilu, tetapi setidaknya Abe tampaknya khawatir tentang kemungkinan bumerang," kata Tetsuro Kato, profesor di Universitas Hitotsubashi di Tokyo, kepada AFP.

Partai-partai oposisi mengecam LDP karena sikapnya yang lunak terhadap Sugita. Mereka juga menuntut Sugita untuk mengundurkan diri.

"Jika dia tidak meminta maaf atau menarik pernyataan itu, dia harus mengundurkan diri sebagai anggota parlemen," kata Akira Koike dari Partai Komunis Jepang kepada wartawan.

Sekelompok legislator lokal juga mendesaknya untuk meminta maaf kepada komunitas LGBT dan menarik kembali artikel itu.

Taiga Ishikawa, politisi gay pertama yang memenangkan pemilu lokal di Jepang, berkomentar di Twitter; "Tidak ada fungsi pembersihan diri di LDP. LDP tidak memenuhi syarat untuk berbicara tentang mempromosikan pemahaman LGBT."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0902 seconds (0.1#10.140)