Heboh Surat 'Intelijen Najib' untuk CIA, Indonesia Ikut Disinggung
A
A
A
PETALING JAYA - Sebuah surat yang ditulis atas nama perwira intelijen pemerintahan Najib Razak ditujukan kepada Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat (AS). Surat itu diduga sebagai upaya Najib minta bantuan intelijen Amerika untuk mengalahkan Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia.
Surat panjang itu mempromosikan Malaysia sebagai satu-satunya negara yang layak jadi sekutu AS jika tetap dipimpin Najib. Nama Indonesia ikut disinggung dalam surat uang menghebohkan publik Malaysia itu.
Ada sekitar 16 poin penekanan dalam surat untuk Direktur CIA Gina Haspel tersebut. Nama Indonesia disinggung dalam poin ke-5. Indonesia disebut menjauh dari AS karena terlalu larut dalam politik di dalam negeri.
"5. Di sisi lain, koalisi Barisan Nasional yang berkuasa, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Najib, yang telah memerintah Malaysia selama 9 tahun terakhir, memiliki rekam jejak yang terbukti tidak hanya mempraktikkan kebijakan luar negeri yang sehat dan progresif, tetapi juga memberikan kontribusi besar untuk meningkatkan keamanan regional melalui keterlibatan yang sangat aktif dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Tidak seperti Mahathir, Perdana Menteri Najib dikenal sebagai sekutu AS yang kuat dan akan terus mendukung kehadiran AS di kawasan itu. Tanpa Perdana Menteri Najib yang bertanggung jawab atas negara itu, AS akan kehilangan mitra terpercaya di Asia Tenggara mengingat bahwa Filipina telah memisahkan diri dari Washington, Singapura dan Brunei menjadi terlalu kecil untuk membuat dampak dan Thailand serta Indonesia terlalu tenggelam dalam masalah politik domestik mereka sendiri. Sementara itu negara-negara Indo-China kecuali Vietnam terlalu condong ke China," bunyi penggalan surat tersebut.Baca Juga: Najib Diduga Minta Bantuan CIA untuk Menangkan Pemilu Malaysia
Pembuatan surat itu tertanggal 4 Mei 2018. Surat itu diduga sebagai upaya Najib minta bantuan CIA untuk mengalahkan Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia, karena tanggalnya hanya berselang beberapa hari sebelum pemilu digelar 9 Mei 2018.
"Yang Mulia harus diberi tahu dengan baik bahwa Mahathir, pada dasarnya, bukanlah seorang reformator yang dapat meningkatkan kepentingan nasional Malaysia ketika dia bergabung dengan oposisi demi kepentingannya sendiri," lanjut surat itu yang menyebut Gina Haspel dengan sebutan Yang Mulia.
Surat ditulis atas nama "Organisasi Intelijen Eksternal Malaysia (MEIO)" dan ditandatangani oleh Hasanah Ab Hamid, yang juga memimpin sebuah unit di bawah Divisi Penyelidikan Departemen Perdana Menteri.
Pengacara senior Malaysia, Zainur Zakaria mengatakan pengiriman surat kepada CIA itu jelas merupakan pelanggaran di bawah Undang-Undang Pelanggaran Keamanan. Dia minta kasus pengiriman surat ini diselidiki terlebih surat dikirim beberapa hari sebelum pemilu Malaysia 9 Mei.
Menurut Zainur, surat itu diduga sebagai upaya untuk mendapatkan bantuan dari badan intelijen dan pemerintah asing untuk ikut campur dalam proses pemilu demokratis di Malaysia.
“Tindakan ini merupakan pelanggaran di bawah UU Pelanggaran Keamanan (Tindakan Khusus) 2012. Ini bertujuan untuk mendapatkan hasil pemilu yang menguntungkan Najib dan Barisan Nasional (BN) dengan cara yang melanggar hukum dan juga memengaruhi keamanan Malaysia," katanya kepada Free Malaysia Today, Jumat (20/7/2018).
Seperti diketahui, pemilu Malaysia dimenangkan oleh Mahathir Mohammad yang diusung koalisi Pakatan Harapan. Tragisnya, setelah kalah pemilu, Najib diselidiki Komisi Anti-Korupsi Malaysia terkait skandal korupsi 1MDB.
Surat panjang itu mempromosikan Malaysia sebagai satu-satunya negara yang layak jadi sekutu AS jika tetap dipimpin Najib. Nama Indonesia ikut disinggung dalam surat uang menghebohkan publik Malaysia itu.
Ada sekitar 16 poin penekanan dalam surat untuk Direktur CIA Gina Haspel tersebut. Nama Indonesia disinggung dalam poin ke-5. Indonesia disebut menjauh dari AS karena terlalu larut dalam politik di dalam negeri.
"5. Di sisi lain, koalisi Barisan Nasional yang berkuasa, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Najib, yang telah memerintah Malaysia selama 9 tahun terakhir, memiliki rekam jejak yang terbukti tidak hanya mempraktikkan kebijakan luar negeri yang sehat dan progresif, tetapi juga memberikan kontribusi besar untuk meningkatkan keamanan regional melalui keterlibatan yang sangat aktif dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Tidak seperti Mahathir, Perdana Menteri Najib dikenal sebagai sekutu AS yang kuat dan akan terus mendukung kehadiran AS di kawasan itu. Tanpa Perdana Menteri Najib yang bertanggung jawab atas negara itu, AS akan kehilangan mitra terpercaya di Asia Tenggara mengingat bahwa Filipina telah memisahkan diri dari Washington, Singapura dan Brunei menjadi terlalu kecil untuk membuat dampak dan Thailand serta Indonesia terlalu tenggelam dalam masalah politik domestik mereka sendiri. Sementara itu negara-negara Indo-China kecuali Vietnam terlalu condong ke China," bunyi penggalan surat tersebut.Baca Juga: Najib Diduga Minta Bantuan CIA untuk Menangkan Pemilu Malaysia
Pembuatan surat itu tertanggal 4 Mei 2018. Surat itu diduga sebagai upaya Najib minta bantuan CIA untuk mengalahkan Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia, karena tanggalnya hanya berselang beberapa hari sebelum pemilu digelar 9 Mei 2018.
"Yang Mulia harus diberi tahu dengan baik bahwa Mahathir, pada dasarnya, bukanlah seorang reformator yang dapat meningkatkan kepentingan nasional Malaysia ketika dia bergabung dengan oposisi demi kepentingannya sendiri," lanjut surat itu yang menyebut Gina Haspel dengan sebutan Yang Mulia.
Surat ditulis atas nama "Organisasi Intelijen Eksternal Malaysia (MEIO)" dan ditandatangani oleh Hasanah Ab Hamid, yang juga memimpin sebuah unit di bawah Divisi Penyelidikan Departemen Perdana Menteri.
Pengacara senior Malaysia, Zainur Zakaria mengatakan pengiriman surat kepada CIA itu jelas merupakan pelanggaran di bawah Undang-Undang Pelanggaran Keamanan. Dia minta kasus pengiriman surat ini diselidiki terlebih surat dikirim beberapa hari sebelum pemilu Malaysia 9 Mei.
Menurut Zainur, surat itu diduga sebagai upaya untuk mendapatkan bantuan dari badan intelijen dan pemerintah asing untuk ikut campur dalam proses pemilu demokratis di Malaysia.
“Tindakan ini merupakan pelanggaran di bawah UU Pelanggaran Keamanan (Tindakan Khusus) 2012. Ini bertujuan untuk mendapatkan hasil pemilu yang menguntungkan Najib dan Barisan Nasional (BN) dengan cara yang melanggar hukum dan juga memengaruhi keamanan Malaysia," katanya kepada Free Malaysia Today, Jumat (20/7/2018).
Seperti diketahui, pemilu Malaysia dimenangkan oleh Mahathir Mohammad yang diusung koalisi Pakatan Harapan. Tragisnya, setelah kalah pemilu, Najib diselidiki Komisi Anti-Korupsi Malaysia terkait skandal korupsi 1MDB.
(mas)