Iran Tolak Usulan Perjanjian Trump
A
A
A
MOSKOW - Penasihat utama Pemimpin Spiritual Iran, Ali Akbar Velayati, menolak usulan perjanjian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meringankan sanksi ekonomi. Ia juga menolak permintaan AS dan Israel untuk keluar dari Suriah dengan mengatakan hal itu bisa terjadi jika diminta oleh Presiden Bashar al-Assad.
"Kami datang ke sana tanpa izin Amerika dan kami tidak akan mengindahkan tuntutan mereka untuk pergi," katanya.
"Kami mengkoordinasi kehadiran Iran di Suriah dengan Rusia dan Suriah," imbuhnya seperti dikutip dari Radio Free Europe, Sabtu (14/7/2018).
Velayati bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas situasi Suriah pada 12 Juli lalu. Pertemuan ini terjadi satu hari setelah Putin bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan dia meminta Putin untuk mendesak Iran meninggalkan Suriah.
AS juga telah menyuarakan tuntutan Israel, dan media melaporkan Trump mungkin berusaha untuk membuat kesepakatan penarikan setidaknya sebagian pasukan Iran saat bertemu Putin di Helsinki, Finlandia, pekan depan.
Velayati mengatakan ia telah mengingatkan para pemimpin Rusia agar tidak mendengarkan argumen AS tentang kehadiran Iran di Suriah.
"Saya mengatakan kepada pejabat Rusia: Sekarang Amerika mengatakan kepada Anda bahwa Iran harus meninggalkan Suriah, dan besok mereka akan menanyakan apa yang Anda lakukan di Suriah," katanya.
"Mereka berusaha memecah persekutuan kita," sambungnya.
Velayati juga menepis anggapan Trump bahwa para pemimpin Iran memulai negosiasi langsung dengannya untuk meredakan tekanan ekonomi yang meningkat terhadap Iran dari jeratan sanksi AS yang akan mulai berlaku pada bulan November.
"Kami tidak ingin bernegosiasi dengan Amerika," katanya.
"Mereka adalah orang-orang yang melanggar perjanjian dengan Iran, disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. Mengapa kita mempercayai mereka dan mengadakan negosiasi dengan mereka?" imbuhnya.
Velayati rupanya mengacu pada keputusan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia, sebuah langkah yang memicu reinstitusi sanksi AS.
Velayati mengatakan Teheran hanya akan mengatasi sanksi seperti itu di masa lalu. Ia menyatakan Iran akan menggunakan jalan yang telah digunakan di masa lalu untuk menghindari sanksi dalam menerima pembayaran untuk ekspor minyaknya.
AS telah membawa beberapa kasus profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir terhadap bank dan pedagang yang membantu Iran mencuci pendapatan minyak melalui sistem perbankan global untuk menghindari larangan AS menggunakan dolar.
"Ini akan sulit, tetapi kami telah belajar bagaimana melakukannya," tukas Velayati.
"Kami datang ke sana tanpa izin Amerika dan kami tidak akan mengindahkan tuntutan mereka untuk pergi," katanya.
"Kami mengkoordinasi kehadiran Iran di Suriah dengan Rusia dan Suriah," imbuhnya seperti dikutip dari Radio Free Europe, Sabtu (14/7/2018).
Velayati bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas situasi Suriah pada 12 Juli lalu. Pertemuan ini terjadi satu hari setelah Putin bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan dia meminta Putin untuk mendesak Iran meninggalkan Suriah.
AS juga telah menyuarakan tuntutan Israel, dan media melaporkan Trump mungkin berusaha untuk membuat kesepakatan penarikan setidaknya sebagian pasukan Iran saat bertemu Putin di Helsinki, Finlandia, pekan depan.
Velayati mengatakan ia telah mengingatkan para pemimpin Rusia agar tidak mendengarkan argumen AS tentang kehadiran Iran di Suriah.
"Saya mengatakan kepada pejabat Rusia: Sekarang Amerika mengatakan kepada Anda bahwa Iran harus meninggalkan Suriah, dan besok mereka akan menanyakan apa yang Anda lakukan di Suriah," katanya.
"Mereka berusaha memecah persekutuan kita," sambungnya.
Velayati juga menepis anggapan Trump bahwa para pemimpin Iran memulai negosiasi langsung dengannya untuk meredakan tekanan ekonomi yang meningkat terhadap Iran dari jeratan sanksi AS yang akan mulai berlaku pada bulan November.
"Kami tidak ingin bernegosiasi dengan Amerika," katanya.
"Mereka adalah orang-orang yang melanggar perjanjian dengan Iran, disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. Mengapa kita mempercayai mereka dan mengadakan negosiasi dengan mereka?" imbuhnya.
Velayati rupanya mengacu pada keputusan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia, sebuah langkah yang memicu reinstitusi sanksi AS.
Velayati mengatakan Teheran hanya akan mengatasi sanksi seperti itu di masa lalu. Ia menyatakan Iran akan menggunakan jalan yang telah digunakan di masa lalu untuk menghindari sanksi dalam menerima pembayaran untuk ekspor minyaknya.
AS telah membawa beberapa kasus profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir terhadap bank dan pedagang yang membantu Iran mencuci pendapatan minyak melalui sistem perbankan global untuk menghindari larangan AS menggunakan dolar.
"Ini akan sulit, tetapi kami telah belajar bagaimana melakukannya," tukas Velayati.
(ian)