Mundur sebagai Menlu Inggris, Boris Johnson: Mimpi Brexit Sekarat

Selasa, 10 Juli 2018 - 07:54 WIB
Mundur sebagai Menlu...
Mundur sebagai Menlu Inggris, Boris Johnson: Mimpi Brexit Sekarat
A A A
LONDON - Boris Johnson memperingatkan bahwa mimpi Brexit sedang sekarat dan Inggris menuju status koloni dengan rencananya untuk tetap dekat dengan Uni Eropa. Hal itu dikatakannya usai menyatakan mundur dari jabatan Menteri Luar Negeri Inggris.

Dalam suratnya kepada Perdana Menteri Inggris, Theresa May, pendukung Brexit ini mengatakan bahwa sementara ia awalnya menerima proposal pemerintah, sekarang adalah sesuatu yang tidak bisa diterima.

"Brexit harus tentang peluang dan harapan. Ini harus menjadi peluang untuk melakukan sesuatu secara berbeda, menjadi lebih gesit dan dinamis, dan untuk memaksimalkan keuntungan tertentu dari Inggris sebagai ekonomi global yang terbuka dan berwawasan ke luar," tulisnya dalam surat dua halaman.

"Mimpi itu sekarat, tercekik oleh keraguan diri yang tak perlu," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Selasa (10/7/2018).

Ia mengatakan Inggris sedang menuju semi-Brexit, dengan sebagian besar ekonomi masih terkunci dalam sistem Uni Eropa, tetapi Inggris tidak mengendalikan sistem itu.

Itu dalam posisi menggelikan menawarkan untuk menerima sejumlah besar undang-undang Uni Eropa yang selama beberapa dekade pemerintah Inggris telah menentang, namun tanpa mengatakan bagaimana mereka dibuat.

"Dalam hal itu kita benar-benar menuju status koloni - dan banyak yang akan berjuang untuk melihat keuntungan ekonomi atau politik dari pengaturan khusus itu," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa rencana untuk membuat buku aturan umum untuk barang dan agrifood akan membuatnya jauh lebih sulit untuk melakukan transaksi perdagangan bebas yang merupakan tujuan utama para pendukung Brexit.

Rencana untuk menggunakan teknologi untuk memudahkan pengaturan bea cukai tidak praktis dan tidak dapat tersampaikan.

Johnson mengatakan bahwa pada pertemuan kabinet untuk memutuskan rencana Brexit pada hari Jumat, dia telah menerima kenyataan bahwa argumennya akan sulit untuk menang.

"Pemerintah sekarang memiliki nyanyian untuk dinyanyikan. Masalahnya adalah saya telah mempraktekkan kata-kata selama akhir pekan dan menemukan bahwa mereka 'menempel di tenggorokan'," tulisnya.

"Karena saya tidak dapat memenangkan semua hati nurani dengan proposal ini, saya dengan sedih menyimpulkan bahwa saya harus pergi," tukasnya.
(ian)
Berita Terkait
Langgar Kesepakatan...
Langgar Kesepakatan Brexit, UE Seret Inggris ke Jalur Hukum
Inggris: Covid-19, Resesi,...
Inggris: Covid-19, Resesi, dan Brexit
Inggris Pisah dari UE,...
Inggris Pisah dari UE, Antara Optimisme dan Pesimisme
PM Inggris Bantah Berupaya...
PM Inggris Bantah Berupaya Batalkan Kesepakatan Brexit
Inggris setelah Brexit,...
Inggris setelah Brexit, Jadi Negara Adikuasa atau Makin Mundur?
Perdana Menteri Inggris...
Perdana Menteri Inggris Lupa Brexit Sudah Terjadi
Berita Terkini
Emir Qatar Tiba di Moskow,...
Emir Qatar Tiba di Moskow, Bertemu Putin Bahas Ukraina dan Timur Tengah
5 jam yang lalu
Uni Eropa Tegaskan Barat...
Uni Eropa Tegaskan Barat Tidak Ada Lagi, AS Bukan Mitra Terpenting
6 jam yang lalu
Balas Perang Tarif Trump,...
Balas Perang Tarif Trump, Presiden China Xi Jinping Galang Kekuatan di ASEAN
7 jam yang lalu
Eks Pejabat Mossad Ungkap...
Eks Pejabat Mossad Ungkap Netanyahu akan Dipaksa Terima Gencatan Senjata Tahap Kedua
8 jam yang lalu
AS Mulai Tarik Pasukan...
AS Mulai Tarik Pasukan dari Pangkalan Utama di Dekat Ladang Gas Terbesar Suriah
8 jam yang lalu
Qatar Siap Menengahi...
Qatar Siap Menengahi Konflik Rusia dan Ukraina
9 jam yang lalu
Infografis
AS Tolak Rencana Inggris...
AS Tolak Rencana Inggris untuk Kirim Pasukan ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved