Kunjungi Iran, AS Cabut Visa Mantan Pemimpin NATO

Selasa, 26 Juni 2018 - 15:13 WIB
Kunjungi Iran, AS Cabut...
Kunjungi Iran, AS Cabut Visa Mantan Pemimpin NATO
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menolak bebas visa yang diajukan oleh mantan sekretaris jenderal NATO, Javier Solana, karena pernah mengunjungi Iran pada 2013. Penolakan ini berdasarkan dari kebijakan visa era Obama.

Solana dijadwalkan menjadi pembicara dalam sebuah acara di Brookings Institution yang berbasis di Washington. Namun ia baru mengetahui bahwa ia tidak akan bisa masuk ke negara itu setelah tidak berhasil mengajukan bebas visa secara elektronik.

Solana, yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri Spanyol dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, ditandai oleh sistem yang diberlakukan oleh pemerintahan Obama pada tahun 2016. Sistem ini mencegah warga yang berkunjung ke 38 negara masuk ke AS menggunakan Sistem Elektronik untuk Otorisasi Perjalanan (ESTA). Negara-negara itu antara lain Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah atau Yaman.

Solana melakukan perjalanan ke Iran pada 2013 sebagai bagian dari upaya untuk membantu merundingkan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) 2015, yang dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.

Mereka yang tidak memenuhi syarat untuk pengecualian visa secara online diperlukan untuk menyelesaikan proses aplikasi visa yang lebih ketat, yang mencakup wawancara langsung di kedutaan atau konsulat AS.

Namun, keringanan dapat diberikan atas dasar kasus per kasus, dan Solana menyatakan optimisme bahwa keputusan untuk menolak bebas visanya akan dibalikkan setelah ditinjau. Warga Spanyol, yang pernah memimpin aliansi militer pimpinan AS itu, mengatakan bahwa dia menganggap penolakan itu lebih kepada aspek birokratis daripada politik.

"Saya pergi (ke Iran) untuk mewakili semua orang yang telah terlibat dalam negosiasi," kata Solana, mengacu pada perannya dalam kesepakatan nuklir 2015 dengan Teheran.

"Saya akan melihat apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki ini. Ini komputer - algoritma - dan jika Anda berada di Iran akhir-akhir ini, mereka membawa Anda keluar dari sistem. Ini seperti Anda tidak ada kebijaksanaan visa, karena Anda tidak dapat mengunjungi negara ini," tuturnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (26/6/2018).

Menggambarkan penolakan bebas visanya sebagai "keputusan yang berarti," Solana mengatakan kepada televisi Spanyol bahwa itu adalah kebijakan yang keliru karena beberapa orang harus mengunjungi negara-negara rumit ini untuk menjaga negosiasi tetap hidup.

Berita itu memicu kemarahan di Twitter, dengan banyak komentar yang muncul meletakkan kesalahan atas keputusan Presiden AS Donald Trump.

"Kedengarannya seperti (Solana) bermurah hati terhadap kesalahan dengan administrasi yang telah menunjukkan dirinya menjadi kecil, kekanak-kanakan, dan menghina All Things Touched By Obama," tulis salah satu pengguna Twitter sebagai tanggapan atas komentar hangat Solana pada penolakan yang ditolaknya.

"Kegilaan Trump mengamuk!" pengguna lain berkomentar.

Menimbang pada kontroversi tersebut, Duta Besar Prancis untuk AS Gerard Araud mencatat bahwa kebijakan visa sebenarnya diperkenalkan di bawah pemerintahan Obama.

"Aneh bahwa teman-teman Amerika kita baru sekarang menemukan peraturan Obama ini," tulisnya di Twitter.

"Sejumlah cendekiawan Eropa, anggota parlemen, dan orang-orang bisnis telah menghadapi kendala yang sama," imbuhnya.

Trump secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir Iran bulan lalu, meskipun vokal oposisi disuarakan oleh sekutu Eropa Washington.

Teheran telah memperingatkan bahwa pihaknya mungkin menarik diri dari perjanjian itu - yang mencabut sanksi internasional sebagai ganti pembatasan ketat pada kemampuan nuklir Iran - jika tidak dapat memotong kesepakatan yang menarik dengan penandatangan sejumlah negara Eropa yang tersisa.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6436 seconds (0.1#10.140)