Menang Pemilu Bersejarah, Erdogan: Kemenangan Rakyat Turki
A
A
A
ISTANBUL - Recep Tayyip Erdogan dan partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) telah memenangkan pemilu bersejarah Turki. Dia menyebutnya sebagai kemenangan rakyat Turki dan berharap hasilnya tidak dicurangi.
Pemilu presiden dan parlemen yang digelar hari Minggu merupakan pemilu bersejarah karena merupakan yang pertama kali di bawah sistem konstitusi baru, yakni sistem presidensial. Sistem ini disahkan melalui referendum beberapa waktu lalu.Baca Juga: Erdogan Klaim Menang Pilpres Turki
Ketua Komite Pemilihan Tertinggi (YSK) Turki Sadi Guven mengatakan, 97,7 persen suara yang masuk telah dihitung. Dari jumlah itu, Erdogan meraih lebih dari 50 persen suara untuk pemilu presiden. Sedangkan untuk pemilu parlemen, AKP meraih lebih dari 45 persen suara.
Versi kantor berita Anadolu, Erdogan meraih 52,5 persen untuk pemilu presiden atau pilpres.
"Demokrasi kami telah menang, kemauan rakyat telah menang, Turki telah menang," kata Erdogan kepada kerumunan pendukungnya di Ankara.Baca Juga: Menang Pemilu Turki, Erdogan Jadi Presiden Lagi
Dia juga berterima kasih kepada rakyat Turki yang memberikan suara mereka dalam pemilu yang dianggap memecahkan rekor dengan jumlah pemilih mencapai 87 persen.
Menurut pemimpin 64 tahun tersebut, kemenangan pemilu ini juga menjadi kemenangan kemenangan Aliansi Rakyat, sebuah koalisi antara AKP dengan Partai Gerakan Nasionalis (MHP).
Erdogan bersama AKP sejatinya telah memerintah Turki selama lebih dari 15 tahun, baik sebagai perdana menteri maupun presiden. Dengan berdiri di atas bus, dia berbagi kebahagiaan dengan para pendukungnya yang bersorak di Istanbul, kota terbesar di negara tersebut.
"Saya bersyukur kepada Tuhan karena menunjukkan kepada kita hari yang indah ini," kata Ahmet Dindarol, 35, kepada Al Jazeera, Senin (25/6/2018), saat dia bergabung dalam perayaan di depan markas AKP di Istanbul.
"Kami memilih Recep Tayyip Erdogan sebagai presiden eksekutif pertama Turki. Kami berdoa sangat banyak untuknya," imbuh dia.
"Segala sesuatunya akan menjadi lebih baik mulai sekarang. Akan ada lebih sedikit birokrasi dan lebih banyak investasi. Kekuatan asing yang bermain di ekonomi Turki mendapat tanggapan mereka," katanya.
Rival terkuat Erdogan, Muharrem Ince, dari partai oposisi; Partai Rakyat Republik (CHP), meraih 30,8 persen suara. Selanjutnya, capres lain Selahattin Demirtas, dari Partai Rakyat Demokrat (HDP) yang pro-Kurdi meraih 8,1 persen dan capres Meral Aksener dari Partai IYI meraih 7,4 persen suara.
Ketiga partai oposisi terbesar Turki menuduh kantor berita Anadolu telah memanipulasi hasil perolehan suara. Namun, tuduhan itu ditolak oleh pemerintah.
"Saya berharap tidak ada yang akan mencoba mecurangi hasil dan membahayakan demokrasi untuk menyembunyikan kegagalan mereka sendiri," kata Erdogan dalam pidatonya.
Hasil resmi pemilu Turki akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang. Pesta demokrasi Turki ini diikuti lebih dari 56 juta pemilih.
Pemilu presiden dan parlemen yang digelar hari Minggu merupakan pemilu bersejarah karena merupakan yang pertama kali di bawah sistem konstitusi baru, yakni sistem presidensial. Sistem ini disahkan melalui referendum beberapa waktu lalu.Baca Juga: Erdogan Klaim Menang Pilpres Turki
Ketua Komite Pemilihan Tertinggi (YSK) Turki Sadi Guven mengatakan, 97,7 persen suara yang masuk telah dihitung. Dari jumlah itu, Erdogan meraih lebih dari 50 persen suara untuk pemilu presiden. Sedangkan untuk pemilu parlemen, AKP meraih lebih dari 45 persen suara.
Versi kantor berita Anadolu, Erdogan meraih 52,5 persen untuk pemilu presiden atau pilpres.
"Demokrasi kami telah menang, kemauan rakyat telah menang, Turki telah menang," kata Erdogan kepada kerumunan pendukungnya di Ankara.Baca Juga: Menang Pemilu Turki, Erdogan Jadi Presiden Lagi
Dia juga berterima kasih kepada rakyat Turki yang memberikan suara mereka dalam pemilu yang dianggap memecahkan rekor dengan jumlah pemilih mencapai 87 persen.
Menurut pemimpin 64 tahun tersebut, kemenangan pemilu ini juga menjadi kemenangan kemenangan Aliansi Rakyat, sebuah koalisi antara AKP dengan Partai Gerakan Nasionalis (MHP).
Erdogan bersama AKP sejatinya telah memerintah Turki selama lebih dari 15 tahun, baik sebagai perdana menteri maupun presiden. Dengan berdiri di atas bus, dia berbagi kebahagiaan dengan para pendukungnya yang bersorak di Istanbul, kota terbesar di negara tersebut.
"Saya bersyukur kepada Tuhan karena menunjukkan kepada kita hari yang indah ini," kata Ahmet Dindarol, 35, kepada Al Jazeera, Senin (25/6/2018), saat dia bergabung dalam perayaan di depan markas AKP di Istanbul.
"Kami memilih Recep Tayyip Erdogan sebagai presiden eksekutif pertama Turki. Kami berdoa sangat banyak untuknya," imbuh dia.
"Segala sesuatunya akan menjadi lebih baik mulai sekarang. Akan ada lebih sedikit birokrasi dan lebih banyak investasi. Kekuatan asing yang bermain di ekonomi Turki mendapat tanggapan mereka," katanya.
Rival terkuat Erdogan, Muharrem Ince, dari partai oposisi; Partai Rakyat Republik (CHP), meraih 30,8 persen suara. Selanjutnya, capres lain Selahattin Demirtas, dari Partai Rakyat Demokrat (HDP) yang pro-Kurdi meraih 8,1 persen dan capres Meral Aksener dari Partai IYI meraih 7,4 persen suara.
Ketiga partai oposisi terbesar Turki menuduh kantor berita Anadolu telah memanipulasi hasil perolehan suara. Namun, tuduhan itu ditolak oleh pemerintah.
"Saya berharap tidak ada yang akan mencoba mecurangi hasil dan membahayakan demokrasi untuk menyembunyikan kegagalan mereka sendiri," kata Erdogan dalam pidatonya.
Hasil resmi pemilu Turki akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang. Pesta demokrasi Turki ini diikuti lebih dari 56 juta pemilih.
(mas)