Komunitas Muslim Austria Sayangkan Rencana Penutupan Masjid
A
A
A
WINA - IGGiOe, yang merupakan organisasi Muslim terbesar di Austria menyatakan keprihatinan atas keputusan pemerintah Austria untuk melakukan penutupan tujuh masjid dan mengusir para imam yang didanai Turki.
"Wina ingin mendiskreditkan komunitas agama. Kebijakan itu tidak tepat untuk mengendalikan politik Islam dan pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya struktur dalam komunitas Muslim di Austria," ucap pemimpin IGGiOe, Ibrahim Olgun dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (11/6).
Olgun juga mengkritik pemerintah karena tidak menginformasikan hal ini sedari awal kepada komunitas atau organisasi Islam di Austria dan untuk mengumumkannya pada Jumat terakhir bulan puasa Ramadhan.
"Solusi harus dikerjakan bersama di atas meja daripada secara sepihak di belakang minoritas Muslim," ungkapnya, sembari menambahkan bahwa pihaknya akan mengadakan audit sendiri terhadap masjid dan personel yang terkena dampak kebijakan sebelum meminta pertemuan dengan pemerintah Austria.
Pada konferensi pers pada hari Jumat, Kanselir Austria, Sebastian Kurz mengatakan, pemerintah menutup masjid yang didanai Turki dan membubarkan kelompok yang disebut Komunitas Agama Arab, yang menjalankan enam masjid.
Tindakan pemerintah Austria berasal dari undang-undang 2015, yang melarang pendanaan asing untuk kelompok agama dan mengharuskan masyarakat Muslim untuk memiliki pandangan fundamental positif terhadap negara dan masyarakat Austria.
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemarahan atas rencana penutupan masjid oleh Wina tersebut. Dia khawatir langkah itu akan memicu perang antara "salib dan bulan sabit"
Menurutnya, Ankara tidak akan berdiam diri dengan rencana Austria tersebut. "Langkah-langkah ini diambil oleh perdana menteri Austria, saya takut, memimpin dunia menuju perang antara salib dan bulan sabit," kata Erdogan dalam sebuah pidato di Istanbul pada hari Minggu.
"Wina ingin mendiskreditkan komunitas agama. Kebijakan itu tidak tepat untuk mengendalikan politik Islam dan pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya struktur dalam komunitas Muslim di Austria," ucap pemimpin IGGiOe, Ibrahim Olgun dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (11/6).
Olgun juga mengkritik pemerintah karena tidak menginformasikan hal ini sedari awal kepada komunitas atau organisasi Islam di Austria dan untuk mengumumkannya pada Jumat terakhir bulan puasa Ramadhan.
"Solusi harus dikerjakan bersama di atas meja daripada secara sepihak di belakang minoritas Muslim," ungkapnya, sembari menambahkan bahwa pihaknya akan mengadakan audit sendiri terhadap masjid dan personel yang terkena dampak kebijakan sebelum meminta pertemuan dengan pemerintah Austria.
Pada konferensi pers pada hari Jumat, Kanselir Austria, Sebastian Kurz mengatakan, pemerintah menutup masjid yang didanai Turki dan membubarkan kelompok yang disebut Komunitas Agama Arab, yang menjalankan enam masjid.
Tindakan pemerintah Austria berasal dari undang-undang 2015, yang melarang pendanaan asing untuk kelompok agama dan mengharuskan masyarakat Muslim untuk memiliki pandangan fundamental positif terhadap negara dan masyarakat Austria.
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan kemarahan atas rencana penutupan masjid oleh Wina tersebut. Dia khawatir langkah itu akan memicu perang antara "salib dan bulan sabit"
Menurutnya, Ankara tidak akan berdiam diri dengan rencana Austria tersebut. "Langkah-langkah ini diambil oleh perdana menteri Austria, saya takut, memimpin dunia menuju perang antara salib dan bulan sabit," kata Erdogan dalam sebuah pidato di Istanbul pada hari Minggu.
(esn)