Indonesia, India dan Australia Bergabung Lawan Hegemoni China
A
A
A
SYDNEY - Sejak pengaruh China mendominasi berita media-media internasional, Indonesia dan India bergabung dengan Australia dalam melawan pengaruh atau hegemoni Beijing.
Indonesia dan India telah menandatangani perjanjian yang membuat hubungan militer kedua negara menjadi lebih dekat. Meski tak disebutkan secara khusus dalam komunike resmi, kekhawatiran atas ekspansi militer China di Laut China Selatan merupakan inti dari perjanjian tersebut.
Australia telah menyambut baik kesepakatan itu. Canberra menyatakan akan bekerja sama dengan India dan Indonesia untuk memastikan hukum internasional dipertahankan di wilayah tersebut.
Kesepakatan diteken saat kunjungan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi ke Jakarta. Dia melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Jokowi mengatakan kunjungan PM Modi tepat waktu, yakni di tengah-tengah banyak ketidakpastian di dunia. "Saya berharap kemitraan ini akan berkontribusi pada stabilitas, perdamaian dan kemakmuran," kata Jokowi.
Sebuah komunike yang dikeluarkan oleh Pemerintah India berbicara tentang pentingnya sebuah wilayah Indo Pasifik yang berbasis aturan, di mana hukum internasional, kebebasan navigasi dan penerbangan lebih dihormati. Poin itu sebagai isyarat untuk melawan dominasi China yang tumbuh di kawasan regional.
Profesor Rory Medcalf, kepala National Security College di Australian National University (ANU) mengatakan kesepakatan Indonesia dan India itu merupakan perkembangan yang sangat serius dalam keamanan regional.
"Kami melihat dua kekuatan menengah utama bergabung untuk menawarkan alternatif atas hegemoni China, atau bahkan untuk kepemimpinan Amerika yang tidak pasti," katanya, seperti dikutip ABC, Sabtu (2/6/2018).
Seperti diketahui, China telah mengambil peran yang semakin tegas di Laut China Selatan. Dua minggu yang lalu, beberapa pembom jarak jauh H-6K China mendarat di landasan terbang di wilayah yang disengketakan tersebut.
Sedangkan Amerika Serikat (AS) juga semakin keras menentang tindakan China di Laut China Selatan yang dianggap sebagai militerisasi. Baru-baru ini, Washington mengirim dua kapal perang di dekat pulau buatan China di Laut China Selatan yang membuat Beijing marah.
Langkah AS terbaru adalah mengubah nama Komando Pasifik AS. "Komando Pasifik AS minggu ini diubah namanya, itu akan disebut sebagai komando Indo Pasifik," kata Profesor Medcalf.
"Ini mencerminkan fakta bahwa AS tetap secara strategis terlibat dengan wilayah Indo Pasifik yang lebih luas," ujarnya.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan kepada ABC, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyambut baik kemitraan India-Indonesia.
"Ketiga negara kami berbagi komitmen untuk wilayah yang bebas, terbuka, berbasis aturan, damai dan sejahtera," katanya.
"Ini termasuk menghormati hukum internasional. Australia bekerja sama dengan India dan Indonesia untuk memajukan tujuan-tujuan ini."
Indonesia dan India telah menandatangani perjanjian yang membuat hubungan militer kedua negara menjadi lebih dekat. Meski tak disebutkan secara khusus dalam komunike resmi, kekhawatiran atas ekspansi militer China di Laut China Selatan merupakan inti dari perjanjian tersebut.
Australia telah menyambut baik kesepakatan itu. Canberra menyatakan akan bekerja sama dengan India dan Indonesia untuk memastikan hukum internasional dipertahankan di wilayah tersebut.
Kesepakatan diteken saat kunjungan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi ke Jakarta. Dia melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Jokowi mengatakan kunjungan PM Modi tepat waktu, yakni di tengah-tengah banyak ketidakpastian di dunia. "Saya berharap kemitraan ini akan berkontribusi pada stabilitas, perdamaian dan kemakmuran," kata Jokowi.
Sebuah komunike yang dikeluarkan oleh Pemerintah India berbicara tentang pentingnya sebuah wilayah Indo Pasifik yang berbasis aturan, di mana hukum internasional, kebebasan navigasi dan penerbangan lebih dihormati. Poin itu sebagai isyarat untuk melawan dominasi China yang tumbuh di kawasan regional.
Profesor Rory Medcalf, kepala National Security College di Australian National University (ANU) mengatakan kesepakatan Indonesia dan India itu merupakan perkembangan yang sangat serius dalam keamanan regional.
"Kami melihat dua kekuatan menengah utama bergabung untuk menawarkan alternatif atas hegemoni China, atau bahkan untuk kepemimpinan Amerika yang tidak pasti," katanya, seperti dikutip ABC, Sabtu (2/6/2018).
Seperti diketahui, China telah mengambil peran yang semakin tegas di Laut China Selatan. Dua minggu yang lalu, beberapa pembom jarak jauh H-6K China mendarat di landasan terbang di wilayah yang disengketakan tersebut.
Sedangkan Amerika Serikat (AS) juga semakin keras menentang tindakan China di Laut China Selatan yang dianggap sebagai militerisasi. Baru-baru ini, Washington mengirim dua kapal perang di dekat pulau buatan China di Laut China Selatan yang membuat Beijing marah.
Langkah AS terbaru adalah mengubah nama Komando Pasifik AS. "Komando Pasifik AS minggu ini diubah namanya, itu akan disebut sebagai komando Indo Pasifik," kata Profesor Medcalf.
"Ini mencerminkan fakta bahwa AS tetap secara strategis terlibat dengan wilayah Indo Pasifik yang lebih luas," ujarnya.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan kepada ABC, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyambut baik kemitraan India-Indonesia.
"Ketiga negara kami berbagi komitmen untuk wilayah yang bebas, terbuka, berbasis aturan, damai dan sejahtera," katanya.
"Ini termasuk menghormati hukum internasional. Australia bekerja sama dengan India dan Indonesia untuk memajukan tujuan-tujuan ini."
(mas)