Dua Kapal Perang AS Dekati Pulau China di Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Dua kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berlayar di dekat pulau-pulau China di Laut China Selatan (LCS). Langkah ini pun mengundang kecaman dari Beijing.
Operasi itu adalah upaya terbaru untuk melawan apa yang dipandang Washington sebagai upaya Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis.
Operasi yang telah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya ini datang di waktu yang sangat sensitif dan hanya beberapa hari setelah Pentagon tidak mengundang China dalam latihan bersama angkatan laut AS.
Baca Juga: Sebar Sistem Rudal di LCS, AS 'Tendang' China dari RIMPAC 2018
Para pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kapal perang USS Higgins dengan rudal perusak dan USS Antietam, sebuah kapal penjelajah bersenjata rudal, berlayar mendekati serangkaian pulau, karang dan laut dangkal di mana China memiliki sengketa teritorial dengan tetangganya.
"Kapal militer AS melakukan operasi manuver di dekat pulau-pulau Tree, Lincoln, Triton dan Woody di Paracels," salah satu pejabat mengatakan seperti dilansir dari Reuters, Minggu (27/5/2018).
Militer AS secara tidak langsung mengomentari operasi itu, namun mengatakan pasukan AS beroperasi di wilayah tersebut setiap hari.
"Kami melakukan Operasi Freedom of Navigation (FONOPs) rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan," Armada Pasifik AS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan China mengungkapkan kemarahannya, mengatakan telah mengirim kapal dan pesawat guna memperingatkan kapal perang AS untuk pergi. Kementerian Pertahanan China mengatakan mereka telah memasuki perairan teritorial negara itu tanpa izin.
"Langkah itu bertentangan dengan hukum internasional China dan relevan, secara serius melanggar kedaulatan China (dan) merusak hubungan timbal balik strategis antara kedua militer," katanya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri China mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan tindakan tersebut.
"China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan negara," tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kritik terhadap operasi, yang dikenal sebagai "kebebasan navigasi," telah mengatakan bahwa mereka memiliki sedikit dampak pada perilaku China dan sebagian besar hanya bersifat simbolis.
Militer AS telah lama mengambil sikap bahwa operasinya dilakukan di seluruh dunia, termasuk di wilayah yang diklaim oleh sekutu, dan bahwa mereka terpisah dari pertimbangan politik.
Foto-foto satelit yang diambil pada 12 Mei menunjukkan bahwa China tampaknya telah menempatkan rudal-rudal permukaan-ke-udara yang dipasang di truk atau rudal jelajah anti-kapal di Woody Island.
Baca Juga: Militerisasi LCS Berlanjut, China Kembali Sebar Sistem Rudal
Awal bulan ini, angkatan udara China mendaratkan pengebom di pulau-pulau yang disengketakan dan terumbu karang di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari latihan di wilayah tersebut, yang memicu kekhawatiran dari Vietnam dan Filipina.
Baca Juga: Pesawat Pembom China Mendarat di Pulau Laut China Selatan
Pejabat Pentagon telah lama mengeluh bahwa China tidak bersikap jujur tentang pembangunan militernya yang cepat dan menggunakan pulau-pulau di Laut China Selatan untuk mengumpulkan data intelijen di wilayah tersebut.
Pada bulan Maret, kapal perusak Angkatan Laut AS melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang dekat dengan Mischief Reef di Kepulauan Spratly.
Para pejabat China menuduh Washington melihat negara mereka dengan istilah "Perang Dingin" yang mencurigakan.
Klaim China di Laut Cina Selatan, yang mempunyai nilai perdagangan lebih dari USD 5 miliar lewat kapal setiap tahun, diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
AS sendiri mengatakan ingin melihat lebih banyak partisipasi internasional dalam operasi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan.
Operasi itu adalah upaya terbaru untuk melawan apa yang dipandang Washington sebagai upaya Beijing untuk membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis.
Operasi yang telah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya ini datang di waktu yang sangat sensitif dan hanya beberapa hari setelah Pentagon tidak mengundang China dalam latihan bersama angkatan laut AS.
Baca Juga: Sebar Sistem Rudal di LCS, AS 'Tendang' China dari RIMPAC 2018
Para pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kapal perang USS Higgins dengan rudal perusak dan USS Antietam, sebuah kapal penjelajah bersenjata rudal, berlayar mendekati serangkaian pulau, karang dan laut dangkal di mana China memiliki sengketa teritorial dengan tetangganya.
"Kapal militer AS melakukan operasi manuver di dekat pulau-pulau Tree, Lincoln, Triton dan Woody di Paracels," salah satu pejabat mengatakan seperti dilansir dari Reuters, Minggu (27/5/2018).
Militer AS secara tidak langsung mengomentari operasi itu, namun mengatakan pasukan AS beroperasi di wilayah tersebut setiap hari.
"Kami melakukan Operasi Freedom of Navigation (FONOPs) rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan di masa lalu dan akan terus dilakukan di masa depan," Armada Pasifik AS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan China mengungkapkan kemarahannya, mengatakan telah mengirim kapal dan pesawat guna memperingatkan kapal perang AS untuk pergi. Kementerian Pertahanan China mengatakan mereka telah memasuki perairan teritorial negara itu tanpa izin.
"Langkah itu bertentangan dengan hukum internasional China dan relevan, secara serius melanggar kedaulatan China (dan) merusak hubungan timbal balik strategis antara kedua militer," katanya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri China mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan tindakan tersebut.
"China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan negara," tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kritik terhadap operasi, yang dikenal sebagai "kebebasan navigasi," telah mengatakan bahwa mereka memiliki sedikit dampak pada perilaku China dan sebagian besar hanya bersifat simbolis.
Militer AS telah lama mengambil sikap bahwa operasinya dilakukan di seluruh dunia, termasuk di wilayah yang diklaim oleh sekutu, dan bahwa mereka terpisah dari pertimbangan politik.
Foto-foto satelit yang diambil pada 12 Mei menunjukkan bahwa China tampaknya telah menempatkan rudal-rudal permukaan-ke-udara yang dipasang di truk atau rudal jelajah anti-kapal di Woody Island.
Baca Juga: Militerisasi LCS Berlanjut, China Kembali Sebar Sistem Rudal
Awal bulan ini, angkatan udara China mendaratkan pengebom di pulau-pulau yang disengketakan dan terumbu karang di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari latihan di wilayah tersebut, yang memicu kekhawatiran dari Vietnam dan Filipina.
Baca Juga: Pesawat Pembom China Mendarat di Pulau Laut China Selatan
Pejabat Pentagon telah lama mengeluh bahwa China tidak bersikap jujur tentang pembangunan militernya yang cepat dan menggunakan pulau-pulau di Laut China Selatan untuk mengumpulkan data intelijen di wilayah tersebut.
Pada bulan Maret, kapal perusak Angkatan Laut AS melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang dekat dengan Mischief Reef di Kepulauan Spratly.
Para pejabat China menuduh Washington melihat negara mereka dengan istilah "Perang Dingin" yang mencurigakan.
Klaim China di Laut Cina Selatan, yang mempunyai nilai perdagangan lebih dari USD 5 miliar lewat kapal setiap tahun, diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
AS sendiri mengatakan ingin melihat lebih banyak partisipasi internasional dalam operasi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan.
(ian)