Unit Militer Rusia Tembak Jatuh Pesawat Malaysia Airlines MH17
A
A
A
BUNNIK - Penuntut Belanda mengidentifikasi satu unit militer Rusia sebagai sumber rudal yang menembaki pesawat Malaysia Airlines MH17 di sebelah timur Ukraina pada 2014. Insiden itu menewaskan semua 298 orang di dalamnya.
Pesawat yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur dihantam rudal anti-pesawat buatan Rusia pada tanggal 17 Juli 2014 di atas wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia. Tidak ada yang selamat. Dua pertiga dari mereka yang tewas adalah orang Belanda.
"(Rudal) Buk yang digunakan berasal dari tentara Rusia, brigade ke-53," kata Kepala Penuntut Belanda Fred Westerbeke.
"Kami tahu itu digunakan, tetapi orang yang bertanggung jawab atas Buk ini, kami tidak tahu," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/5/2018).
Penyidik menghimbau kepada publik untuk maju dan membantu mengidentifikasi anggota kru yang mengoperasikan rudal dan menentukan seberapa tinggi rantai perintah yang berasal dari kelompok tersebut.
"Federasi Rusia tidak membantu kami memberikan informasi yang kami bawa ke tempat terbuka hari ini," kata Westerbeke.
"Mereka tidak memberi kami informasi ini, meskipun rudal Buk dari pasukan militer mereka digunakan," ujarnya.
Jaksa menunjukkan foto dan video dari konvoi truk yang membawa sistem rudal tersebut ketika melintasi perbatasan dari Rusia ke Ukraina. Konvoi itu kembali beberapa hari kemudian dengan satu rudal hilang. Kendaraan itu memiliki nomor seri dan tanda lain yang unik untuk Brigade ke-53, sebuah unit anti-pesawat yang berbasis di kota Kursk Rusia barat.
Dalam pembaruan sementara pada penyelidikan mereka, jaksa mengatakan mereka telah memangkas daftar kemungkinan tersangka dari lebih seratus hingga beberapa belas.
Westerbeke mengatakan para penyelidik belum siap untuk mengidentifikasi para tersangka secara terbuka atau mengeluarkan dakwaan, tetapi ketika mereka melakukannya dia mengharapkan kerja sama, atau tanggapan politik internasional yang kuat.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mempersingkat perjalanan ke India untuk kembali pada waktu untuk rapat kabinet guna untuk membahas temuan terbaru dalam penyelidikan ini.
Yayasan Bencana MH17 yang mewakili keluarga korban menuntut agar pemerintah Belanda mengambil tindakan hukum untuk meminta pertanggungjawaban negara Rusia.
"Ini harus melampaui eksplorasi hukum setelah ini," kata anggota dewan Piet Ploeg seperti dikutip oleh penyiar NOS.
Tim Investigasi Gabungan, yang berasal dari Australia, Belgia, Malaysia, Belanda dan Ukraina, mengumpulkan bukti untuk penuntutan pidana dalam jatuhnya pesawat.
Jenderal Angkatan Darat Ukraina Vasyl Hrytsak, seorang anggota tim investigasi, mengatakan kepada Reuters langkah penting berikutnya adalah menentukan siapa yang mengeluarkan perintah untuk memindahkan sistem rudal.
Dewan Keselamatan Belanda menyimpulkan dalam laporan Oktober 2015 bahwa Boeing 777 diserang oleh rudal Buk buatan Rusia.
Namun Rusia kembali menegaskan bahwa negara itu tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut.
"Tidak satu pun peluncur rudal pertahanan udara dari Angkatan Bersenjata Rusia pernah melintasi perbatasan Rusia-Ukraina," kantor berita Rusia TASS mengutip Kementerian Pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan temuan itu didasarkan pada data palsu yang disajikan oleh blogger dan bahwa informasi Moskow mengenai kasus tersebut telah diabaikan.
"Ini adalah contoh tuduhan tak berdasar yang ditujukan untuk mendiskreditkan negara kita di mata masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
Pesawat yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur dihantam rudal anti-pesawat buatan Rusia pada tanggal 17 Juli 2014 di atas wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia. Tidak ada yang selamat. Dua pertiga dari mereka yang tewas adalah orang Belanda.
"(Rudal) Buk yang digunakan berasal dari tentara Rusia, brigade ke-53," kata Kepala Penuntut Belanda Fred Westerbeke.
"Kami tahu itu digunakan, tetapi orang yang bertanggung jawab atas Buk ini, kami tidak tahu," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/5/2018).
Penyidik menghimbau kepada publik untuk maju dan membantu mengidentifikasi anggota kru yang mengoperasikan rudal dan menentukan seberapa tinggi rantai perintah yang berasal dari kelompok tersebut.
"Federasi Rusia tidak membantu kami memberikan informasi yang kami bawa ke tempat terbuka hari ini," kata Westerbeke.
"Mereka tidak memberi kami informasi ini, meskipun rudal Buk dari pasukan militer mereka digunakan," ujarnya.
Jaksa menunjukkan foto dan video dari konvoi truk yang membawa sistem rudal tersebut ketika melintasi perbatasan dari Rusia ke Ukraina. Konvoi itu kembali beberapa hari kemudian dengan satu rudal hilang. Kendaraan itu memiliki nomor seri dan tanda lain yang unik untuk Brigade ke-53, sebuah unit anti-pesawat yang berbasis di kota Kursk Rusia barat.
Dalam pembaruan sementara pada penyelidikan mereka, jaksa mengatakan mereka telah memangkas daftar kemungkinan tersangka dari lebih seratus hingga beberapa belas.
Westerbeke mengatakan para penyelidik belum siap untuk mengidentifikasi para tersangka secara terbuka atau mengeluarkan dakwaan, tetapi ketika mereka melakukannya dia mengharapkan kerja sama, atau tanggapan politik internasional yang kuat.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mempersingkat perjalanan ke India untuk kembali pada waktu untuk rapat kabinet guna untuk membahas temuan terbaru dalam penyelidikan ini.
Yayasan Bencana MH17 yang mewakili keluarga korban menuntut agar pemerintah Belanda mengambil tindakan hukum untuk meminta pertanggungjawaban negara Rusia.
"Ini harus melampaui eksplorasi hukum setelah ini," kata anggota dewan Piet Ploeg seperti dikutip oleh penyiar NOS.
Tim Investigasi Gabungan, yang berasal dari Australia, Belgia, Malaysia, Belanda dan Ukraina, mengumpulkan bukti untuk penuntutan pidana dalam jatuhnya pesawat.
Jenderal Angkatan Darat Ukraina Vasyl Hrytsak, seorang anggota tim investigasi, mengatakan kepada Reuters langkah penting berikutnya adalah menentukan siapa yang mengeluarkan perintah untuk memindahkan sistem rudal.
Dewan Keselamatan Belanda menyimpulkan dalam laporan Oktober 2015 bahwa Boeing 777 diserang oleh rudal Buk buatan Rusia.
Namun Rusia kembali menegaskan bahwa negara itu tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut.
"Tidak satu pun peluncur rudal pertahanan udara dari Angkatan Bersenjata Rusia pernah melintasi perbatasan Rusia-Ukraina," kantor berita Rusia TASS mengutip Kementerian Pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan temuan itu didasarkan pada data palsu yang disajikan oleh blogger dan bahwa informasi Moskow mengenai kasus tersebut telah diabaikan.
"Ini adalah contoh tuduhan tak berdasar yang ditujukan untuk mendiskreditkan negara kita di mata masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
(ian)