Khamenei: AS Tidak Bisa Dipercaya!
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerang Amerika Serikat (AS). Menurutnya penarikan AS dari perjanjian nuklir menunjukkan Iran tidak bisa berurusan dengan negara yang tidak bisa mematuhi komitmennya.
Dalam pidato publik pertamanya sejak Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuntut Iran membuat perubahan kebijakan, Khamenei menyatakan jijik pada apa yang ia katakan sebagai cara yang santai dan sombong ketika pemerintah Trump meninggalkan kesepakatan nuklir 2015.
"Republik Islam tidak dapat berurusan dengan pemerintah yang dengan mudah melanggar perjanjian internasional, menarik tanda tangannya dan dalam pertunjukan teatrikal menyombongkan tentang penarikannya di televisi," katanya dalam beberapa pernyataannya yang diposting di situs resminya.
Melihat pada apa yang dia sebut pengalamannya tentang perilaku pemerintah AS terhadap Teheran selama beberapa dekade, Khamenei mengatakan: “Pengalaman pertama adalah bahwa Republik Islam tidak dapat berurusan dengan Amerika. Mengapa? Karena Amerika tidak setia dengan komitmennya."
“Iran berkomitmen pada kesepakatan itu. Mereka (orang Amerika) tidak punya alasan. Badan Energi Atom Internasional telah berulang kali memverifikasi komitmen Iran. Tapi Anda lihat mereka (Amerika) dengan mudah membatalkan perjanjian internasional ini."
"Presiden AS saat ini akan menemui nasib yang sama dengan pendahulunya dan akan lenyap dari sejarah," katanya, mengacu pada Presiden Donald Trump seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24/5/2018).
Khamenei tidak secara langsung menanggapi pernyataan yang dibuat oleh Pompeo pada hari Senin yang mengancam Iran dengan "sanksi terkuat dalam sejarah" jika tidak mengekang kegiatan regional seperti dukungan untuk kelompok bersenjata di negara-negara seperti Suriah, Libanon dan Yaman.
Baca Juga: AS Ancam Jatuhkan Sanksi Terbesar Dalam Sejarah pada Iran
Pompeo berbicara dua minggu setelah Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang telah mencabut sanksi terhadap Iran sebagai ganti pengekangan terhadap program nuklirnya. Kekuatan Eropa melihat kesepakatan itu sebagai kesempatan terbaik untuk menghentikan Teheran memperoleh senjata nuklir.
Beralih ke kekuatan Barat lainnya, Khamenei mengatakan Iran tidak ingin memulai perang dengan Eropa tetapi pengalaman telah menunjukkan Prancis, Jerman dan Inggris mengikuti sekutu mereka Washington pada "isu yang paling sensitif".
Prancis, salah satu dari beberapa kekuatan Eropa yang cemas dengan penarikan AS dari perjanjian nuklir 2015, mengatakan metode Washington menambahkan lebih banyak sanksi pada Tehran akan memperkuat kelompok garis keras yang dominan di negara itu.
Dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan kepada penasehat keamanan nasional Trump, John Bolton bahwa Eropa tetap "sangat, sangat bersatu" dalam mendukung kesepakatan itu karena ia takut akan proliferasi senjata atom di depan pintunya.
Seorang pejabat senior militer Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, mengatakan Iran tidak akan tunduk pada tekanan Washington untuk membatasi kegiatan militernya. "Amerika Serikat tidak memiliki keberanian untuk konfrontasi militer dan perang tatap muka dengan Iran," katanya.
Dalam pidato publik pertamanya sejak Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuntut Iran membuat perubahan kebijakan, Khamenei menyatakan jijik pada apa yang ia katakan sebagai cara yang santai dan sombong ketika pemerintah Trump meninggalkan kesepakatan nuklir 2015.
"Republik Islam tidak dapat berurusan dengan pemerintah yang dengan mudah melanggar perjanjian internasional, menarik tanda tangannya dan dalam pertunjukan teatrikal menyombongkan tentang penarikannya di televisi," katanya dalam beberapa pernyataannya yang diposting di situs resminya.
Melihat pada apa yang dia sebut pengalamannya tentang perilaku pemerintah AS terhadap Teheran selama beberapa dekade, Khamenei mengatakan: “Pengalaman pertama adalah bahwa Republik Islam tidak dapat berurusan dengan Amerika. Mengapa? Karena Amerika tidak setia dengan komitmennya."
“Iran berkomitmen pada kesepakatan itu. Mereka (orang Amerika) tidak punya alasan. Badan Energi Atom Internasional telah berulang kali memverifikasi komitmen Iran. Tapi Anda lihat mereka (Amerika) dengan mudah membatalkan perjanjian internasional ini."
"Presiden AS saat ini akan menemui nasib yang sama dengan pendahulunya dan akan lenyap dari sejarah," katanya, mengacu pada Presiden Donald Trump seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24/5/2018).
Khamenei tidak secara langsung menanggapi pernyataan yang dibuat oleh Pompeo pada hari Senin yang mengancam Iran dengan "sanksi terkuat dalam sejarah" jika tidak mengekang kegiatan regional seperti dukungan untuk kelompok bersenjata di negara-negara seperti Suriah, Libanon dan Yaman.
Baca Juga: AS Ancam Jatuhkan Sanksi Terbesar Dalam Sejarah pada Iran
Pompeo berbicara dua minggu setelah Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang telah mencabut sanksi terhadap Iran sebagai ganti pengekangan terhadap program nuklirnya. Kekuatan Eropa melihat kesepakatan itu sebagai kesempatan terbaik untuk menghentikan Teheran memperoleh senjata nuklir.
Beralih ke kekuatan Barat lainnya, Khamenei mengatakan Iran tidak ingin memulai perang dengan Eropa tetapi pengalaman telah menunjukkan Prancis, Jerman dan Inggris mengikuti sekutu mereka Washington pada "isu yang paling sensitif".
Prancis, salah satu dari beberapa kekuatan Eropa yang cemas dengan penarikan AS dari perjanjian nuklir 2015, mengatakan metode Washington menambahkan lebih banyak sanksi pada Tehran akan memperkuat kelompok garis keras yang dominan di negara itu.
Dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan kepada penasehat keamanan nasional Trump, John Bolton bahwa Eropa tetap "sangat, sangat bersatu" dalam mendukung kesepakatan itu karena ia takut akan proliferasi senjata atom di depan pintunya.
Seorang pejabat senior militer Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, mengatakan Iran tidak akan tunduk pada tekanan Washington untuk membatasi kegiatan militernya. "Amerika Serikat tidak memiliki keberanian untuk konfrontasi militer dan perang tatap muka dengan Iran," katanya.
(ian)