Pemimpin Muslim Serukan Perlindungan Internasional untuk Palestina

Sabtu, 19 Mei 2018 - 11:39 WIB
Pemimpin Muslim Serukan...
Pemimpin Muslim Serukan Perlindungan Internasional untuk Palestina
A A A
ISTANBUL - Para pemimpin Muslim menyerukan pengerahan pasukan internasional untuk melindungi Palestina. Puluhan demonstran ditembak mati oleh pasukan Israel di perbatasan Gaza pekan ini.

Deklarasi akhir dari pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam yang beranggotakan 57 negara itu menggambarkan pembunuhan 60 warga Palestina, yang memprotes pemindahan kedutaan AS, sebagai kejahatan buas yang dilakukan oleh pasukan Israel dengan dukungan pemerintah AS.

Dikatakan bahwa kekerasan tersebut harus dimasukkan dalam agenda Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum, dan meminta PBB untuk menyelidiki pembunuhan tersebut.

Pada pertemuan puncak khusus di Turki yang diselenggarakan oleh Presiden Tayyip Erdogan, mereka juga berjanji untuk mengambil tindakan politik dan ekonomi yang layak terhadap negara-negara yang mengikuti Amerika Serikat (AS) dalam memindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem dari Tel Aviv.

Erdogan menggunakan KTT ini untuk menyerang Israel secara lisan, membandingkan tindakan pasukan Zionis dengan perlakuan Nazi Jerman terhadap orang-orang Yahudi di Perang Dunia II, ketika jutaan orang terbunuh di kamp-kamp konsentrasi.

"Anak-anak dari mereka yang menjadi sasaran berbagai macam penyiksaan di kamp-kamp konsentrasi selama Perang Dunia II sekarang menyerang orang-orang Palestina dengan metode yang akan membuat Nazi merasa malu," kata Erdogan pada hari Jumat tidak lama setelah berbicara pada ribuan orang untuk mendukung Palestina.

"Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengirim pasukan perdamaian internasional kepada rakyat Palestina, yang kehilangan anak-anak mereka untuk teror Israel setiap hari," kata Erdogan, membandingkan pengajuan yang diusulkan untuk pasukan perdamaian yang dikirim ke Bosnia dan Kosovo pada 1990-an seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (19/5/2018).

Ia juga mencela AS, mengatakan keputusannya untuk memindahkan kedutaannya telah membesarkan hati Israel untuk menghentikan protes di perbatasan Gaza dengan kekuatan yang berlebihan.

KTT itu juga dihadiri oleh Raja Yordania Abdullah, sekutu AS yang dinasti Hashemitnya adalah penjaga situs Muslim di Yerusalem.

Abdullah mengatakan keputusan AS lima bulan lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel telah melemahkan pilar perdamaian dan memperdalam keputusasaan yang mengarah ke kekerasan.

Presiden Iran Hassan Rouhani meminta negara-negara Muslim untuk memutus hubungan mereka dengan rezim Zionis (Israel) dan juga merevisi hubungan perdagangan serta ekonomi mereka dengan Amerika.

Sebagian besar negara mengatakan status Yerusalem - sebuah kota suci bagi umat Yahudi, Muslim dan Kristen - harus ditentukan dalam penyelesaian damai terakhir antara Israel dan Palestina. Keputusan AS memindahkan kedutaan mereka saat ini akan merugikan kesepakatan semacam itu.

Langkah Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaan di sana membalikkan kebijakan Paman Sam selama puluhan tahun. Kebijakan ini membuat dunia Arab dan sekutu Barat terganggu.

Guatemala minggu ini menjadi negara kedua yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, dan Paraguay mengatakan akan mengikutinya pada bulan ini.

Baca Juga: Setelah AS, Giliran Guatemala Resmikan Kedutaan di Yerusalem
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)