Prancis Ingin Hapus Sebagian Ayat Alquran Bikin Turki Tersinggung
A
A
A
ANKARA - Keinginan ratusan tokoh terkemuka Prancis termasuk mantan Presiden Nicolas Sarkozy untuk menghapus sebagian ayat kitab suci Alquran membuat otoritas Ankara tersinggung. Imbasnya, setiap universitas di Turki menolak pendaftaran mahasiswa baru untuk jurusan studi bahasa Prancis.
Penolakan itu merupakan instruksi dari Dewan Pendidikan Tinggi Turki. Dewan Pendidikan membenarkan bahwa keputusannya muncul sebagai tanggapan terhadap sebuah manifesto yang ditandatangani oleh tokoh-tokoh terkemuka Prancis yang menyerukan penghapusan ayat-ayat tertentu dari Alquran.
"Kami telah mengutuk pernyataan kontroversial tentang Alquran yang berasal dari Prancis, dan Dewan Pendidikan Tinggi yang merupakan lembaga otonom, membuat langkah ini sebagai tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan itu," kata Emrullah Isler, ketua Komite Pendidikan Nasional, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga di Parlemen Turki, kepada Al Jazeera.
Isler mengatakan, universitas di Prancis juga tidak memiliki cukup jurusan yang mengajarkan bahasa Turki. Dia menilai ada ketidakseimbangan antara dua negara dalam hal tersebut.
"Kurangnya departemen (jurusan) universitas di Prancis yang mengajarkan (bahasa) Turki adalah faktor lain di balik keputusan itu," ujarnya.
"Ditambah lagi, ada terlalu banyak departemen bahasa Perancis di universitas-universitas Turki," imbuh dia di Ankara, yang dilansir Senin (14/5/2018).
Sebelumnya, hampir 300 tokoh terkemuka Prancis menandatangani surat terbuka yang diterbitkan pada 22 April di surat kabar Le Parisien. Surat terbuka itu berisi seruan penghapusan ayat-ayat Alquran menyerukan pembunuhan dan hukuman bagi orang Yahudi, Kristen dan "kafir". Para tokoh tersebut menilai ayat-ayat yang dimaksud sudah "usang".
Para penanda tangan surat terbuka itu termasuk mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, mantan Perdana Menteri Manuel Valls, mantan menteri, wakil dari Majelis Nasional dan tokoh masyarakat lainnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato di Ankara baru-baru ini menilai para tokoh Prancis tersebut tidak memahami konteks kitab suci. "Siapakah Anda hingga berhak menyerang ayat suci kami?," kata Erdogan.
"Kami tahu seberapa banyak Anda....Anda tidak berbeda dari ISIS," lanjut Erdogan.
"Pernahkah mereka membaca kitab-kitab mereka, Alkitab? Atau Taurat?," tanya Erdogan mengacu pada kitab suci umat Kristen dan Yahudi. "Jika mereka telah membacanya, mereka mungkin ingin melarang Alkitab."
Penolakan itu merupakan instruksi dari Dewan Pendidikan Tinggi Turki. Dewan Pendidikan membenarkan bahwa keputusannya muncul sebagai tanggapan terhadap sebuah manifesto yang ditandatangani oleh tokoh-tokoh terkemuka Prancis yang menyerukan penghapusan ayat-ayat tertentu dari Alquran.
"Kami telah mengutuk pernyataan kontroversial tentang Alquran yang berasal dari Prancis, dan Dewan Pendidikan Tinggi yang merupakan lembaga otonom, membuat langkah ini sebagai tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan itu," kata Emrullah Isler, ketua Komite Pendidikan Nasional, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga di Parlemen Turki, kepada Al Jazeera.
Isler mengatakan, universitas di Prancis juga tidak memiliki cukup jurusan yang mengajarkan bahasa Turki. Dia menilai ada ketidakseimbangan antara dua negara dalam hal tersebut.
"Kurangnya departemen (jurusan) universitas di Prancis yang mengajarkan (bahasa) Turki adalah faktor lain di balik keputusan itu," ujarnya.
"Ditambah lagi, ada terlalu banyak departemen bahasa Perancis di universitas-universitas Turki," imbuh dia di Ankara, yang dilansir Senin (14/5/2018).
Sebelumnya, hampir 300 tokoh terkemuka Prancis menandatangani surat terbuka yang diterbitkan pada 22 April di surat kabar Le Parisien. Surat terbuka itu berisi seruan penghapusan ayat-ayat Alquran menyerukan pembunuhan dan hukuman bagi orang Yahudi, Kristen dan "kafir". Para tokoh tersebut menilai ayat-ayat yang dimaksud sudah "usang".
Para penanda tangan surat terbuka itu termasuk mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, mantan Perdana Menteri Manuel Valls, mantan menteri, wakil dari Majelis Nasional dan tokoh masyarakat lainnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato di Ankara baru-baru ini menilai para tokoh Prancis tersebut tidak memahami konteks kitab suci. "Siapakah Anda hingga berhak menyerang ayat suci kami?," kata Erdogan.
"Kami tahu seberapa banyak Anda....Anda tidak berbeda dari ISIS," lanjut Erdogan.
"Pernahkah mereka membaca kitab-kitab mereka, Alkitab? Atau Taurat?," tanya Erdogan mengacu pada kitab suci umat Kristen dan Yahudi. "Jika mereka telah membacanya, mereka mungkin ingin melarang Alkitab."
(mas)