Pelaku Serangan Pisau di Paris Pekikan Takbir Saat Beraksi
A
A
A
PARIS - Otoritas keamanan Prancis menetapkan aksi penyerangan dengan pisau di Paris sebagai aksi teroris dan akan melakukan penyelidikan. Satu orang tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan tersebut. Sedangkan pelaku tewas tertembus timah panas polisi.
Jaksa Paris, Francois Molins, mengatakan bahwa penyelidikan terhadap serangan pisau berada di tangan unit kontra-terorisme. Ia juga mengungkapkan jika pelaku meneriakkan Allahu Akbar saat menjalankan aksinya.
"Pada tahap ini dan atas dasar kesaksian yang menggambarkan penyerang berteriak 'Allahu Akbar' sambil menyerang orang yang lewat dengan pisau, sedangkan modus operandi, bagian kontra-teror dari kantor kejaksaan Paris sedang menyelidiki," kata Molins seperti dikutip dari Independent, Minggu (13/5/2018).
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan pisua di Paris. Setidaknya satu orang tewas dan empat lainnya terluka akibat serangan itu. Sementara pelaku penyerangan tewas di tembak polisi.
Sebuah pernyataan yang dirilis melalui agensi propaganda kelompok itu menggambarkan pelaku sebagai "tentara Negara Islam". ISIS mengklaim kekejaman itu sebagai tanggapan atas seruan untuk menjadikan negara-negara yang mengebom wilayahnya di Suriah dan Irak sebagai target serangan.
Namun pernyataan itu tidak mengandung bukti untuk mendukung klaim kelompok, dan tidak jelas apakah tersangka terinspirasi oleh atau bahkan seorang pengikut kelompok teror.
Serangan itu terjadi di Rue Saint-Augustin, yang terkenal karena banyak restorannya, dan penyerang ditembak di Rue Monsigny yang bersebelahan. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 9 malam waktu setempat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sekali lagi membayar dengan darah, tetapi tidak akan menyerahkan satu inci pun kebebasan kepada musuh.
Paris adalah tempat serangan ISIS yang paling mematikan di Eropa pada 13 November 2015, ketika para penyerang bersenjata api dan rompi bunuh diri menyerang gedung konser Bataclan, Stade de France dan restoran, menewaskan 130 orang.
Jaksa Paris, Francois Molins, mengatakan bahwa penyelidikan terhadap serangan pisau berada di tangan unit kontra-terorisme. Ia juga mengungkapkan jika pelaku meneriakkan Allahu Akbar saat menjalankan aksinya.
"Pada tahap ini dan atas dasar kesaksian yang menggambarkan penyerang berteriak 'Allahu Akbar' sambil menyerang orang yang lewat dengan pisau, sedangkan modus operandi, bagian kontra-teror dari kantor kejaksaan Paris sedang menyelidiki," kata Molins seperti dikutip dari Independent, Minggu (13/5/2018).
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan pisua di Paris. Setidaknya satu orang tewas dan empat lainnya terluka akibat serangan itu. Sementara pelaku penyerangan tewas di tembak polisi.
Sebuah pernyataan yang dirilis melalui agensi propaganda kelompok itu menggambarkan pelaku sebagai "tentara Negara Islam". ISIS mengklaim kekejaman itu sebagai tanggapan atas seruan untuk menjadikan negara-negara yang mengebom wilayahnya di Suriah dan Irak sebagai target serangan.
Namun pernyataan itu tidak mengandung bukti untuk mendukung klaim kelompok, dan tidak jelas apakah tersangka terinspirasi oleh atau bahkan seorang pengikut kelompok teror.
Serangan itu terjadi di Rue Saint-Augustin, yang terkenal karena banyak restorannya, dan penyerang ditembak di Rue Monsigny yang bersebelahan. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 9 malam waktu setempat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sekali lagi membayar dengan darah, tetapi tidak akan menyerahkan satu inci pun kebebasan kepada musuh.
Paris adalah tempat serangan ISIS yang paling mematikan di Eropa pada 13 November 2015, ketika para penyerang bersenjata api dan rompi bunuh diri menyerang gedung konser Bataclan, Stade de France dan restoran, menewaskan 130 orang.
(ian)