Armenia Akan Miliki Perdana Menteri Baru pada 8 Mei
A
A
A
YEREVAN - Ketua Partai Republikan Vahram Baghdasaryan menyatakan Armenia akan memiliki perdana menteri (PM) baru pada 8 Mei. Pernyataan itu muncul setelah lebih dari dua pekan unjuk rasa jalanan di negara itu.
Partai Republikan menguasai kursi mayoritas di parlemen Armenia. Pernyataan itu menunjukkan negara itu menemukan cara damai untuk mengatasi krisis politik yang mengkhawatirkan banyak pihak.
Baghdasaryan mengatakan itu setelah bertemu anggota parlemen Nikol Pashinyan yang memimpin unjuk rasa menentang elite penguasa. Baghdasaryan menjelaskan, partainya akan mendukung siapa pun pada 8 Mei, termasuk Pashinyan jika kandidat itu mendapat dukungan sepertiga anggota parlemen.
Partai Republikan awalnya menolak pencalonan Pashinyan. Pernyataan itu muncul sehari setelah publik memblokade jalan raya dan jalur kereta serta melumpuhkan ibu kota. "Kami umumkan Partai Republikan tidak akan mengajukan calon untuk posisi perdana menteri," ujar Baghdasaryan setelah pertemuan itu, dikutip Reuters.
"Kami akan memberi dukungan pada calon yang maju dengan sepertiga suara parlemen, apakah itu Pashinyan atau orang lain; dan pada 8 Mei, Armenia akan memiliki perdana menteri baru," kata dia.
Tanggal 8 Mei parlemen memilih PM baru Armenia. Partai berkuasa telah menunjukkan niat itu pekan lalu saat menyatakan tidak akan menghentikan Pashinyan menjadi PM dan kemudian menentang pencalonannya saat voting di parlemen pada Selasa (2/5). Jika parlemen gagal dalam upaya kedua pada 8 Mei untuk memilih PM baru, parlemen akan dibubarkan dan pemilu parlemen akan digelar.
Sebelumnya, para demonstran Armenia memblokade jalan di dalam dan sekitar ibu kota untuk memenuhi seruan pemimpin oposisi Nikol Pashinyan agar menentang para elite penguasa. Armenia mengalami krisis politik setelah partai berkuasa menolak mendukung Pashinyan sebagai PM. Demonstran berhasil memaksa Serzh Sarksyan mundur dari jabatan PM yang dipegangnya setelah sebelumnya menjadi presiden.
Konflik itu diamati dengan cermat oleh Rusia yang menjadi aliansi dekat Armenia dan khawatir kondisinya sama dengan Ukraina saat pemimpin baru membuat negara itu keluar dari orbit Moskow. Di ibu kota, Yerevan, semua jalan utama diblokade dengan mobil, bus mini, dan tong sampah.
Jalan menuju bandara internasional juga diblokade. Juru bicara otoritas penerbangan sipil menyebutkan satu penerbangan dibatalkan. Toko-toko dan perkantoran tetap buka dan beberapa orang masih bekerja walaupun jalanan diblokade.
Demonstran berpawai di sepanjang jalan sambil meneriakkan "Nikol Menang!" Mereka melambaikan bendera dan meniup terompet. Kepolisian berupaya meyakinkan demonstran agar membuka jalan, tapi aparat tidak menggunakan kekuatan untuk memaksa para pengunjuk rasa.
Media lokal melaporkan, terjadi unjuk rasa di kota-kota lain di Armenia. Negara dengan tiga juta warga itu merupakan tempat bagi pangkalan militer Rusia. Armenia yang kecil itu sangat strategis bagi Rusia karena terletak di pegunungan antara anggota NATO Turki dan eksportir energi Azerbaijan yang berkonflik dengan Armenia.
Pashinyan saat wawancara dengan Reuters dalam unjuk rasa di Yerevan, menyatakan akan tetap menekan partai berkuasa. "Kekuatan saya satu-satunya ialah rakyat saya. Kami tidak akan menyerah," ujar Pashinyan yang memakai kaos dan topi. "Kami akan melanjutkan mogok kerja dan penolakan kami," tegas dia.
Presiden Armenia Armen Sarkissian menyerukan dialog untuk mengakhiri krisis. Jabatan presiden hanya bersifat seremonial dengan otoritas terbesar pada PM sesuai sistem baru. "Saya sangat menyesalkan krisis politik berlanjut meski fakta bahwa semua orang mengatakan betapa bahaya ini untuk masa depan negeri," kata Sarkissian.
Hasil konflik itu tergantung pada siapa yang menyerah pertama antara oposisi yang dapat mengerahkan puluhan ribu demonstran dan elite penguasa yang mengontrol parlemen, serta aparat keamanan dan dukungan Moskow.
Partai Republikan menguasai kursi mayoritas di parlemen Armenia. Pernyataan itu menunjukkan negara itu menemukan cara damai untuk mengatasi krisis politik yang mengkhawatirkan banyak pihak.
Baghdasaryan mengatakan itu setelah bertemu anggota parlemen Nikol Pashinyan yang memimpin unjuk rasa menentang elite penguasa. Baghdasaryan menjelaskan, partainya akan mendukung siapa pun pada 8 Mei, termasuk Pashinyan jika kandidat itu mendapat dukungan sepertiga anggota parlemen.
Partai Republikan awalnya menolak pencalonan Pashinyan. Pernyataan itu muncul sehari setelah publik memblokade jalan raya dan jalur kereta serta melumpuhkan ibu kota. "Kami umumkan Partai Republikan tidak akan mengajukan calon untuk posisi perdana menteri," ujar Baghdasaryan setelah pertemuan itu, dikutip Reuters.
"Kami akan memberi dukungan pada calon yang maju dengan sepertiga suara parlemen, apakah itu Pashinyan atau orang lain; dan pada 8 Mei, Armenia akan memiliki perdana menteri baru," kata dia.
Tanggal 8 Mei parlemen memilih PM baru Armenia. Partai berkuasa telah menunjukkan niat itu pekan lalu saat menyatakan tidak akan menghentikan Pashinyan menjadi PM dan kemudian menentang pencalonannya saat voting di parlemen pada Selasa (2/5). Jika parlemen gagal dalam upaya kedua pada 8 Mei untuk memilih PM baru, parlemen akan dibubarkan dan pemilu parlemen akan digelar.
Sebelumnya, para demonstran Armenia memblokade jalan di dalam dan sekitar ibu kota untuk memenuhi seruan pemimpin oposisi Nikol Pashinyan agar menentang para elite penguasa. Armenia mengalami krisis politik setelah partai berkuasa menolak mendukung Pashinyan sebagai PM. Demonstran berhasil memaksa Serzh Sarksyan mundur dari jabatan PM yang dipegangnya setelah sebelumnya menjadi presiden.
Konflik itu diamati dengan cermat oleh Rusia yang menjadi aliansi dekat Armenia dan khawatir kondisinya sama dengan Ukraina saat pemimpin baru membuat negara itu keluar dari orbit Moskow. Di ibu kota, Yerevan, semua jalan utama diblokade dengan mobil, bus mini, dan tong sampah.
Jalan menuju bandara internasional juga diblokade. Juru bicara otoritas penerbangan sipil menyebutkan satu penerbangan dibatalkan. Toko-toko dan perkantoran tetap buka dan beberapa orang masih bekerja walaupun jalanan diblokade.
Demonstran berpawai di sepanjang jalan sambil meneriakkan "Nikol Menang!" Mereka melambaikan bendera dan meniup terompet. Kepolisian berupaya meyakinkan demonstran agar membuka jalan, tapi aparat tidak menggunakan kekuatan untuk memaksa para pengunjuk rasa.
Media lokal melaporkan, terjadi unjuk rasa di kota-kota lain di Armenia. Negara dengan tiga juta warga itu merupakan tempat bagi pangkalan militer Rusia. Armenia yang kecil itu sangat strategis bagi Rusia karena terletak di pegunungan antara anggota NATO Turki dan eksportir energi Azerbaijan yang berkonflik dengan Armenia.
Pashinyan saat wawancara dengan Reuters dalam unjuk rasa di Yerevan, menyatakan akan tetap menekan partai berkuasa. "Kekuatan saya satu-satunya ialah rakyat saya. Kami tidak akan menyerah," ujar Pashinyan yang memakai kaos dan topi. "Kami akan melanjutkan mogok kerja dan penolakan kami," tegas dia.
Presiden Armenia Armen Sarkissian menyerukan dialog untuk mengakhiri krisis. Jabatan presiden hanya bersifat seremonial dengan otoritas terbesar pada PM sesuai sistem baru. "Saya sangat menyesalkan krisis politik berlanjut meski fakta bahwa semua orang mengatakan betapa bahaya ini untuk masa depan negeri," kata Sarkissian.
Hasil konflik itu tergantung pada siapa yang menyerah pertama antara oposisi yang dapat mengerahkan puluhan ribu demonstran dan elite penguasa yang mengontrol parlemen, serta aparat keamanan dan dukungan Moskow.
(amm)