Saingi Disney, Arab Saudi Buat Kota Hiburan
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi terus menunjukkan sebagai negara yang makin terbuka kepada dunia internasional. Hari ini Saudi meluncurkan pembangunan kota hiburan yang bertujuan menarik wisatawan dan mengubah imej menjadi negara yang semakin terbuka. Taman hiburan ini digadang-gadang mampu menyaingi Walt Disney. Di kota buatan ini, nantinya akan berdiri taman-taman hiburan canggih, tempat safari dan fasilitas olahraga motor
Proyek skala besar itu akan terbentang seluas 207 mil persegi di Qiddiya, barat daya Ibu Kota Riyadh. Proyek senilai miliaran dolar ini bagian dari Visi 2030 Saudi untuk menarik investasi, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan pada minyak. “Kota hiburan besar itu didanai oleh Dana Investasi Publik Arab Saudi dan menyaingi Walt Disney,” papar pejabat Saudi pada media lokal, dikutip CNBC, kemarin.
Kontruksi proyek ini akan resmi diluncurkan oleh Raja Salman pada hari ini. Diharapkan pada 2022 mendatang, megaproyek ini bisa tuntas. Namun rincian tentang investasi asing dan total biaya untuk proyek tersebut belum diungkapkan ke media setempat.
Pembangunan kota hiburan ini melengkapi terobosan Raja Salman yang semakin akomodatif terhadap dunia hiburan. Sebelumnya Raja Salman membolehkan warganya menonton bioskop, pameran fashion atau menikmati sejumlah fasilitas hiburan lain.
Kebijakan ini juga bagian dari reformasi sosial dan ekonomi yang sedang diterapkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. “Kota ini akan menjadi, dengan izin Tuhan, landmark budaya terkenal dan pusat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial, budaya dan rekretasi generasi masa depan di kerajaan,” papar Pangeran Mohammed.
Visi 2030 bertujuan meningkatkan belanja domestik tahunan pada budaya dan hiburan dari saat ini total belanja rumah tangga 2,9% menjadi 6% pada 2030. Para investor internasional mungkin memiliki peran besar untuk terlibat.
Operator taman hiburan berbasis di Amerika Serikat (AS), Six Flags telah melakukan perundingan dengan pemerintah Saudi sejak 2017 terkait rencana membangun sejumlah taman hiburan di kerajaan itu. Pangeran Mohammed juga telah berada di AS untuk mengunjungi PR blitz dan bertemu sejumlah raksasa Silicon Valley serta para pemimpin perusahaan termasuk CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Disney Bob Iger.
Pangeran Mohammed dalam kunjungan ke AS itu mempromosikan berbagai proyek pemerintah Saudi untuk menarik investasi asing. Pangeran juga menerima pujian dan kritik terkait berbagai langkah seperti mencabut larangan perempuan mengemudi di Saudi serta kampanye militer di Yaman.
Berbagai proyek lain di Saudi termasuk NEOM, kota baru yang akan menjadi pusat ekonomi dan teknologi antara Mesir, Saudi dan Yordania. NEOM memperkirakan investasi sekitar USD500 miliar pada tahap pertama yang akan selesai pada 2025.
Sebagian besar proyek di Saudi didanai sendiri, seiring meningkatnya defisit anggaran dan melemahnya harga minyak. Kondisi ini membuat beberapa pengamat mempertanyakan kelangsungan proyek tersebut.
Saat ini berbagai negara pengekspor minyak telah mencari cara untuk mengembangkan sumber pendapatan alternatif sejak harga minyak global turun pada 2014.
Pekan lalu, Saudi membuka bioskop pertama dalam 35 tahun, sebagai langkah simbolis dan mendorong perekonomian. Kehadiran bioskop-bioskop baru diharapkan dapat mendorong belanja domestik pada hiburan dan wisata, serta meningkatkan liberalisasi sosial di negara yang semula menerapkan aturan ketat tersebut. Di sisi lain, aturan tentang pemisahan gender, pakaian dan perilaku masih membatasi berbagai upaya reformasi tersebut.
Gedung bioskop pertama Arab Saudi dibuka pada Rabu (18/4) malam dengan menayangkan film Black Panther. Pembukaan bioskop pertama itu menandai Saudi memasuki era baru kebebasan. Film Hollywood berjudul Black Panther ditayangkan untuk pertama kali tapi beberapa adegan ciuman disensor. Kehadiran bioskop swasta di Riyadh itu menandai momen perubahan yang terjadi di Saudi dalam beberapa dekade.
Saudi sedang memulai era baru di mana perempuan akan segera diizinkan mengemudi mobil dan warga dapat pergi ke konser dan pameran fashion serta menikmati popcorn sambil menonton film layar lebar. Meski demikian, film-film yang ditayangkan di bioskop-bioskop Saudi akan melalui proses sensor dari pemerintah.
Adegan-adegan kekerasan dalam film itu tidak disensor tapi adegan akhir yang ada ciumannya telah dipotong. Untuk tetap menjalankan norma pemisahan gender di Saudi, beberapa ruangan bioskop akan dikhususnya untuk keluarga dan lainnya hanya khusus penonton pria.
Kendati demikian, secara umum gedung-gedung bioskop tidak akan memisahkan gender dengan bagian keluarga untuk perempuan dan terkait pria, serta bagian terpisah untuk penonton pria saja, seperti yang sudah diterapkan di restoran dan kafe.
Menteri Budaya dan Informasi Saudi Awwad Alawwad menjelaskan, pemerintah ingin menyeimbangkan antara nilai Islam dan pengalaman orang menonton film. “Kami ingin memastikan film-film sesuai budaya kami dan menghormati nilai-nilai. Di sisi lain, kami ingin menyediakan orang dengan tayangan indah dan benar-benar menikmati menonton film mereka sendiri,” ujar dia. (Syarifudin)
Proyek skala besar itu akan terbentang seluas 207 mil persegi di Qiddiya, barat daya Ibu Kota Riyadh. Proyek senilai miliaran dolar ini bagian dari Visi 2030 Saudi untuk menarik investasi, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan pada minyak. “Kota hiburan besar itu didanai oleh Dana Investasi Publik Arab Saudi dan menyaingi Walt Disney,” papar pejabat Saudi pada media lokal, dikutip CNBC, kemarin.
Kontruksi proyek ini akan resmi diluncurkan oleh Raja Salman pada hari ini. Diharapkan pada 2022 mendatang, megaproyek ini bisa tuntas. Namun rincian tentang investasi asing dan total biaya untuk proyek tersebut belum diungkapkan ke media setempat.
Pembangunan kota hiburan ini melengkapi terobosan Raja Salman yang semakin akomodatif terhadap dunia hiburan. Sebelumnya Raja Salman membolehkan warganya menonton bioskop, pameran fashion atau menikmati sejumlah fasilitas hiburan lain.
Kebijakan ini juga bagian dari reformasi sosial dan ekonomi yang sedang diterapkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. “Kota ini akan menjadi, dengan izin Tuhan, landmark budaya terkenal dan pusat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial, budaya dan rekretasi generasi masa depan di kerajaan,” papar Pangeran Mohammed.
Visi 2030 bertujuan meningkatkan belanja domestik tahunan pada budaya dan hiburan dari saat ini total belanja rumah tangga 2,9% menjadi 6% pada 2030. Para investor internasional mungkin memiliki peran besar untuk terlibat.
Operator taman hiburan berbasis di Amerika Serikat (AS), Six Flags telah melakukan perundingan dengan pemerintah Saudi sejak 2017 terkait rencana membangun sejumlah taman hiburan di kerajaan itu. Pangeran Mohammed juga telah berada di AS untuk mengunjungi PR blitz dan bertemu sejumlah raksasa Silicon Valley serta para pemimpin perusahaan termasuk CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Disney Bob Iger.
Pangeran Mohammed dalam kunjungan ke AS itu mempromosikan berbagai proyek pemerintah Saudi untuk menarik investasi asing. Pangeran juga menerima pujian dan kritik terkait berbagai langkah seperti mencabut larangan perempuan mengemudi di Saudi serta kampanye militer di Yaman.
Berbagai proyek lain di Saudi termasuk NEOM, kota baru yang akan menjadi pusat ekonomi dan teknologi antara Mesir, Saudi dan Yordania. NEOM memperkirakan investasi sekitar USD500 miliar pada tahap pertama yang akan selesai pada 2025.
Sebagian besar proyek di Saudi didanai sendiri, seiring meningkatnya defisit anggaran dan melemahnya harga minyak. Kondisi ini membuat beberapa pengamat mempertanyakan kelangsungan proyek tersebut.
Saat ini berbagai negara pengekspor minyak telah mencari cara untuk mengembangkan sumber pendapatan alternatif sejak harga minyak global turun pada 2014.
Pekan lalu, Saudi membuka bioskop pertama dalam 35 tahun, sebagai langkah simbolis dan mendorong perekonomian. Kehadiran bioskop-bioskop baru diharapkan dapat mendorong belanja domestik pada hiburan dan wisata, serta meningkatkan liberalisasi sosial di negara yang semula menerapkan aturan ketat tersebut. Di sisi lain, aturan tentang pemisahan gender, pakaian dan perilaku masih membatasi berbagai upaya reformasi tersebut.
Gedung bioskop pertama Arab Saudi dibuka pada Rabu (18/4) malam dengan menayangkan film Black Panther. Pembukaan bioskop pertama itu menandai Saudi memasuki era baru kebebasan. Film Hollywood berjudul Black Panther ditayangkan untuk pertama kali tapi beberapa adegan ciuman disensor. Kehadiran bioskop swasta di Riyadh itu menandai momen perubahan yang terjadi di Saudi dalam beberapa dekade.
Saudi sedang memulai era baru di mana perempuan akan segera diizinkan mengemudi mobil dan warga dapat pergi ke konser dan pameran fashion serta menikmati popcorn sambil menonton film layar lebar. Meski demikian, film-film yang ditayangkan di bioskop-bioskop Saudi akan melalui proses sensor dari pemerintah.
Adegan-adegan kekerasan dalam film itu tidak disensor tapi adegan akhir yang ada ciumannya telah dipotong. Untuk tetap menjalankan norma pemisahan gender di Saudi, beberapa ruangan bioskop akan dikhususnya untuk keluarga dan lainnya hanya khusus penonton pria.
Kendati demikian, secara umum gedung-gedung bioskop tidak akan memisahkan gender dengan bagian keluarga untuk perempuan dan terkait pria, serta bagian terpisah untuk penonton pria saja, seperti yang sudah diterapkan di restoran dan kafe.
Menteri Budaya dan Informasi Saudi Awwad Alawwad menjelaskan, pemerintah ingin menyeimbangkan antara nilai Islam dan pengalaman orang menonton film. “Kami ingin memastikan film-film sesuai budaya kami dan menghormati nilai-nilai. Di sisi lain, kami ingin menyediakan orang dengan tayangan indah dan benar-benar menikmati menonton film mereka sendiri,” ujar dia. (Syarifudin)
(nfl)