Macron Akan Desak Trump Pertahankan Kesepakatan Nuklir Iran
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis, Emanuel Macron mengaku akan mendesak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk mempertahankan kesepakatan nuklir Iran. Macron akan bertemu Trump pada akhir pekan ini di Gedung Putih.
"Apakah perjanjian ini sempurna dan JCPOA ini adalah hal yang sempurna untuk hubungan kita dengan Iran? Tidak. Tapi untuk nuklir, apa yang Anda (Trump) miliki? Sebagai pilihan yang lebih baik? Saya tidak melihatnya," kata Macron saat melakukan wawancara dengan Fox News.
Macron memperingatkan bahwa jika kesepakatan nuklir runtuh, Iran bisa menghidupkan kembali program nuklirnya dan ini bisa menjadi masalah serupa dengan Korea Utara (Korut), yang telah memperoleh dan menguji senjata nuklir dalam beberapa tahun terakhir.
"Apa rencana candanganya? Mari kita lestarikan kerjasama ini, dibandingkan kita harus menghadapi situasi seperti Korut," sambungnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (23/4).
Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan pihaknya dengan China sudah sepakat untuk bekerjasama menghentikan AS mensabotase kesepakatan nuklir Iran.
Lavrov menyatakan kesepakatan mengenai hal ini dicapai setelah dia melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di mana Lavrov menyatakan dia danWang Yi tidak akan membiarkan AS mengobrak-abrik kesepakatan yang membutuhkan waktu satu dekade untuk dicapai tersebut.
"Kami menentang revisi perjanjian ini, kami menganggap itu sangat kontra produktif untuk mencoba mengurangi hingga nol tahun kerja internasional yang dilakukan melaluipembicaraan antara enam negara besar dan Iran. Kami akan menghalangi upaya untuk menyabotase perjanjian ini yang akan diabadikan dalam sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB," ucap Lavrov.
"Apakah perjanjian ini sempurna dan JCPOA ini adalah hal yang sempurna untuk hubungan kita dengan Iran? Tidak. Tapi untuk nuklir, apa yang Anda (Trump) miliki? Sebagai pilihan yang lebih baik? Saya tidak melihatnya," kata Macron saat melakukan wawancara dengan Fox News.
Macron memperingatkan bahwa jika kesepakatan nuklir runtuh, Iran bisa menghidupkan kembali program nuklirnya dan ini bisa menjadi masalah serupa dengan Korea Utara (Korut), yang telah memperoleh dan menguji senjata nuklir dalam beberapa tahun terakhir.
"Apa rencana candanganya? Mari kita lestarikan kerjasama ini, dibandingkan kita harus menghadapi situasi seperti Korut," sambungnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Senin (23/4).
Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan pihaknya dengan China sudah sepakat untuk bekerjasama menghentikan AS mensabotase kesepakatan nuklir Iran.
Lavrov menyatakan kesepakatan mengenai hal ini dicapai setelah dia melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di mana Lavrov menyatakan dia danWang Yi tidak akan membiarkan AS mengobrak-abrik kesepakatan yang membutuhkan waktu satu dekade untuk dicapai tersebut.
"Kami menentang revisi perjanjian ini, kami menganggap itu sangat kontra produktif untuk mencoba mengurangi hingga nol tahun kerja internasional yang dilakukan melaluipembicaraan antara enam negara besar dan Iran. Kami akan menghalangi upaya untuk menyabotase perjanjian ini yang akan diabadikan dalam sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB," ucap Lavrov.
(esn)