Raul akan Mundur, Era Castro Segera Tamat di Kuba
A
A
A
HAVANA - Presiden Kuba Raul Castro, 86, bersiap untuk mengundurkan diri setelah berkuasa dua periode menggantikan kakaknya, Fidel Castro. Mundurnya Raul akan membuat era Castro segera tamat di negara sosialis tersebut.
Kuba dijadwalkan membuka sesi Majelis Nasional pada hari Rabu waktu Havana. Pada sesi itulah, Raul diperkirakan akan mengumumkan pengunduran dirinya.
Wakil Presiden Miguel Diaz-Canel diperkirakan akan mengambil alih posisi presiden. Proses suksesi di Kuba ini akan melalui pemungutan suara di parlemen yang akan berlangsung hari Kamis (19/4/2018) waktu setempat.
Keluarga Castro telah memerintah negara sosialis itu sejak revolusi yang mengantar Fidel Castro ke tampuk kekuasaan pada tahun 1959.
Di era Raul Castro, sejarah tercipta di Kuba, di mana negara itu melakukan rekonsiliasi dengan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat (AS) yang saat itu dipimpin Barack Obama.
Fidel Castro masih hidup saat rekonsiliasi terjadi. Dia tetap tidak percaya dengan AS, namun tidak menentang langkah yang diambil adiknya.
Salah satu alasan Raul melakukan rekonsiliasi dengan AS adalah demi menyelamatkan ekonomi Kuba yang mengalami kesengsaraan selama bertahun-tahun akibat sanksi Barat.
"Meskipun ada kesalahan dan kekurangan yang diakui dalam paripurna ini, situasinya lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu," kata Raul Castro, 86, seperti dikutip oleh surat kabar Kuba, Granma.
Kampanye politik dilarang di Kuba, sehingga hanya sedikit yang diketahui tentang rencana Diaz-Canel untuk menavigasi tantangan-tantangan yang dihadapi negara tersebut.
Kendati demikian, Diaz-Cuba diperkirakan akan melanjutkan liberalisasi kebijakan sosial, mengingat dukungannya di masa lalu untuk hak LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), memperluas akses internet dan melonggarkan kontrol pemerintah terhadap media.
Menurut Ted Piccone, seorang peneliti senior di Brookings Institute, administrasi Donald Trump kemungkinan besar akan "menggandakan" pelukan perubahan rezim di Kuba setelah Diaz-Canel mengambil alih kekuasaan.
Raul Castro akan tetap menjadi pemimpin Partai Komunis--partai berkuasa di Kuba-- hingga 2021 dan diperkirakan akan terus memainkan peran besar dalam keputusan kebijakan di negara tersebut.
Kuba dijadwalkan membuka sesi Majelis Nasional pada hari Rabu waktu Havana. Pada sesi itulah, Raul diperkirakan akan mengumumkan pengunduran dirinya.
Wakil Presiden Miguel Diaz-Canel diperkirakan akan mengambil alih posisi presiden. Proses suksesi di Kuba ini akan melalui pemungutan suara di parlemen yang akan berlangsung hari Kamis (19/4/2018) waktu setempat.
Keluarga Castro telah memerintah negara sosialis itu sejak revolusi yang mengantar Fidel Castro ke tampuk kekuasaan pada tahun 1959.
Di era Raul Castro, sejarah tercipta di Kuba, di mana negara itu melakukan rekonsiliasi dengan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat (AS) yang saat itu dipimpin Barack Obama.
Fidel Castro masih hidup saat rekonsiliasi terjadi. Dia tetap tidak percaya dengan AS, namun tidak menentang langkah yang diambil adiknya.
Salah satu alasan Raul melakukan rekonsiliasi dengan AS adalah demi menyelamatkan ekonomi Kuba yang mengalami kesengsaraan selama bertahun-tahun akibat sanksi Barat.
"Meskipun ada kesalahan dan kekurangan yang diakui dalam paripurna ini, situasinya lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu," kata Raul Castro, 86, seperti dikutip oleh surat kabar Kuba, Granma.
Kampanye politik dilarang di Kuba, sehingga hanya sedikit yang diketahui tentang rencana Diaz-Canel untuk menavigasi tantangan-tantangan yang dihadapi negara tersebut.
Kendati demikian, Diaz-Cuba diperkirakan akan melanjutkan liberalisasi kebijakan sosial, mengingat dukungannya di masa lalu untuk hak LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), memperluas akses internet dan melonggarkan kontrol pemerintah terhadap media.
Menurut Ted Piccone, seorang peneliti senior di Brookings Institute, administrasi Donald Trump kemungkinan besar akan "menggandakan" pelukan perubahan rezim di Kuba setelah Diaz-Canel mengambil alih kekuasaan.
Raul Castro akan tetap menjadi pemimpin Partai Komunis--partai berkuasa di Kuba-- hingga 2021 dan diperkirakan akan terus memainkan peran besar dalam keputusan kebijakan di negara tersebut.
(mas)