Putin Tak Terima Provokasi dan Spekulasi Serangan Kimia Suriah
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan negara-negara Barat bahwa pihaknya tidak bisa menerima provokasi dan spekulasi perihal dugaan serangan senjata kimia di Suriah.
Moskow hingga kini percaya bahwa serangan senjata kimia di Douma Sabtu pekan lalu dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat. Menurut Moskow, serangan itu dilakukan untuk memfitnah rezim Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad.
Baca Juga: Trump Ancam Rezim Suriah: Kami Punya Banyak Opsi Militer!
Peringatan Putin disampaikaan saat berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Senin. "Dia memperingatkan (dampak) terhadap spekulasi dan provokasi atas dugaan serangan senjata kimia di Suriah yang dikuasai pemberontak Douma," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
"Para pemimpin bertukar pendapat tentang situasi di Suriah termasuk tuduhan terhadap Damaskus oleh sejumlah negara Barat tentang penggunaan senjata kimia," lanjut pernyataan Kremlin, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/4/2018).
"Pihak Rusia menekankan tidak bisa menerima provokasi dan spekulasi mengenai masalah ini," imbuh Kremlin.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Jerman Steffen Seibert dalam sebuah pernyataan menegaskan bahwa situasi di Suriah telah dibahas. "Merkel mengutuk serangan gas baru di Kota Douma, Suriah," katanya.
Sebelumnya, juru bicara Putin, Dmitry Peskov, telah memperingatkan bahaya dari setiap kesimpulan yang salah atas dugaan serangan gas beracun di Douma.
Baca Juga: AS Ancam Gempur 'Monster' Assad Tanpa Mandat PBB
Peskov menyatakan, para pemberontak dapat melancarkan serangan senjata kimia itu untuk menyalahkan Damaskus.
"Baik presiden dan kementerian pertahanan, mengutip sumber-sumber intelijen, telah berbicara tentang provokasi yang sedang dipersiapkan," kata Peskov.
Dia menambahkan bahwa dalam kasus di Douma bisa berarti para pemberontak melakukan serangan menggunakan senjata kimia atau menyebarkan desas-desus serangan seperti itu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan para ahli Rusia tidak menemukan jejak serangan kimia di Douma. Militer Rusia pada hari Senin juga mengaku tidak menemukan jejak serangan kimia di kota yang sama.
Moskow hingga kini percaya bahwa serangan senjata kimia di Douma Sabtu pekan lalu dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat. Menurut Moskow, serangan itu dilakukan untuk memfitnah rezim Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad.
Baca Juga: Trump Ancam Rezim Suriah: Kami Punya Banyak Opsi Militer!
Peringatan Putin disampaikaan saat berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Senin. "Dia memperingatkan (dampak) terhadap spekulasi dan provokasi atas dugaan serangan senjata kimia di Suriah yang dikuasai pemberontak Douma," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
"Para pemimpin bertukar pendapat tentang situasi di Suriah termasuk tuduhan terhadap Damaskus oleh sejumlah negara Barat tentang penggunaan senjata kimia," lanjut pernyataan Kremlin, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/4/2018).
"Pihak Rusia menekankan tidak bisa menerima provokasi dan spekulasi mengenai masalah ini," imbuh Kremlin.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Jerman Steffen Seibert dalam sebuah pernyataan menegaskan bahwa situasi di Suriah telah dibahas. "Merkel mengutuk serangan gas baru di Kota Douma, Suriah," katanya.
Sebelumnya, juru bicara Putin, Dmitry Peskov, telah memperingatkan bahaya dari setiap kesimpulan yang salah atas dugaan serangan gas beracun di Douma.
Baca Juga: AS Ancam Gempur 'Monster' Assad Tanpa Mandat PBB
Peskov menyatakan, para pemberontak dapat melancarkan serangan senjata kimia itu untuk menyalahkan Damaskus.
"Baik presiden dan kementerian pertahanan, mengutip sumber-sumber intelijen, telah berbicara tentang provokasi yang sedang dipersiapkan," kata Peskov.
Dia menambahkan bahwa dalam kasus di Douma bisa berarti para pemberontak melakukan serangan menggunakan senjata kimia atau menyebarkan desas-desus serangan seperti itu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan para ahli Rusia tidak menemukan jejak serangan kimia di Douma. Militer Rusia pada hari Senin juga mengaku tidak menemukan jejak serangan kimia di kota yang sama.
(mas)