Erdogan Kumandangkan Alquran di Hagia Sophia yang Dulunya Gereja

Minggu, 01 April 2018 - 11:40 WIB
Erdogan Kumandangkan Alquran di Hagia Sophia yang Dulunya Gereja
Erdogan Kumandangkan Alquran di Hagia Sophia yang Dulunya Gereja
A A A
ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memimpin doa Islam di Hagia Sophia pada hari Sabtu. Dia mengumandangkan ayat-ayat Alquran situs yang awalnya gereja katedral Ortodoks Yunani tersebut.

Sejak direbut penguasa Ottoman Turki, Hagia Sophia diubah menjadi masjid sebelum akhirnya dijadikan museum.

Pemimpin Ankara itu meminta semua tamu untuk bergabung dengannya dalam keheningan saat dia membaca ayat Alquran. Doa dari bacaan ayat kitab suci itu, kata dia, didedikasikan pada "jiwa-jiwa dari semua yang meninggalkan pekerjaan Turki sebagai warisan, terutama untuk penakluk Istanbul".

Dalam sejarahnya, Hagia Sophia pada mulanya adalah gereja katedral Ortodoks Yunani ketika Kekaisaran Bizantium menguasai banyak wilayah di Istanbul. Namun, bangunan kuno itu diubah menjadi masjid oleh Sultan Mehmed, penguasa Ottoman Turki yang dijuluki "Sang Penakluk" pada tahun 1453. Setelah Republik Turki berdiri, situs itu ditetapkan sebagai museum.

Dalam acara doa itu, Erdogan mengeluh tentang ketidakefektifan Turki dalam mempromosikan seni dan budayanya. Dia heran dengan Turki yang lebih Barat ketimbang Barat itu sendiri. Presiden tersebut juga mengkritik sebagian warga Turki yang terlibat "perang" melawan nilai-nilai bangsanya sendiri.

"Beberapa masjid bersejarah kami telah diubah menjadi museum," katanya dengan menunjuk Hagia Sophia, seperti dikutip Ahval News, Minggu (1/4/2018)."Pada periode pemerintahan partai tunggal di Turki saja, lebih dari 300 ratus tempat suci dihancurkan di semenanjung Istanbul yang bersejarah."

Seperti diketahui, Turki pernah diperintah oleh satu partai pada tahun 1923 ketika Mustafa Kemal Atatürk mendirikan negara baru. Pada 1946, Turki pertama kali menggelar pemilu demokratis meski dianggap cacat.

Nilai-nilai sekuler pemimpin Turki pada periode Mustafa Kemal Ataturk ini telah mendapat kecaman reguler dari Erdoğan dan partainya.

Lebih lanjut, pemimpin Ankara ini membela para seniman yang mendapat kritik setelah mendukung kampanye militer Turki di Afrin, Suriah, baru-baru ini.

"Mereka telah mengatakan setiap kata buruk terhadap artis (seniman) kami yang menunjukkan sikap nasionalis, yang mencoba membangkitkan semangat para prajurit kami. Orang-orang itu tidak berbeda dengan pengganggu lingkungan. Karena mentalitas mereka, mereka adalah orang-orang Badui modern," ujarnya.

Dia juga mencatat bahwa para seniman pro-pemerintah telah mengubah paradigma budaya di Turki. "Mereka menghancurkan, kami membangun. Mereka masih berusaha menghancurkan. Kami masih berusaha membangun," katanya, yang kemudian mengenang protes Gezi dan perselisihan tentang masa depan Ataturk Cultural Centre pada saat itu.

“Sekarang kami mengubah Pusat Kebudayaan Atatürk menjadi salah satu tempat opera terbaik di dunia. Para pemrotes Gezi juga berteriak menentang ini. Anda bisa berteriak sebanyak yang Anda mau. Bicaralah, (tapi) kami menghancurkannya."

Protes Gezi dimulai sebagai protes duduk damai pada 28 Mei 2013 terhadap penebangan pohon di Taman Gezi di Taksim Square, Istanbul. Protes berubah menjadi pemberontakan di seluruh negeri setelah polisi mulai menyerang demonstran dengan gas air mata dan meriam air. Selama lebih dari dua minggu, Taksim Square diduduki oleh para demonstran, yang oleh Erdogan disebut sebagai "beberapa penjarah".

Menurut laporan oleh organisasi hak asasi manusia, 11 orang tewas dan lebih dari 8.000 lainnya terluka di Turki selama protes tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5475 seconds (0.1#10.140)