Kembali Injak Tanah Pakistan, Malala: Mimpi Saya Jadi Nyata
A
A
A
ISLAMABAD - Malala Yousafzai, peraih Nobel Perdamaian dan aktivis pendidikan berurai air mata ketika dia kembali menjejakan kaki di tanah Pakistan. Dia mudik enam tahun setelah kepalanya ditembak kelompok bersenjata Taliban karena membela hak anak perempuan untuk sekolah.
Tiba di Islamabad, bersama dengan ayah dan adik laki-lakinya, Malala langsung melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Pakistan, Shahid Khaqan Abbasi, sebelum akhirnya dia menyampaikan pidato di televisi.
Dalam pidatonya, Malala menyatakan dia sangat senang bisa kembali ke Pakistan. Malala menuturkan, kembali pulang ke tanah kelahiranya adalah impiannya sejak dia dilarikan ke Inggris pada akhir tahun 2012 lalu.
"Selama lima tahun terakhir saya telah bermimpi bahwa saya dapat menginjakkan kaki kembali di negara saya. Ini hari paling bahagia dalam hidup saya. Saya masih tidak percaya itu terjadi," ucap Malala, seperti dilansir Reuters pada Kamis (29/3).
Dia kemudian mengatakan bahwa jika dia diberikan pilihan, dirinya tidak akan pernah meninggalkan Pakistan. "Saya biasanya tidak menangis. Saya masih berusia 20 tahun, tetapi saya telah melihat begitu banyak hal dalam hidup," katanya.
Pada usia 17 tahun, Malala menjadi penerima termuda Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014 atas kampanye pendidikannya. Dia ditembak para pria bertopeng dari kelompok Taliban tahun 2012 lalu saat pulang naik bus dari sekolahnya. Dia terkena tembakan di bagian kepala. Namun bergegas diterbangkan ke Inggris untuk diselamatkan.
Beberapa hari sebelum mudik, dia telah menuliskan pesan yang mengekspresikan kegembiraannya karena bisa pulang ke negaranya.
"Pada hari ini, saya sangat menyukai kenangan indah tentang rumah, bermain kriket di atas atap dan menyanyikan lagu kebangsaan di sekolah. Selamat Hari Pakistan!" tulis Malala dalam sebuah pesan tertanggal 23 Maret 2018.
Tiba di Islamabad, bersama dengan ayah dan adik laki-lakinya, Malala langsung melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Pakistan, Shahid Khaqan Abbasi, sebelum akhirnya dia menyampaikan pidato di televisi.
Dalam pidatonya, Malala menyatakan dia sangat senang bisa kembali ke Pakistan. Malala menuturkan, kembali pulang ke tanah kelahiranya adalah impiannya sejak dia dilarikan ke Inggris pada akhir tahun 2012 lalu.
"Selama lima tahun terakhir saya telah bermimpi bahwa saya dapat menginjakkan kaki kembali di negara saya. Ini hari paling bahagia dalam hidup saya. Saya masih tidak percaya itu terjadi," ucap Malala, seperti dilansir Reuters pada Kamis (29/3).
Dia kemudian mengatakan bahwa jika dia diberikan pilihan, dirinya tidak akan pernah meninggalkan Pakistan. "Saya biasanya tidak menangis. Saya masih berusia 20 tahun, tetapi saya telah melihat begitu banyak hal dalam hidup," katanya.
Pada usia 17 tahun, Malala menjadi penerima termuda Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014 atas kampanye pendidikannya. Dia ditembak para pria bertopeng dari kelompok Taliban tahun 2012 lalu saat pulang naik bus dari sekolahnya. Dia terkena tembakan di bagian kepala. Namun bergegas diterbangkan ke Inggris untuk diselamatkan.
Beberapa hari sebelum mudik, dia telah menuliskan pesan yang mengekspresikan kegembiraannya karena bisa pulang ke negaranya.
"Pada hari ini, saya sangat menyukai kenangan indah tentang rumah, bermain kriket di atas atap dan menyanyikan lagu kebangsaan di sekolah. Selamat Hari Pakistan!" tulis Malala dalam sebuah pesan tertanggal 23 Maret 2018.
(esn)