Inggris: Mantra 'Assad Harus Lengser' Sudah Tidak Berguna
A
A
A
LONDON - Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson mengatakan, slogan lama Presiden Bashar al-Assad harus lengser sudah tidak dapat lagi dipertahankan. Johnson menduga jika Assad saat ini tengah takut dengan hukuman atas kematian warga sipil.
"Ketakutan akan dakwaan ini mungkin yang paling kuat dari yang lain, tetapi mantra lama 'Assad harus lengser' tentu bukan salah satu yang bekerja saat ini," ujar Johnson seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (22/3/2018).
Johnson mengatakan hal itu kepada Komite Urusan Luar Negeri parlemen Inggris saat menjawab pertanyaan apakah ada jalan bagi Inggris untuk mempengaruhi kejatuhan atau tuduhan terhadap Assad.
Johnson menambahkan bahwa dengan Assad saat ini mengendalikan 75 persen populasi dan 50 persen wilayah, ada sejumlah besar pembantaian yang masih akan terjadi.
"Jadi hal terbaik adalah mengelilingi meja di Jenewa dan memulai prosesnya dari penyelesaian konstitusional baru untuk Suriah," sarannya.
Lengsernya Assad dari kursi presiden telah menjadi prioritas untuk sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis. Sementara Rusia telah mendukung Assad secara militer sejak 2015 atas permintaan Damaskus.
Perang Suriah yang pecah pada tahun 2011 setelah oposisi bersenjata dan kelompok militan bangkit melawan pemerintah Assad. Upaya perdamaian di Jenewa dan di Astana masing-masing saat ini fokus pada penyelesaian politik dan gencatan senjata militer. Tempat terbaru adalah Sochi di Rusia, di mana perwakilan masyarakat Suriah berkumpul untuk membahas reformasi konstitusi.
"Ketakutan akan dakwaan ini mungkin yang paling kuat dari yang lain, tetapi mantra lama 'Assad harus lengser' tentu bukan salah satu yang bekerja saat ini," ujar Johnson seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (22/3/2018).
Johnson mengatakan hal itu kepada Komite Urusan Luar Negeri parlemen Inggris saat menjawab pertanyaan apakah ada jalan bagi Inggris untuk mempengaruhi kejatuhan atau tuduhan terhadap Assad.
Johnson menambahkan bahwa dengan Assad saat ini mengendalikan 75 persen populasi dan 50 persen wilayah, ada sejumlah besar pembantaian yang masih akan terjadi.
"Jadi hal terbaik adalah mengelilingi meja di Jenewa dan memulai prosesnya dari penyelesaian konstitusional baru untuk Suriah," sarannya.
Lengsernya Assad dari kursi presiden telah menjadi prioritas untuk sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis. Sementara Rusia telah mendukung Assad secara militer sejak 2015 atas permintaan Damaskus.
Perang Suriah yang pecah pada tahun 2011 setelah oposisi bersenjata dan kelompok militan bangkit melawan pemerintah Assad. Upaya perdamaian di Jenewa dan di Astana masing-masing saat ini fokus pada penyelesaian politik dan gencatan senjata militer. Tempat terbaru adalah Sochi di Rusia, di mana perwakilan masyarakat Suriah berkumpul untuk membahas reformasi konstitusi.
(ian)