Rusia Didesak Laporkan dan Ungkap Program Senjata Novichok
A
A
A
AMSTERDAM - Rusia harus bekerja sama dengan badan senjata kimia dunia dan mengungkapkan program zat saraf Novichok. Desakan ini muncul setelah seorang mantan mata-mata Rusia diserang dengan racun kelas militer di sebuah kota di Inggris.
"Kami mendukung seruan tersebut untuk pengungkapan secara penuh dan lengkap oleh Federasi Rusia," kata utusan Bulgaria untuk Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, Krassimir Kostov, kepada anggota dewan eksekutif OPCW.
"Kami meminta Federasi Rusia untuk menanggapi dengan cepat pertanyaan-pertanyaan sah pemerintah Inggris dan untuk bekerja sama dengan OPCW," sambung Kostov, yang memberikan komentar atas nama Uni Eropa seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/3/2018).
Desakan Uni Eropa kepada Rusia datang setelah Inggris, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis bersama-sama meminta Rusia untuk menjelaskan serangan zat saraf kelas militer di Inggris yang menurut mereka mengancam keamanan Barat.
Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia berada dalam kondisi kritis setelah diracuni di kota Salisbury, Inggris selatan, pada 4 Maret lalu.
Inggris telah meminta OPCW untuk secara independen memverifikasi temuan laboratorium senjata bio-kimia, Porton Down, bahwa zat saraf tersebut adalah racun era Soviet yang kuat.
Rusia mengumumkan sekitar 40.000 ton senjata kimia ke OPCW pada 1990-an. Badan tersebut mengatakan pada bulan Oktober bahwa Moskow telah menyelesaikan penghancuran stockpile. Namun laporan itu tidak mengumumkan Novichok, zat saraf yang meracuni Skripal.
"Kami mendukung seruan tersebut untuk pengungkapan secara penuh dan lengkap oleh Federasi Rusia," kata utusan Bulgaria untuk Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, Krassimir Kostov, kepada anggota dewan eksekutif OPCW.
"Kami meminta Federasi Rusia untuk menanggapi dengan cepat pertanyaan-pertanyaan sah pemerintah Inggris dan untuk bekerja sama dengan OPCW," sambung Kostov, yang memberikan komentar atas nama Uni Eropa seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/3/2018).
Desakan Uni Eropa kepada Rusia datang setelah Inggris, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis bersama-sama meminta Rusia untuk menjelaskan serangan zat saraf kelas militer di Inggris yang menurut mereka mengancam keamanan Barat.
Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia berada dalam kondisi kritis setelah diracuni di kota Salisbury, Inggris selatan, pada 4 Maret lalu.
Inggris telah meminta OPCW untuk secara independen memverifikasi temuan laboratorium senjata bio-kimia, Porton Down, bahwa zat saraf tersebut adalah racun era Soviet yang kuat.
Rusia mengumumkan sekitar 40.000 ton senjata kimia ke OPCW pada 1990-an. Badan tersebut mengatakan pada bulan Oktober bahwa Moskow telah menyelesaikan penghancuran stockpile. Namun laporan itu tidak mengumumkan Novichok, zat saraf yang meracuni Skripal.
(ian)