Terobosan Besar, Trump dan Kim Jong-un Segera Bertemu
A
A
A
DJIBOUTI - Perundingan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un akan dibahas dalam beberapa pekan mendatang.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menjelaskan informasi terbaru itu kemarin. Trump menyatakan dia siap bertemu Kim dalam pertemuan langsung pertama antara kedua negara. Pertemuan itu dapat menghasilkan terobosan besar dalam meredakan ketegangan atas program senjata nuklir Korut.
“Presiden Trump menyatakan untuk beberapa waktu bahwa dia terbuka untuk perundingan dan dia bersedia bertemu Kim saat berbagai kondisi tepat. Dan saya pikir dalam penilaian presiden waktu itu telah tiba sekarang,” ungkap Tillerson, dikutip kantor berita Reuters.
Tillerson menjelaskan, keputusan itu dibuat oleh Trump sendiri. “Sekarang pertanyaannya menyepakati waktu pertemuan pertama antara keduanya dan itu akan membutuhkan beberapa pekan sebelum kita dapat melakukannya,” paparnya.
Trump sebelumnya pernah menyebut Kim sebagai “maniak”, “pria roket kecil” dan mengancam dalam pidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu untuk menghancurkan total Korut jika menyerang AS atau salah satu aliansinya. Kim merespon dengan sebutan yang kasar.
Para penasehat Trump telah memperingatkan risiko tawaran diplomatik Korut itu karena dalam sejarahnya, pemerintahan AS sebelumnya gagal melucuti senjata Pyongyang. Beberapa pakar dan pejabat AS khawatir Korut dapat mengulur waktu untuk membangun dan menyempurnakan persenjataan nuklir jika Pyongyang berunding dengan Washington.
Tillerson menjelaskan, AS terkejut tentang bagaimana keterbukaan Kim dalam percakapannya dengan para delegasi Korea Selatan (Korsel). Tillerson menyatakan, ini indikasi terkuat bahwa Kim tidak hanya ingin tapi benar-benar berminat untuk perundingan dengan AS.
“Kim telah berkomitmen untuk denuklirisasi dan menunda tes rudal dan nuklir,” ungkap Kepala Kantor Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong pada Kamis (8/3) setelah menjelaskan pada Trump tentang pertemuan para pejabat Korsel dengan Kim awal pekan ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi menyatakan, AS dan Korut perlu berunding secepat mungkin. “Itu tidak akan menjadi pelayaran yang mulus,” paparnya.
“Rusia yakin potensi pertemuan antara Kim dan Trum sebagai langkah ke arah yang tepat,” kata Menlu Rusia Sergei Lavrov saat mengunjungi Ethiopia.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menjelaskan, Jepang dan AS akan terus bersama 100% dan dia telah bertemu Trump di Washington pada April. Meski Jepang memiliki aliansi keamanan dengan AS, ada kekhawatiran bahwa Trump dapat menghentikan kesepakatan untuk melindungi kota-kota di Jepang dari serangan nuklir sehingga negara itu rawan.
Dua tes rudal tahun lalu oleh Korut melintas di atas wilayah Jepang. Tokyo juga sering menjadi target komentar dan ancaman Korut. Trump menyatakan di Twitter, “Kim Jong-un membicarakan tentang denuklirisasi dengan Perwakilan Korsel, tidak hanya pembekuan.”
Di sisi lain, Jepang masih khawatir perundingan langsung antara Korut dan AS tetap membuat Pyongyang enggan meninggalkan pengembangan nuklir dan rudal secara total. Tokyo menginginkan komitmen bahwa denuklirisasi sebagai syarat awal sebelum perundingan.
Profesor Takahashi Kawakami dari Universitas Takushoku, Tokyo, menjelaskan, ada tiga kemungkinan skenario yang dapat terjadi. Pertama, Pyongyang sepakat denuklirisasi. Kedua, Korut sepakat pembekuan nuklir. Ketiga, Korut kembali meluncurkan rudal. “Sejauh yang saya lihat, yang kedua paling mungkin,” ungkap dia.
“Pembekuan program senjata akan mengkhawatirkan Jepang karena Korut tetap memiliki kemampuan nuklir terbatas dan memiliki kapasitas menyerang Jepang dan Korsel, sementara AS di luar jangkauan. Ini akan melegitimasi Kim Jong-un dalam cara yang tidak diinginkan Jepang,” kata Profesor Brad Glosserman di Universitas Tama.
Anggota parlemen dari partai berkuasa Jepang menyatakan, Washington tidak akan setuju dengan pembekuan tapi Korut dapat mengulur waktu untuk menyelesaikan program senjata nuklir dan memperkuat daya tawarnya. “Waktu menguntungkan Korut,” kata anggota parlemen itu.
Jika Korut mampu mencapai tujuan mengembangkan rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir ke AS, Jepang perlu memperkuat pertahanan, termasuk meminta Washington mengerahkan kapal selam nuklir di sekitar wilayahnya. (Syarifudin)
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menjelaskan informasi terbaru itu kemarin. Trump menyatakan dia siap bertemu Kim dalam pertemuan langsung pertama antara kedua negara. Pertemuan itu dapat menghasilkan terobosan besar dalam meredakan ketegangan atas program senjata nuklir Korut.
“Presiden Trump menyatakan untuk beberapa waktu bahwa dia terbuka untuk perundingan dan dia bersedia bertemu Kim saat berbagai kondisi tepat. Dan saya pikir dalam penilaian presiden waktu itu telah tiba sekarang,” ungkap Tillerson, dikutip kantor berita Reuters.
Tillerson menjelaskan, keputusan itu dibuat oleh Trump sendiri. “Sekarang pertanyaannya menyepakati waktu pertemuan pertama antara keduanya dan itu akan membutuhkan beberapa pekan sebelum kita dapat melakukannya,” paparnya.
Trump sebelumnya pernah menyebut Kim sebagai “maniak”, “pria roket kecil” dan mengancam dalam pidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu untuk menghancurkan total Korut jika menyerang AS atau salah satu aliansinya. Kim merespon dengan sebutan yang kasar.
Para penasehat Trump telah memperingatkan risiko tawaran diplomatik Korut itu karena dalam sejarahnya, pemerintahan AS sebelumnya gagal melucuti senjata Pyongyang. Beberapa pakar dan pejabat AS khawatir Korut dapat mengulur waktu untuk membangun dan menyempurnakan persenjataan nuklir jika Pyongyang berunding dengan Washington.
Tillerson menjelaskan, AS terkejut tentang bagaimana keterbukaan Kim dalam percakapannya dengan para delegasi Korea Selatan (Korsel). Tillerson menyatakan, ini indikasi terkuat bahwa Kim tidak hanya ingin tapi benar-benar berminat untuk perundingan dengan AS.
“Kim telah berkomitmen untuk denuklirisasi dan menunda tes rudal dan nuklir,” ungkap Kepala Kantor Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong pada Kamis (8/3) setelah menjelaskan pada Trump tentang pertemuan para pejabat Korsel dengan Kim awal pekan ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi menyatakan, AS dan Korut perlu berunding secepat mungkin. “Itu tidak akan menjadi pelayaran yang mulus,” paparnya.
“Rusia yakin potensi pertemuan antara Kim dan Trum sebagai langkah ke arah yang tepat,” kata Menlu Rusia Sergei Lavrov saat mengunjungi Ethiopia.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menjelaskan, Jepang dan AS akan terus bersama 100% dan dia telah bertemu Trump di Washington pada April. Meski Jepang memiliki aliansi keamanan dengan AS, ada kekhawatiran bahwa Trump dapat menghentikan kesepakatan untuk melindungi kota-kota di Jepang dari serangan nuklir sehingga negara itu rawan.
Dua tes rudal tahun lalu oleh Korut melintas di atas wilayah Jepang. Tokyo juga sering menjadi target komentar dan ancaman Korut. Trump menyatakan di Twitter, “Kim Jong-un membicarakan tentang denuklirisasi dengan Perwakilan Korsel, tidak hanya pembekuan.”
Di sisi lain, Jepang masih khawatir perundingan langsung antara Korut dan AS tetap membuat Pyongyang enggan meninggalkan pengembangan nuklir dan rudal secara total. Tokyo menginginkan komitmen bahwa denuklirisasi sebagai syarat awal sebelum perundingan.
Profesor Takahashi Kawakami dari Universitas Takushoku, Tokyo, menjelaskan, ada tiga kemungkinan skenario yang dapat terjadi. Pertama, Pyongyang sepakat denuklirisasi. Kedua, Korut sepakat pembekuan nuklir. Ketiga, Korut kembali meluncurkan rudal. “Sejauh yang saya lihat, yang kedua paling mungkin,” ungkap dia.
“Pembekuan program senjata akan mengkhawatirkan Jepang karena Korut tetap memiliki kemampuan nuklir terbatas dan memiliki kapasitas menyerang Jepang dan Korsel, sementara AS di luar jangkauan. Ini akan melegitimasi Kim Jong-un dalam cara yang tidak diinginkan Jepang,” kata Profesor Brad Glosserman di Universitas Tama.
Anggota parlemen dari partai berkuasa Jepang menyatakan, Washington tidak akan setuju dengan pembekuan tapi Korut dapat mengulur waktu untuk menyelesaikan program senjata nuklir dan memperkuat daya tawarnya. “Waktu menguntungkan Korut,” kata anggota parlemen itu.
Jika Korut mampu mencapai tujuan mengembangkan rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir ke AS, Jepang perlu memperkuat pertahanan, termasuk meminta Washington mengerahkan kapal selam nuklir di sekitar wilayahnya. (Syarifudin)
(nfl)