DK PBB Tunda Voting Gencatan Senjata di Suriah

Sabtu, 24 Februari 2018 - 09:59 WIB
DK PBB Tunda Voting Gencatan Senjata di Suriah
DK PBB Tunda Voting Gencatan Senjata di Suriah
A A A
NEW YORK - Dewan Keamanan (DK) PBB menunda pemungutan suara (voting) untuk gencatan senjata di Suriah selama 30 hari. Jet-jet tempur pro pemerintah tengah membombardir benteng terakhir pejuang Suriah di dekat Damaskus dan menjadi kampanye pemboman yang paling mematikan.

"Sebuah rancangan resolusi yang ditujukan untuk mengakhiri pembantaian di distrik Ghouta timur dan di tempat lain di Suriah telah diajukan untuk dilakukan voting oleh 15 anggota DK PBB," ujar Duta Besar Kuwait untuk PBB, Mansour Ayyad al-Otaibi dilansir dari Reuters, Sabtu (24/2/2018).

Penundaan selama 24 jam tersebut menyusul serangkaian perundingan terakhir dengan teks yang disusun oleh Swedia dan Kuwait setelah Rusia, sekutu veto Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengusulkan amandemen baru pada hari Jumat.

"Luar biasa Rusia mengundurkan pemungutan suara atas sebuah gencatan senjata yang memungkinkan akses kemanusiaan di Suriah," sindir Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley di akun Twitternya.

Pembicaraan berpusat pada paragraf yang menuntut penghentian permusuhan selama 30 hari untuk memungkinkan akses bantuan dan evakuasi medis. Sebuah proposal untuk gencatan senjata dimulai 72 jam setelah resolusi diadopi, alih-alih menuntutnya memulai tanpa penundaan dalam upaya memenangkan dukungan Rusia.

Diplomat, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan Moskow tidak ingin menentukan kapan sebuah gencatan senjata harus dimulai. Tidak segera jelas bagaimana Rusia akan memberikan suara.

Sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara dukungan dan tidak ada veto oleh Rusia, China, Amerika Serikat, Inggris dan Prancis untuk diadopsi.

"Kami tidak akan menyerah. Saya berharap bahwa kita akan mengadopsi sesuatu yang kuat, berarti, yang berdampak," kata Olof Skoog, duta besar Swedia untuk PBB.

Kota-kota dan peternakan di Ghouta timur telah dikepung pemerintah sejak 2013, dengan kekurangan makanan, air dan listrik yang memburuk tahun lalu. Sebelumnya pada hari Jumat, daerah kantong padat penduduk tersebut dibom untuk hari keenam berturut-turut, kata saksi mata.

Sedikitnya 462 orang telah terbunuh, termasuk setidaknya 99 anak-anak, dan ratusan lainnya terluka, kata kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia(SOHR) pada hari Jumat.

Sementara media pemerintah Suriah melaporkan satu orang tewas dan 58 lainnya cedera dalam serangan roket pejuang di Damaskus, termasuk sebuah rumah sakit.

Gerilyawan di Ghouta timur telah bersumpah untuk tidak menerima gencatan senjata mengesampingkan evakuasi para pejuang, keluarga mereka dan warga sipil lainnya. Menurut mereka gencatan senjata adalah taktik rezim Damaskus untuk meminta pejuang menyerahkan benteng mereka setelah pengepungan dan peperangan yang panjang.

Mereka berkaca pada apa yang terjadi di Aleppo dan Homs setelah pemboman berat di tahun-tahun sebelumnya.

"Kami menolak secara mentah-mentah setiap inisiatif yang mencakup membuat penduduk keluar dari rumah mereka dan memindahkan mereka ke tempat lain," fraksi pemberontak Ghouta menulis surat kepada Dewan Keamanan.

Ghouta Timur memiliki 400.000 orang yang tersebar di wilayah yang lebih luas daripada daerah kantong lain yang telah direbut pemerintah. Kamis malam, pesawat pemerintah menjatuhkan selebaran yang mendesak warga sipil untuk pergi dan menyerahkan diri mereka ke tentara Suriah, menandai koridor yang melaluinya mereka dapat pergi dengan selamat.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4722 seconds (0.1#10.140)