Pentagon Minta Hizbullah Kembalikan Tank Canggih AS
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengakui jika milisi pro-Iran di Irak berhasil menguasai setidaknya 9 tank M-1 berteknologi tinggi buatan AS. Pentagon dan Departemen Luar Negeri pun mencoba untuk mengambil kembali tank-tank tersebut. Namun biar bagaimanapun, kerugian akibat kelalaian itu telah timbul. Milisi pro Iran telah menggunakannya untuk memerangi sekutu lama AS, Kurdi.
"Kami menyadari bahwa tidak semua peralatan pertahanan yang disediakan AS berada di bawah kendali penerima yang dituju," kata juru bicara koalisi pimpinan AS di Irak dan Suriah kepada The Daily Beast melalui email.
"AS terus bekerja sama dengan pemerintah Irak untuk terus bertindak secepat mungkin guna memastikan semua peralatan pertahanan itu diserahkan kepada penerima yang mereka tuju," imbuhnya seperti dikutip dari The Daily Beast, Kamis (22/2/2018).
Juru bicara itu mengatakan tentara Irak telah merebut kembali beberapa tank tersebut
Tank M-1A1 Abrams mempunyai berat 70 ton dan menjadi armada tempur andalan AS. Tank ini merupakan salah satu kendaraan tempy terkuat di dunia. Tank yang mengangkut 4 orang ini memiliki meriam 120 mm, ban baja tebal dan mesir turbin yang dapat membuat tank ini berlari 40 mil per jam.
Irak membeli 140 M-1 yang diperbarui dari AS mulai tahun 2008 untuk membangun kembali divisi lapis baja yang telah dihancurkan pasukan Amerika selama invasi 2003. Biaya per unit bisa bervariasi, tapi masing-masing bernilai sekitar USD 4,3 juta.
Ketika ISIS menyapu Irak barat laut pada tahun 2014, M-1 Irak berada di tengah pertempuran. Militan cepat menghancurkan lima dari mereka, merusak puluhan lainnya, dan merebut beberapa M-1 utuh. Setidaknya selama beberapa bulan, ISIS memiliki M-1 yang dioperasionalkan. Kemudian milisi Syiah pro Iran - yang secara kolektif dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer atau PMF - merebut beberapa tank, kata juru bicara koalisi.
Pada bulan Januari 2015, sebuah video muncul secara online yang menunjukkan tank M-1 mengibarkan bendera Brigade Hizbullah. AS telah mencap Hizbullah sebagai kelompok teroris, yang merupakan bagian dari PMF dan berperang bersama tentara Irak. Sebuah video lain yang muncul pada bulan Februari 2016 menunjukkan sebuah M-1 yang dimiliki milisi PMF lain mengibarkan bendera Kata'ib Sayyid Al Shuhada.
"Pengambilan kembali kendaraan yang diambil PMF dari ISIS hanya untuk 'beberapa' dari setidaknya sembilan M-1 yang telah muncul di gudang persenjataan milisi," menurut juru bicara koalisi.
Tentara Irak tampaknya telah memasok tank langsung ke PMF, yang melanggar kontrak asli Irak untuk pembelian M-1.
Milisi Syiah mengerahkan setidaknya satu M-1 melawan pasukan Peshmerga Kurdi dalam pertempuran di kota Kirkuk yang diperebutkan pada bulan Oktober 2017 ketika Pemerintah Daerah Kurdi mengajukan penawaran yang tidak menguntungkan untuk kemerdekaan. Meskipun AS tidak mendukung upaya tersebut, orang-orang Kurdi tetap menjadi sekutu terdekat Washington di wilayah tersebut, dan Iran adalah musuh yang paling penting.
Dalam kasus ini, Peshmerga berhasil menghancurkan tank tersebut, dilaporkan menggunakan rudal anti-tank buatan China atau Jerman. Pemerintah Daerah Kurdi mengedarkan foto udara M-1 yang terbakar habis sebagai bukti penggunaan tank oleh PMF.
Sementara tank M-1 yang rusak dengan cepat menghilang dari medan perang. Seorang komandan Kurdi menuduh pemeintah Irak memindah tank tersebut agar bisa menyembunyikan kebenaran bahwa mereka telah menggunakan tank Abrams melawan Peshmerga.
Bagaimanapun, Departemen Luar Negeri AS akhirnya mengkonfirmasi kepemilikan M-1 oleh PMF dalam sebuah laporan Februari dari inspektur jenderal untuk kampanye Irak dan Suriah.
"Kuartal ini, (Departemen Luar Negeri) mengakui bahwa beberapa peralatan militer yang disediakan AS dikirim untuk mendukung misi tersebut, termasuk sebanyak sembilan tank M-1 Abrams, telah jatuh ke tangan milisi yang didukung Iran yang berperang melawan ISIS di Irak," kata laporan tersebut.
Pentagon menekan Irak untuk merebut M-1 yang masih berada di tangan PMF.
"Sebagai penerima peralatan pertahanan asal AS, pihak berwenang Irak memiliki kewajiban untuk mematuhi persyaratan penggunaan akhir sebagaimana digariskan dalam kesepakatan yang disepakati dengan pemerintah Amerika Serikat," tegas Pentagon.
Selain menahan pengiriman senjata untuk masa datang, Washington dapat mengakhiri dukungan untuk sejumlah M-1 di divisi lapis baja Irak. Ada laporan bahwa General Dynamics Land Systems, perusahaan berbasis di Michigan yang membangun M-1 dan menyediakan suku cadang serta teknisi untuk tank-tank tersebut, baru-baru ini mengancam akan memutuskan hubungan dengan Baghdad mengenai penggunaan M-1 oleh milisi. Juru bicara General Dynamics menolak berkomentar mengenai laporan tersebut.
"Kami menyadari bahwa tidak semua peralatan pertahanan yang disediakan AS berada di bawah kendali penerima yang dituju," kata juru bicara koalisi pimpinan AS di Irak dan Suriah kepada The Daily Beast melalui email.
"AS terus bekerja sama dengan pemerintah Irak untuk terus bertindak secepat mungkin guna memastikan semua peralatan pertahanan itu diserahkan kepada penerima yang mereka tuju," imbuhnya seperti dikutip dari The Daily Beast, Kamis (22/2/2018).
Juru bicara itu mengatakan tentara Irak telah merebut kembali beberapa tank tersebut
Tank M-1A1 Abrams mempunyai berat 70 ton dan menjadi armada tempur andalan AS. Tank ini merupakan salah satu kendaraan tempy terkuat di dunia. Tank yang mengangkut 4 orang ini memiliki meriam 120 mm, ban baja tebal dan mesir turbin yang dapat membuat tank ini berlari 40 mil per jam.
Irak membeli 140 M-1 yang diperbarui dari AS mulai tahun 2008 untuk membangun kembali divisi lapis baja yang telah dihancurkan pasukan Amerika selama invasi 2003. Biaya per unit bisa bervariasi, tapi masing-masing bernilai sekitar USD 4,3 juta.
Ketika ISIS menyapu Irak barat laut pada tahun 2014, M-1 Irak berada di tengah pertempuran. Militan cepat menghancurkan lima dari mereka, merusak puluhan lainnya, dan merebut beberapa M-1 utuh. Setidaknya selama beberapa bulan, ISIS memiliki M-1 yang dioperasionalkan. Kemudian milisi Syiah pro Iran - yang secara kolektif dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer atau PMF - merebut beberapa tank, kata juru bicara koalisi.
Pada bulan Januari 2015, sebuah video muncul secara online yang menunjukkan tank M-1 mengibarkan bendera Brigade Hizbullah. AS telah mencap Hizbullah sebagai kelompok teroris, yang merupakan bagian dari PMF dan berperang bersama tentara Irak. Sebuah video lain yang muncul pada bulan Februari 2016 menunjukkan sebuah M-1 yang dimiliki milisi PMF lain mengibarkan bendera Kata'ib Sayyid Al Shuhada.
"Pengambilan kembali kendaraan yang diambil PMF dari ISIS hanya untuk 'beberapa' dari setidaknya sembilan M-1 yang telah muncul di gudang persenjataan milisi," menurut juru bicara koalisi.
Tentara Irak tampaknya telah memasok tank langsung ke PMF, yang melanggar kontrak asli Irak untuk pembelian M-1.
Milisi Syiah mengerahkan setidaknya satu M-1 melawan pasukan Peshmerga Kurdi dalam pertempuran di kota Kirkuk yang diperebutkan pada bulan Oktober 2017 ketika Pemerintah Daerah Kurdi mengajukan penawaran yang tidak menguntungkan untuk kemerdekaan. Meskipun AS tidak mendukung upaya tersebut, orang-orang Kurdi tetap menjadi sekutu terdekat Washington di wilayah tersebut, dan Iran adalah musuh yang paling penting.
Dalam kasus ini, Peshmerga berhasil menghancurkan tank tersebut, dilaporkan menggunakan rudal anti-tank buatan China atau Jerman. Pemerintah Daerah Kurdi mengedarkan foto udara M-1 yang terbakar habis sebagai bukti penggunaan tank oleh PMF.
Sementara tank M-1 yang rusak dengan cepat menghilang dari medan perang. Seorang komandan Kurdi menuduh pemeintah Irak memindah tank tersebut agar bisa menyembunyikan kebenaran bahwa mereka telah menggunakan tank Abrams melawan Peshmerga.
Bagaimanapun, Departemen Luar Negeri AS akhirnya mengkonfirmasi kepemilikan M-1 oleh PMF dalam sebuah laporan Februari dari inspektur jenderal untuk kampanye Irak dan Suriah.
"Kuartal ini, (Departemen Luar Negeri) mengakui bahwa beberapa peralatan militer yang disediakan AS dikirim untuk mendukung misi tersebut, termasuk sebanyak sembilan tank M-1 Abrams, telah jatuh ke tangan milisi yang didukung Iran yang berperang melawan ISIS di Irak," kata laporan tersebut.
Pentagon menekan Irak untuk merebut M-1 yang masih berada di tangan PMF.
"Sebagai penerima peralatan pertahanan asal AS, pihak berwenang Irak memiliki kewajiban untuk mematuhi persyaratan penggunaan akhir sebagaimana digariskan dalam kesepakatan yang disepakati dengan pemerintah Amerika Serikat," tegas Pentagon.
Selain menahan pengiriman senjata untuk masa datang, Washington dapat mengakhiri dukungan untuk sejumlah M-1 di divisi lapis baja Irak. Ada laporan bahwa General Dynamics Land Systems, perusahaan berbasis di Michigan yang membangun M-1 dan menyediakan suku cadang serta teknisi untuk tank-tank tersebut, baru-baru ini mengancam akan memutuskan hubungan dengan Baghdad mengenai penggunaan M-1 oleh milisi. Juru bicara General Dynamics menolak berkomentar mengenai laporan tersebut.
(ian)