Badai Hancurkan Ibu Kota Tonga
A
A
A
WELLINGTON - Badai Gita menerjang Tonga pada tengah malam kemarin sehingga meratakan gedung parlemen dan menghancurkan atap-atap rumah warga serta memicu banjir.
Sejumlah negara tetangga Tonga segera mengirim bantuan ke negara pulau Pasifik tersebut. Belum ada laporan korban tewas akibat badai Kategori 4 dengan angin 200 kilometer per jam tersebut. “Meski demikian, banyak warga yang mengalami luka serius,” ungkap Graham Kenna, penasihat Pemerintah Australia di Kantor Manajemen Darurat Nasional Tonga, kemarin, pada Reuters .
Sejumlah foto di media sosial menunjukkan gedung parlemen yang hancur di ibu kota serta banjir dan tiang listrik roboh. Akses ke luar ibu kota juga terhalang oleh kerusakan akibat badai itu. “Besarnya kerusakan akibat Badai Siklon Gita masih dihitung, tapi ada kebutuhan mendesak untuk bantuan di lapangan,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Selandia Baru Winston Peters.
Dia menambahkan, “Sekitar 5.700 orang berada di tempat evakuasi tadi malam dan diperkirakan jumlahnya meningkat drastis malam ini.” Selandia Baru telah menyumbang USD545.000 untuk bantuan bencana. Satu pesawat Hercules milik Angkatan Udara Selandia Baru telah dikirim untuk membawa suplai darurat ke Tonga kemarin.
Australia menyumbang USD275.000 untuk penampungan darurat, dapur, dan peralatan kebersihan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Australia menyatakan para personel militer Australia telah membantu upaya pembersihan pascabencana. Tonga mulai melakukan pembersihan kemarin pagi saat ekor badai masih di atas ibu kota Nuku’alofa.
“Kabel listrik lalu lalang di mana-mana. Membutuhkan waktu beberapa hari sebelum listrik kembali mengalir. Suplai air dan jaringan radio juga terganggu,” kata Graham Kenna. Dia menambahkan, “Mereka memadamkan listrik sebelum badai datang, tahu bahwa jaringan listrik akan rusak.
Itu langkah bagus.” Kenna memperkirakan sekitar 40% rumah di ibu kota mengalami kerusakan, terutama atap yang lepas dan hancur. “Banyak rumah tua, terutama beberapa rumah warisan yang mengalami kerusakan parah atau hancur. Itu sangat menyedihkan karena rumah itu sangat bersejarah.
Mereka berhasil bertahan pada badai sebelumnya, tapi badai ini yang terbesar di pulau ini dalam 60 tahun terakhir,” katanya. Badai itu menuju Fiji kemarin dan diperkirakan menguat menjadi badai Kategori 5. Perdana Menteri (PM) Fiji Frank Bainimarama memperingatkan warganya agar bersiap menghadapi badai tersebut. (Muh Shamil)
Sejumlah negara tetangga Tonga segera mengirim bantuan ke negara pulau Pasifik tersebut. Belum ada laporan korban tewas akibat badai Kategori 4 dengan angin 200 kilometer per jam tersebut. “Meski demikian, banyak warga yang mengalami luka serius,” ungkap Graham Kenna, penasihat Pemerintah Australia di Kantor Manajemen Darurat Nasional Tonga, kemarin, pada Reuters .
Sejumlah foto di media sosial menunjukkan gedung parlemen yang hancur di ibu kota serta banjir dan tiang listrik roboh. Akses ke luar ibu kota juga terhalang oleh kerusakan akibat badai itu. “Besarnya kerusakan akibat Badai Siklon Gita masih dihitung, tapi ada kebutuhan mendesak untuk bantuan di lapangan,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Selandia Baru Winston Peters.
Dia menambahkan, “Sekitar 5.700 orang berada di tempat evakuasi tadi malam dan diperkirakan jumlahnya meningkat drastis malam ini.” Selandia Baru telah menyumbang USD545.000 untuk bantuan bencana. Satu pesawat Hercules milik Angkatan Udara Selandia Baru telah dikirim untuk membawa suplai darurat ke Tonga kemarin.
Australia menyumbang USD275.000 untuk penampungan darurat, dapur, dan peralatan kebersihan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Australia menyatakan para personel militer Australia telah membantu upaya pembersihan pascabencana. Tonga mulai melakukan pembersihan kemarin pagi saat ekor badai masih di atas ibu kota Nuku’alofa.
“Kabel listrik lalu lalang di mana-mana. Membutuhkan waktu beberapa hari sebelum listrik kembali mengalir. Suplai air dan jaringan radio juga terganggu,” kata Graham Kenna. Dia menambahkan, “Mereka memadamkan listrik sebelum badai datang, tahu bahwa jaringan listrik akan rusak.
Itu langkah bagus.” Kenna memperkirakan sekitar 40% rumah di ibu kota mengalami kerusakan, terutama atap yang lepas dan hancur. “Banyak rumah tua, terutama beberapa rumah warisan yang mengalami kerusakan parah atau hancur. Itu sangat menyedihkan karena rumah itu sangat bersejarah.
Mereka berhasil bertahan pada badai sebelumnya, tapi badai ini yang terbesar di pulau ini dalam 60 tahun terakhir,” katanya. Badai itu menuju Fiji kemarin dan diperkirakan menguat menjadi badai Kategori 5. Perdana Menteri (PM) Fiji Frank Bainimarama memperingatkan warganya agar bersiap menghadapi badai tersebut. (Muh Shamil)
(nfl)