Foto Horor Pembantaian Rohingya, Sekjen PBB: Perlu Investigasi Total
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan, foto horor yang menunjukkan pembantaian 10 pria Muslim Rohingya di Myanmar menjadi tanda perlunya investigasi total terkait kekerasan di Rakhine. Foto itu bagian dari investigasi Reuters.
”Kami mengetahui laporan terakhir ini, rinciannya sangat mengkhawatirkan. Hal ini sekali lagi membuktikan perlunya penyelidikan menyeluruh dan menyeluruh oleh otoritas atas semua kekerasan di negara bagian Rakhine dan serangan terhadap berbagai komunitas di sana,” kata Guterres melalui juru bicaranya Farhan Haq kepada wartawan, Sabtu (10/2/2018).
Menurut Haq, Sekjen PBB telah menyerukan kepada pihak berwenang Myanmar untuk membebaskan kedua wartawan Reuters yang ditahan. Kedua wartawan itu sedang melakukan tugas investigasi jurnalistik namun dituduh melanggar rahasia negara Myanmar.
Ada beberapa foto mengerikan yang menjadi bagiaan dari laporan investigasi media yang berbasis di Amerika Serikat tersebut. Salah satu foto menunjukkan 10 pria Rohingya diikat dalam satu baris, dipaksa berlutut dan dieksekusi tembak dari jarak dekat.
Baca Juga: Foto Reuters Buktikan Pembantaian Rohingya di Myanmar Nyata
Foto lainnya menunjukkan sejumlah mayat penuh darah ditumpuk di sebuah gundukan. Mayat-mayat yang ditumpuk itu sama dengan orang-orang yang dieksekusi tembak. Saksi mata menyatakan, militer dan warga etnis Buddha terlibat dalam eksekusi itu.
“Orang-orang dipaksa untuk menonton saat tetangga Buddha mereka menggali kuburan dangkal,” kata koresponden Sky News, Ashish Joshi, yang telah mengunjungi kamp pengungsi Rohingya.
”Salah satu foto menunjukkan orang-orang berlutut berturut-turut, yang terakhir menunjukkan mayat orang-orang berdarah ditumpuk di kuburan,” lanjut dia.
Juru bicara departemen luar negeri AS Heather Nauert ikut merespons bukti baru pembantaian terhadap etnis Rohingya.
”Laporan tersebut menyoroti kebutuhan mendesak dan mendesak pemerintah Birma (Myanmar) untuk bekerja sama dengan penyelidikan independen yang kredibel atas tuduhan kekejaman di Rakhine utara,” katanya.
”Kami mengetahui laporan terakhir ini, rinciannya sangat mengkhawatirkan. Hal ini sekali lagi membuktikan perlunya penyelidikan menyeluruh dan menyeluruh oleh otoritas atas semua kekerasan di negara bagian Rakhine dan serangan terhadap berbagai komunitas di sana,” kata Guterres melalui juru bicaranya Farhan Haq kepada wartawan, Sabtu (10/2/2018).
Menurut Haq, Sekjen PBB telah menyerukan kepada pihak berwenang Myanmar untuk membebaskan kedua wartawan Reuters yang ditahan. Kedua wartawan itu sedang melakukan tugas investigasi jurnalistik namun dituduh melanggar rahasia negara Myanmar.
Ada beberapa foto mengerikan yang menjadi bagiaan dari laporan investigasi media yang berbasis di Amerika Serikat tersebut. Salah satu foto menunjukkan 10 pria Rohingya diikat dalam satu baris, dipaksa berlutut dan dieksekusi tembak dari jarak dekat.
Baca Juga: Foto Reuters Buktikan Pembantaian Rohingya di Myanmar Nyata
Foto lainnya menunjukkan sejumlah mayat penuh darah ditumpuk di sebuah gundukan. Mayat-mayat yang ditumpuk itu sama dengan orang-orang yang dieksekusi tembak. Saksi mata menyatakan, militer dan warga etnis Buddha terlibat dalam eksekusi itu.
“Orang-orang dipaksa untuk menonton saat tetangga Buddha mereka menggali kuburan dangkal,” kata koresponden Sky News, Ashish Joshi, yang telah mengunjungi kamp pengungsi Rohingya.
”Salah satu foto menunjukkan orang-orang berlutut berturut-turut, yang terakhir menunjukkan mayat orang-orang berdarah ditumpuk di kuburan,” lanjut dia.
Juru bicara departemen luar negeri AS Heather Nauert ikut merespons bukti baru pembantaian terhadap etnis Rohingya.
”Laporan tersebut menyoroti kebutuhan mendesak dan mendesak pemerintah Birma (Myanmar) untuk bekerja sama dengan penyelidikan independen yang kredibel atas tuduhan kekejaman di Rakhine utara,” katanya.
(mas)